Setting
Surah Mary [Maryam] in Indonesian
كٓهيعٓصٓ ﴿١﴾
Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad.
[[19 ~ MARYAM (MARYAM) Pendahuluan: Makkiyyah, 98 ayat ~ Surat ini termasuk golongan surat Makkiyyah, kecuali ayat 58 dan 71. Jumlah ayatnya sebanyak 98 ayat. Surat ini dimulai dengan huruf fonetis sebagaimana beberapa surat lain. Dalam surat ini terdapat kisah lahirnya Yahyâ bin Zakariyyâ a. s. tatkala Zakariyyâ, dalam usianya yang telah lanjut, memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Di sisi lain, istrinya adalah seorang wanita yang mandul. Kemudian setelah itu dijelaskan kisah Maryam, Sang Perawan Suci, dan kelahiran Nabi 'Isâ a. s. Selain itu disebutkan juga kisah Nabi Ibrâhîm, dakwahnya kepada keesaan Allah, permintaan dia kepada bapaknya agar berhenti menyembah berhala, dan dialog antara mereka berdua seputar berhala dan kekuasaan setan. Dalam surat ini terdapat petunjuk mengenai ihwal beberapa nabi keturunan Ibrâhîm a. s, yaitu Ismâ'îl, Ishâq dan anak cucunya, dan juga kisah Nabi Idrîs. Kemudian setelah itu Allah menyebutkan pergantian generasi yang datang setelah nabi-nabi tersebut. Di antara mereka ada yang taat dan ada pula yang melanggar. Allah telah menjelaskan bahwa surga adalah balasan bagi orang-orang yang beriman, dan neraka adalah balasan bagi orang-orang kafir. Di samping itu Allah juga menerangkan keadaan orang-orang kafir di nereka jahanam, dan orang-orang yang sesat yang mengatakan, \"Sesungguhnya Allah mempunyai anak.\" Selain itu, Allah menerangkan kedudukan al-Qur'ân, memberi peringatan kepada orang-orang kafir, membuat ibarat kehancuran orang-orang yang durhaka kepada para nabi. Mengenai yang terakhir, disebutkan bahwa tidak ada sedikit pun bekas mereka yang tersisa.]] Kâf, Hâ, Yâ, 'Ayn, Shâd adalah huruf-huruf fonemis yang digunakan untuk menjelaskan mukjizat al-Qur'ân yang berasal dari jenis huruf-huruf tersebut. Selain itu, juga untuk menggugah perhatian orang untuk mendengarkan.
(Kaf Ha Ya 'Ain Shad) hanya Allah yang mengetahui maksudnya.
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ عَبْدَهُۥ زَكَرِيَّآ ﴿٢﴾
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
Ini adalah kisah Tuhanmu, hai Muhammad, tentang kasih sayang-Nya yang diberikan kepada hamba dan nabi-Nya, Zakariyyâ,
Ini adalah (penjelasan tentang rahmat Rabb kamu kepada hamba-Nya) lafal 'abdahu menjadi Maf'ul dari Rahmah (Zakaria) sebagai penjelasan dari kata 'hamba' tadi.
إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيًّۭا ﴿٣﴾
yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.
ketika ia berlindung kepada Allah dan memohon kepada-Nya dalam kesunyian manusia.
(Yaitu tatkala) lafal Idz berta'alluq kepada lafal Rahmah (ia berdoa kepada Rabbnya dengan seruan) yang mengandung doa (yang lembut) dengan suara yang pelan-pelan di tengah malam, karena berdoa di tengah malam itu lebih cepat untuk dikabulkan.
قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًۭا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّۭا ﴿٤﴾
Ia berkata \"Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.
Ia berkata, \"Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhan, bahkan aku bahagia bila doaku terkabulkan.
(Ia berkata, \"Ya Rabbku! Sesungguhnya telah lemah) menjadi lemah (tulang-tulangku) semuanya (dan kepala ini telah dipenuhi) (oleh uban) lafal Syaiban menjadi Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya uban telah merata di rambut kepalanya sebagaimana meratanya nyala api pada kayu dan sesungguhnya aku bermaksud berdoa kepada-Mu (dan aku belum pernah dengan doaku kepada-Mu) (merasa kecewa, ya Rabbku!) artinya, merasa dikecewakan di masa-masa lalu; maka janganlah Engkau kecewakan aku di masa mendatang.
وَإِنِّى خِفْتُ ٱلْمَوَٰلِىَ مِن وَرَآءِى وَكَانَتِ ٱمْرَأَتِى عَاقِرًۭا فَهَبْ لِى مِن لَّدُنكَ وَلِيًّۭا ﴿٥﴾
Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera,
Aku sungguh merasa khawatir terhadap kerabatku setelah aku meninggal dunia. Mereka tidak dapat menangani urusan agama dengan baik, sedang istriku adalah seorang yang mandul. Maka anugerahilah aku, dari karunia-Mu, seorang anak yang akan menggantikan posisiku di masyarakat.
(Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku) yakni orang-orang dekat hubungan familinya denganku seperti anak-anak paman (sepeninggalku) yakni sesudah aku meninggal dunia, aku khawatir mereka akan menyia-nyiakan agama sebagaimana yang telah kusaksikan sendiri apa yang terjadi di kalangan orang-orang Bani Israel, yaitu mereka berani mengubah agamanya (sedangkan istriku adalah seorang yang mandul) tidak beranak (maka anugerahilah aku dari sisi Engkau) (seorang putra) anak lelaki.
يَرِثُنِى وَيَرِثُ مِنْ ءَالِ يَعْقُوبَ ۖ وَٱجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّۭا ﴿٦﴾
yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai\".
Selain itu, juga mewarisi aku dalam ilmu dan agama, dan mewarisi kerajaan dari keturunan Ya'qûb. Jadilkanlah dia, ya Tuhanku, seorang yang mendapat perkenan-Mu dan perkenan manusia.\"
(Yang akan mewarisi aku) kalau dibaca Jazm berarti lafal Yaritsni menjadi jawab dari Fi'il Amar, dan kalau dibaca Rafa' yaitu Yaritsuni berarti menjadi kata sifat dari lafal Waliyyan (dan mewarisi) dapat dibaca Yaritsu atau Yarits (sebagian keluarga Ya'qub) kakekku dalam hal ilmu dan kenabian (dan jadikanlah ia, ya Rabbku, seorang yang diridai)\" di sisi Engkau.
يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسْمُهُۥ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَل لَّهُۥ مِن قَبْلُ سَمِيًّۭا ﴿٧﴾
Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.
Zakariyyâ kemudian dipanggil, \"Wahai Zakariyyâ, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu tentang kedatangan seorang anak yang Kami beri nama Yahyâ. Tidak ada seorang pun yang Kami beri nama itu sebelumnya.\"
(Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan beroleh seorang anak) yang akan menjadi waris, sebagaimana yang kamu minta (yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami tidak pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia) dalam hal namanya, yakni seseorang yang diberi nama Yahya.
قَالَ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌۭ وَكَانَتِ ٱمْرَأَتِى عَاقِرًۭا وَقَدْ بَلَغْتُ مِنَ ٱلْكِبَرِ عِتِيًّۭا ﴿٨﴾
Zakaria berkata: \"Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal isteriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua\".
Dengan rasa heran, Zakariyyâ berkata, \"Ya Tuhanku, bagaimana aku akan mempunyai anak, sedang istriku dalam keadaan mandul dan aku telah mencapai umur yang sangat tua?\"
(Zakaria berkata, \"Ya Rabbku! Bagaimana) mana mungkin (akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sendiri sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua)\" lafal 'itiyyan berasal dari lafal 'Ataa artinya Yabisa atau kering, maksudnya ia telah mencapai umur seratus dua puluh tahun, dan istrinya telah mencapai umur sembilan puluh delapan tahun. Kata 'Itiyyun pada asalnya adalah 'Ituwwun. Kemudian huruf Ta dikasrahkan untuk meringankan pengucapannya lalu jadilah 'Itiwwun. Selanjutnya huruf Wawu yang pertama diganti menjadi huruf Ya demi penyesuaian dengan harakat Kasrah sebelumnya, dan huruf Wawu yang kedua diganti pula dengan huruf Ya supaya huruf Ya yang pertama dapat diidgamkan atau dimasukkan kepadanya, sehingga jadilah 'Itiyyun.
قَالَ كَذَٰلِكَ قَالَ رَبُّكَ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌۭ وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِن قَبْلُ وَلَمْ تَكُ شَيْـًۭٔا ﴿٩﴾
Tuhan berfirman: \"Demikianlah\". Tuhan berfirman: \"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali\".
Lalu Allah mewahyukan kepada Zakariyyâ, \"Persoalannya adalah seperti yang telah Aku kabarkan. Memberimu seorang anak dalam usiamu yang sangat tua dan istrimu yang mandul adalah hal yang sangat mudah bagi-Ku, dan hal itu tidaklah mustahil. Sesungguhnya Aku telah menciptakanmu, padahal sebelumnya kamu belum ada sama sekali.\"
(Allah berfirman) perkaranya memang (\"Demikianlah.\") cara menciptakan seorang anak lelaki dari kamu berdua (Rabbmu berfirman, \"Hal itu adalah mudah bagi-Ku) yaitu dengan memberikan kekuatan bersetubuh kepadamu, kemudian menjadikan rahim istrimu dapat menerima spermamu (dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu belum ada sama sekali)\" di waktu kamu belum diciptakan. Untuk menampilkan kekuasaan Allah yang mampu menciptakan hal yang besar ini, maka Dia memberikan ilham suatu pertanyaan, supaya pertanyaan itu kelak dijawab dengan hal yang membuktikan kekuasaan-Nya yang maha besar itu. Tatkala Zakaria merasa rindu akan kedatangan berita gembira kelahiran seorang putra itu.
قَالَ رَبِّ ٱجْعَل لِّىٓ ءَايَةًۭ ۚ قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ ٱلنَّاسَ ثَلَٰثَ لَيَالٍۢ سَوِيًّۭا ﴿١٠﴾
Zakaria berkata: \"Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda\". Tuhan berfirman: \"Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat\".
Zakariyyâ berkata, \"Ya Tuhanku, berilah aku tanda sebagai bukti terjadinya apa yang Engkau kabarkan kepadaku.\" Allah berfirman, \"Tandanya adalah kamu tidak boleh bercakap-cakap selama tiga malam, sedangkan lidah dan indera kamu dalam keadaan sehat.\"
(Zakaria berkata, \"Ya Rabbku! Berilah aku suatu tanda)\" pertanda yang menunjukkan istriku mulai mengandung (Allah berfirman, \"Tanda bagimu) yang menunjukkan hal itu (adalah bahwa kamu tidak boleh bercakap-cakap dengan manusia) mencegah dirimu untuk tidak berbicara dengan mereka selain dari berzikir kepada Allah (selama tiga malam) yakni tiga hari tiga malam (padahal kamu sehat)\" lafal Sawiyyan berkedudukan menjadi Hal dari Fa'il lafal Takallama, maksudnya ia tidak berbicara dengan mereka tanpa sebab.
فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ مِنَ ٱلْمِحْرَابِ فَأَوْحَىٰٓ إِلَيْهِمْ أَن سَبِّحُوا۟ بُكْرَةًۭ وَعَشِيًّۭا ﴿١١﴾
Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.
Zakariyyâ pun kemudian keluar dari tempat salatnya menuju kaumnya, lalu memberi isyarat kepada mereka agar bertasbih kepada Allah pada waktu pagi dan petang.
(Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya) yakni dari mesjid, sedang orang-orang menunggu pintu mesjid itu dibuka, karena mereka hendak melakukan salat di dalamnya, sesuai dengan kebiasaan mereka menurut perintah Zakaria (lalu ia memberi isyarat) (kepada mereka; hendaklah kalian bertasbih) maksudnya melakukan salat (di waktu pagi dan petang) yakni pada permulaan siang hari dan akhirnya, sebagaimana biasa. Setelah Nabi Zakaria mencegah dirinya untuk bercakap-cakap dengan mereka, pada saat itu diketahui bahwa istrinya mengandung Yahya. Selang dua tahun kemudian setelah Yahya lahir, Allah berfirman kepadanya.
يَٰيَحْيَىٰ خُذِ ٱلْكِتَٰبَ بِقُوَّةٍۢ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ ٱلْحُكْمَ صَبِيًّۭا ﴿١٢﴾
Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak,
Yahyâ lahir dan tumbuh menjadi remaja. Lalu ia diseru dan diperintah untuk menjalankan apa yang ada di dalam kitab Tawrât dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya sejak masa kanak-kanak, Allah telah memberinya pemahaman yang kuat terhadap agama dan hukum-hukum.
(Hai Yahya! Ambillah Kitab itu) yakni kitab Taurat (dengan sungguh-sungguh) secara sungguh-sungguh. (Dan Kami berikan kepadanya hikmah) kenabian (selagi ia masih kanak-kanak) sewaktu berumur tiga tahun.
وَحَنَانًۭا مِّن لَّدُنَّا وَزَكَوٰةًۭ ۖ وَكَانَ تَقِيًّۭا ﴿١٣﴾
dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dan dosa). Dan ia adalah seorang yang bertakwa,
Allah telah membiasakan Yahyâ dengan sifat belas kasih dan jiwa yang mulia serta mendidiknya untuk bertakwa.
(Dan rasa belas kasihan yang mendalam) terhadap manusia (dari sisi Kami) dari haribaan Kami (dan zakat) yakni senang bersedekah kepada mereka (Dan ia adalah seorang yang bertakwa) menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa Nabi Yahya tidak pernah melakukan suatu dosa pun, dan hatinya tidak pernah mempunyai keinginan untuk melakukannya.
وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَيْهِ وَلَمْ يَكُن جَبَّارًا عَصِيًّۭا ﴿١٤﴾
dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
Dan Allah menjadikannya seorang yang selalu berbakti dan berbuat baik kepada kedua orangtuanya serta tidak menjadikannya orang yang sombong kepada manusia dan berbuat maksiat kepada Allah.
(Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya) yaitu selalu berbuat baik kepada keduanya (dan bukanlah ia orang yang sombong) takabur (lagi bukan pula ia orang yang durhaka) terhadap Rabbnya.
وَسَلَٰمٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّۭا ﴿١٥﴾
Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.
Ia terpelihara dan terlindung dari bahaya pada hari kelahiran, kematian dan hari ia dibangkitkan hidup kembali.
(Kesejahteraan) dari Kami (terlimpahkan kepadanya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali) di saat-saat yang mengerikan yakni hari kiamat. Pada hari itu belum pernah ada pemandangan yang sengeri itu, maka Nabi Yahya selamat daripadanya.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ مَرْيَمَ إِذِ ٱنتَبَذَتْ مِنْ أَهْلِهَا مَكَانًۭا شَرْقِيًّۭا ﴿١٦﴾
Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur,
Ceritakanlah, wahai Muhammad, kisah Maryam yang ada di dalam al-Qur'ân, saat ia menjauhkan diri dari keluarganya dan dari manusia ke suatu tempat yang berada di sebelah timur dari tempat tinggalnya.
(Dan ceritakanlah di dalam Kitab) yakni Alquran (tentang Maryam) kisahnya (yaitu ketika) (ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah Timur) Maryam mengasingkan diri di suatu tempat di sebelah Timur rumahnya.
فَٱتَّخَذَتْ مِن دُونِهِمْ حِجَابًۭا فَأَرْسَلْنَآ إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًۭا سَوِيًّۭا ﴿١٧﴾
maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
Dan Maryam pun memasang tabir antara dirinya dan mereka. Lalu Allah mengutus Jibrîl kepadanya dalam bentuk manusia yang sempurna, supaya ia tidak takut jika melihatnya dalam bentuk malaikat yang tidak dikenal.
(Maka ia mengadakan tabir yang menutupinya dari mereka) Maryam membuat tabir untuk melindungi dirinya sewaktu ia membuka penutup kepalanya, atau membuka pakaiannya atau menyucikan dirinya dari haid (lalu Kami mengutus kepadanya roh Kami) yakni malaikat Jibril (maka ia menjelma di hadapannya) sesudah Maryam memakai pakaiannya (dalam bentuk manusia yang sempurna) manusia sesungguhnya.
قَالَتْ إِنِّىٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحْمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّۭا ﴿١٨﴾
Maryam berkata: \"Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa\".
Maryam berkata, \"Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dari dirimu, jika kamu benar-benar seorang yang bertakwa dan takut kepada Allah.\"
(Maryam berkata, \"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa.\") kamu pasti dapat menahan diri daripadaku dengan bacaan Ta'awwudzku ini.
قَالَ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمًۭا زَكِيًّۭا ﴿١٩﴾
Ia (jibril) berkata: \"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci\".
Malaikat Jibrîl berkata, \"Aku hanyalah seorang utusan dari Tuhanmu, untuk menjadi perantara dalam pemberian seorang anak laki-laki yang suci dan baik kepadamu.\"
(Ia berkata, \"Sesungguhnya aku ini adalah utusan Rabbmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci)\" yang kelak menjadi nabi.
قَالَتْ أَنَّىٰ يَكُونُ لِى غُلَٰمٌۭ وَلَمْ يَمْسَسْنِى بَشَرٌۭ وَلَمْ أَكُ بَغِيًّۭا ﴿٢٠﴾
Maryam berkata: \"Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina!\"
Maryam berkata, \"Bagaimana aku dapat mempunyai anak, sedang aku tidak pernah disentuh oleh seseorang pun, dan aku bukan seorang pezina.\"
(Maryam berkata, \"Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedangkan tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku) yakni mengawiniku (dan aku bukan pula seorang pezina!)\" seorang pelacur.
قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَىَّ هَيِّنٌۭ ۖ وَلِنَجْعَلَهُۥٓ ءَايَةًۭ لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةًۭ مِّنَّا ۚ وَكَانَ أَمْرًۭا مَّقْضِيًّۭا ﴿٢١﴾
Jibril berkata: \"Demikianlah\". Tuhanmu berfirman: \"Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan\".
Jibrîl berkata, \"Benar apa yang kamu katakan. Kamu memang tidak pernah disentuh seorang pun. Kendatipun demikian, Tuhanmu telah berfirman, 'Pemberian anak tanpa seorang bapak adalah soal yang mudah bagi-Ku, agar menjadi bukti bagi manusia akan besarnya kekuasaan Kami, dan untuk menjadi rahmat bagi orang yang menjadikannya sebagai petunjuk. Sesungguhnya penciptaan 'Isâ adalah sesuatu yang telah ditetapkan, dan pasti terjadi'.\"
(Jibril berkata,) perkaranya memang (\"Demikianlah.\") yaitu akan diciptakan bagimu seorang anak laki-laki tanpa ayah (Rabbmu berfirman, \"Hal itu adalah mudah bagi-Ku) yaitu dengan cara Aku memerintahkan kepada malaikat Jibril supaya meniup dirimu, lalu karena itu kamu mengandung. Mengingat kalimat yang telah disebutkan mengandung makna illat atau kausalita, maka kalimat berikutnya di'athafkan kepadanya, yaitu (dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia) yang menunjukkan akan kekuasaan-Ku (dan sebagai rahmat dari Kami) bagi orang-orang yang beriman kepadanya (dan hal itu adalah) penciptaan itu merupakan (suatu perkara yang sudah diputuskan)\" di dalam ilmu-Ku, malaikat Jibril meniupkan nafasnya ke dalam baju kurung Maryam, seketika itu juga Maryam merasakan di dalam kandungannya terdapat seorang bayi.
۞ فَحَمَلَتْهُ فَٱنتَبَذَتْ بِهِۦ مَكَانًۭا قَصِيًّۭا ﴿٢٢﴾
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.
Kehendak Allah pun terwujud. Maryam pun mengandung 'Isâ a. s. sesuai dengan kehendak-Nya. Maryam, dengan kandungan itu, menjauhkan diri dari manusia di tempat yang jauh.
(Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri) menjauhkan diri (dengan membawa kandungannya ke tempat yang jauh) jauh dari keluarganya.
فَأَجَآءَهَا ٱلْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ قَالَتْ يَٰلَيْتَنِى مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًۭا مَّنسِيًّۭا ﴿٢٣﴾
Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: \"Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan\".
Rasa sakit hendak melahirkan memaksa Maryam untuk bersandar dan menutup dirinya pada pangkal pohon kurma. Ia membayangkan kemungkinan sikap ingkar keluarganya terhadap kelahiran anaknya kelak. Ia pun berharap cepat meninggal dunia supaya kejadian ini tidak lagi berarti dan cepat dilupakan.
(Maka sewaktu datang kepadanya) ketika ia mengalami (rasa sakit akan melahirkan) yaitu rasa mulas karena akan melahirkan (-terpaksa ia bersandar- pada pangkal pohon kurma) yakni menyandarkan diri padanya, lalu ia melahirkan. Perlu diketahui bahwa sejak peniupan malaikat Jibril hingga melahirkan hanya memakan waktu sesaat saja (dia berkata, \"Aduhai alangkah baiknya aku) lafal Ya di sini menunjukkan makna Tanbih atau ungkapan kekecewaan (mati sebelum ini) yakni sebelum perkara ini (dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan)\" sebagai sesuatu yang tiada artinya, tidak dikenal dan tidak disebut-sebut.
فَنَادَىٰهَا مِن تَحْتِهَآ أَلَّا تَحْزَنِى قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّۭا ﴿٢٤﴾
Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: \"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Maryam kemudian diseru oleh malaikat dari tempat yang rendah di bawahnya, \"Janganlah kamu bersedih hati karena kesendirian, tidak ada makanan dan minuman serta karena gunjingan orang. Sesungguhnya Allah telah menjadikan anak sungai di dekatmu.
(Maka Jibril menyerunya dari tempat yang lebih rendah,) pada saat itu malaikat Jibril berada di tempat yang lebih rendah dari tempat Maryam (\"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu\") yaitu sebuah sungai yang dahulunya kering kini berair kembali, berkat kekuasaan Allah.
وَهُزِّىٓ إِلَيْكِ بِجِذْعِ ٱلنَّخْلَةِ تُسَٰقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًۭا جَنِيًّۭا ﴿٢٥﴾
Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
Dan gerakkan pangkal pohon kurma itu ke arahmu, ia akan menjatuhkan buahnya yang baik kepadamu(1). (1) Buah kurma yang matang mengandung zat makanan utama yang mudah dicerna. Karena itu, kurma menjadi makanan yang baik untuk wanita setelah melahirkan (masa nifas).
(Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu) yang pada saat itu kering. Huruf Ba dalam lafal Bijidz'i adalah Zaidah atau tambahan (niscaya pohon itu akan menggugurkan) asal kata Tusaaqith adalah Tatasaaqath kemudian Ta yang kedua diganti menjadi Sin, selanjutnya diidgamkan pada Sin yang kedua. Menurut qiraat yang lain tetap dibaca seperti lafal asalnya (buah kurma kepadamu) lafal Ruthaban adalah Tamyiz (yang masak-masak) lafal Janiyyan menjadi sifat dari lafal Ruthaban.
فَكُلِى وَٱشْرَبِى وَقَرِّى عَيْنًۭا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ ٱلْبَشَرِ أَحَدًۭا فَقُولِىٓ إِنِّى نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًۭا فَلَنْ أُكَلِّمَ ٱلْيَوْمَ إِنسِيًّۭا ﴿٢٦﴾
maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: \"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini\".
Makanlah dari buah kurma itu dan minumlah serta bersenang-senanglah. Jika kamu melihat seseorang mengingkari perkara ini, maka berilah isyarat bahwa kamu sedang berpuasa bicara dan tidak akan berbicara kepada siapa pun hari itu.
(Maka makanlah) dari buah kurma yang masak itu (dan minumlah) dari air sungai kecil itu (serta bersenang hatilah kamu) dengan anakmu itu. Lafal 'Ainan berfungsi sebagai Tamyiz yang dipindahkan dari Fa'ilnya, maksudnya selamat bersenang hati dengan anakmu itu. Atau dengan kata lain, kamu menjadi tenang dengan adanya anakmu itu sehingga kamu tidak memikirkan hal-hal yang lain. (Jika) lafal Immaa ini pada asalnya terdiri dari In Syarthiyah dan Ma Zaidah yang kemudian diidgamkan menjadi satu hingga menjadi Immaa (kamu melihat) dan lafal Tarayinna terbuang huruf Lam Fi'il dan 'Ain Fi'ilnya, kemudian harakat 'Ain Fi'ilnya dipindahkan pada huruf Ra, selanjutnya Ya Dhamir dikasrahkan karena bertemu dua sukun, sehingga jadilah Tarayinna (seorang manusia) kemudian ia menanyakan kepadamu tentang anakmu itu (maka katakanlah, \"Sesungguhnya aku bernazar shaum untuk Tuhan Yang Maha Pemurah) dengan menahan diri untuk tidak berbicara, baik mengenai perihal anaknya atau orang-orang lainnya, hal ini terbukti dengan perkataan selanjutnya (maka aku tidak akan berkata dengan seorang manusia pun pada hari ini)\" sesudah kejadian ini.
فَأَتَتْ بِهِۦ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُۥ ۖ قَالُوا۟ يَٰمَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْـًۭٔا فَرِيًّۭا ﴿٢٧﴾
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: \"Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
Maryam mendatangi kerabatnya sambil membawa 'Isâ. Dengan rasa heran dan ingkar, mereka berkata kepadanya, \"Sesungguhnya kamu telah membawa sesuatu yang amat buruk dan mungkar.\"
(Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya) lafal Tahmiluhu menjadi Hal atau kata keterangan keadaan. Sehingga kaumnya melihat anak itu (Kaumnya berkata, \"Hai Maryam! Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar) suatu dosa yang sangat besar karena kamu memperoleh anak tanpa ayah.
يَٰٓأُخْتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمْرَأَ سَوْءٍۢ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّۭا ﴿٢٨﴾
Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina\",
\"Wahai kerabat Hârûn, Nabi yang bertakwa dan taat,\" kata mereka lagi, \"bagaimana kamu melakukan hal itu, padahal bapakmu sama sekali bukan orang yang tak bermoral, dan ibumu pun bukan seorang pezina.\"(1). (1) Dalam Ensiklopedia Britanica disebutkan bahwa al-Qur'ân telah melakukan kesalahan sejarah ketika mengatakan bahwa Maryam adalah saudara Hârûn seperti termaktub pada ayat di atas. Padahal antara Hârûn, saudara Mûsâ, dan Maryam terdapat jarak ratusan tahun. Ensiklopedi itu lupa bahwa arti \"saudara\" di sini bukan dalam arti hubungan darah, tetapi \"saudara\" atas dasar kesamaan sikap, seperti disebut dalam kamus Lisân al-'Arab. Dengan demikian, sebutan bahwa Maryam saudara Hârûn adalah saudara dalam arti orang yang mempunyai kesamaan sifat kebaikan dan ketakwaan.
(Hai saudara perempuan Harun!) dia adalah seorang lelaki yang saleh, hal ini berarti Maryam pun serupa dengannya dalam hal memelihara kehormatan (Ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang buruk) bukan seorang pezina (dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pelacur)\" bukan pula seorang pezina, maka dari manakah anak ini.
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا۟ كَيْفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِى ٱلْمَهْدِ صَبِيًّۭا ﴿٢٩﴾
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: \"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?\"
Maryam menunjuk anaknya, 'Isâ a. s., supaya mereka berbicara langsung kepadanya. Lalu mereka berkata, \"Bagaimana kami dapat berbicara dengan anak kecil yang masih dalam buaian?\"
(Maka Maryam mengisyaratkan) kepada kaumnya (-seraya menunjuk- kepada anaknya) maksudnya supaya mereka bertanya kepada anaknya. (Mereka berkata, \"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak) yang masih (kecil berada dalam ayunan?)\".
قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا ﴿٣٠﴾
Berkata Isa: \"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,
Ketika 'Isâ mendengar perkataaan mereka, Allah lalu menjadikannya dapat berbicara, \"Sesungguhnya aku adalah hamba Allah yang akan diberi kitab Injîl. Allah akan memilihku menjadi seorang nabi.
(Isa berkata, \"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab) yakni kitab Injil (dan Dia menjadikan aku seorang nabi).
وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّۭا ﴿٣١﴾
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
Allah menjadikan aku sebagai orang yang diberkati, mengajarkan kebaikan dan mendatangkan kebaikan bagi manusia. Dia memerintahkanku untuk melakukan salat dan menunaikan zakat selama hidupku.
(Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada) maksudnya Dia menjadikan diriku orang yang banyak memberi manfaat kepada manusia. Ungkapan ini merupakan berita tentang kedudukan yang telah dipastikan baginya (dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan salat dan menunaikan zakat) Allah memerintahkan kepadaku untuk melakukan kedua hal tersebut (selama aku hidup).
وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًۭا شَقِيًّۭا ﴿٣٢﴾
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dia juga memerintahkanku untuk berbakti kepada ibuku, dan tidak menjadikan aku bersikap aniaya kepada manusia, serta celaka karena berbuat maksiat kepada-Nya.
(Dan berbakti kepada ibuku) lafal Barran dinashabkan oleh lafal Ja'alani yang keberadaannya diperkirakan, maksudnya, Dia menjadikan aku sebagai orang yang berbakti kepada ibuku (dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong) orang yang merasa tinggi diri (lagi celaka) yang durhaka kepada Rabbnya.
وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّۭا ﴿٣٣﴾
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali\".
Aku akan memperoleh keamanan dari Allah pada hari kelahiranku, hari kematianku dan hari kebangkitanku kembali dari kematian.\"
(Dan kesejahteraan) dari Allah (semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali)\" hal ini telah dikatakan pada kisah yang lalu, yaitu dalam doa Nabi Yahya.
ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ ﴿٣٤﴾
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Orang yang bersifat seperti itu adalah 'Isâ putra Maryam. Inilah pernyataan yang benar tentang dirinya yang banyak dipertentangkan oleh orang-orang yang mendustakannya dan yang kenabiannya diragukan oleh banyak orang.
(Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa', berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya, perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya, maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal Yamtaruuna berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya, mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, \"Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah\".
مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍۢ ۖ سُبْحَٰنَهُۥٓ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ﴿٣٥﴾
Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: \"Jadilah\", maka jadilah ia.
Tidak benar bahwa Allah mempunyai anak--Mahasuci Allah dari hal itu. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, niscaya kehendak-Nya itu akan terlaksana. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Dengan berkata, \"Jadilah,\" maka akan terwujud makhluk yang dikehendaki-Nya.
(Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia) dari hal tersebut. (Apabila Dia telah menetapkan sesuatu) yakni, Dia berkehendak untuk menciptakannya (maka Dia hanya berkata kepadanya, \"Jadilah\" maka jadilah dia) kalau dibaca Rafa' yaitu Yakuunu berarti ada lafal Huwa atau dia yang diperkirakan keberadaannya, kalau dibaca Nashab yaitu berarti dengan memperkirakan lafal An sebelumnya. Oleh sebab itu maka Nabi Isa diciptakan tanpa ayah.
وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبُّكُمْ فَٱعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَٰطٌۭ مُّسْتَقِيمٌۭ ﴿٣٦﴾
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.
Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian. Maka sembahlah Dia, dan jangan sekali-kali kalian menyekutukan-Nya. Dan apa yang aku serukan kepada kalian ini adalah jalan menuju kebahagiaan.
(Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabb kalian, maka sembahlah Dia) jika dibaca Anna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Udzkur, maksudnya: Ingatlah, sesungguhnya Allah dan seterusnya. Jika dibaca Kasrah yaitu Inna maka dengan memperkirakan keberadaan lafal Qul sebelumnya, maksudnya: Katakanlah, sesungguhnya Allah; hal ini dibuktikan oleh firman lainnya, yaitu: Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka melainkan apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu, \"Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian.\" (Q.S. Al-Maidah, 117). (ini) hal yang telah disebutkan tadi (adalah jalan) penuntun (yang lurus) yang dapat mengantarkan ke surga.
فَٱخْتَلَفَ ٱلْأَحْزَابُ مِنۢ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌۭ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن مَّشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿٣٧﴾
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.
Meskipun begitu, orang-orang Ahl al-Kitâb berselisih paham tentang 'Isâ, dan terbagi-bagi menjadi beberapa kelompok. Maka, azab yang pedih disediakan bagi mereka saat mendatangi hari perhitungan, menyaksikan hari kiamat dan menerima balasan yang amat buruk.
(Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka) yakni orang-orang Nasrani, yaitu sehubungan dengan perihal Isa, apakah dia anak Allah, atau tuhan di samping Allah, ataukah tuhan yang ketiga. (Maka kecelakaanlah) azab yang sangat keras (bagi orang-orang kafir) disebabkan apa yang telah disebutkan tadi dan hal-hal lainnya (pada waktu menyaksikan hari yang besar) yakni kehadiran mereka di hari kiamat dan kengerian-kengerian yang terjadi pada waktu itu.
أَسْمِعْ بِهِمْ وَأَبْصِرْ يَوْمَ يَأْتُونَنَا ۖ لَٰكِنِ ٱلظَّٰلِمُونَ ٱلْيَوْمَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍۢ ﴿٣٨﴾
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada Kami. Tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata.
Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka bertemu dengan Allah! Tetapi pada hari ini, karena sikap mereka yang menzalimi diri sendiri dan tidak mau memanfaatkan pendengaran dan penglihatannya ketika di dunia, mereka benar-benar sesat dari kebenaran.
(Alangkah terangnya pendengaran mereka dan alangkah tajamnya penglihatan mereka) kedua lafal ini merupakan Shighat atau ungkapan rasa takjub, maknanya sama dengan lafal Ma Asma'ahum dan Ma Absharahum (pada hari mereka datang kepada Kami) di akhirat kelak. (Tetapi orang-orang yang zalim) menurut ungkapan meletakkan isim Zhahir pada tempat isim Mudhmar' (pada hari ini) yakni di dunia (berada dalam kesesatan yang nyata) nyata kesesatannya, disebabkan mereka tuli tidak mau mendengarkan perkara yang hak, dan mereka buta tidak mau melihat yang benar. Maksudnya, hai orang yang diajak bicara sepatutnya kamu merasa takjub dan heran terhadap pendengaran dan penglihatan mereka di akhirat, sesudah di dunia mereka tuli dan buta.
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ ٱلْحَسْرَةِ إِذْ قُضِىَ ٱلْأَمْرُ وَهُمْ فِى غَفْلَةٍۢ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿٣٩﴾
Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
Wahai Rasul, berilah peringatan kepada orang-orang yang zalim tentang suatu hari tatkala mereka menyesal atas kelalaian mereka terhadap hak Allah dan hak mereka sendiri, sementara pada saat itu perkara mereka telah diputuskan dan sudah menerima balasan. Sesungguhnya mereka di dunia telah lalai dengan hari itu, karena mereka tidak percaya akan hari kebangkitan dan pembalasan.
(Dan berilah mereka peringatan) takut-takutilah hai Muhammad, orang-orang kafir Mekah itu (tentang hari penyesalan) yaitu hari kiamat sewaktu orang yang berbuat jahat merasa menyesal sekali karena tidak mau berbuat kebaikan di dunia (yaitu ketika segala perkara telah diputus) bagi mereka di hari kiamat, yaitu mereka harus menerima azab (Dan mereka) di dunia (dalam kelalaian) tentang hari penyesalan itu (dan mereka tidak pula beriman) kepada adanya hari penyesalan itu.
إِنَّا نَحْنُ نَرِثُ ٱلْأَرْضَ وَمَنْ عَلَيْهَا وَإِلَيْنَا يُرْجَعُونَ ﴿٤٠﴾
Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan.
Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya Allahlah yang mewariskan alam dengan segala seisinya ini. Dan perhitungan untuk mereka ada pada Allah.
(Sesungguhnya Kami) lafal Nahnu berfungsi sebagai Taukid atau kata pengukuh (mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di dalamnya) baik yang berakal maupun yang lainnya, yaitu dengan membinasakan mereka (dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan) pada hari kiamat untuk menerima pembalasan.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًۭا نَّبِيًّا ﴿٤١﴾
Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
Wahai Rasul, ceritakanlah kepada manusia kisah Ibrâhîm yang terdapat dalam al-Qur'ân. Ibrâhîm sungguh seorang yang sangat benar perkataan dan perbuatannya dan seorang yang mendapatkan wahyu dari Allah.
(Dan ceritakanlah) kepada mereka (tentang Ibrahim di dalam Al-Kitab ini) Alquran, yaitu tentang kisahnya. (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan) seorang yang sangat jujur dalam keimanannya (lagi seorang nabi) hal ini dijelaskan dalam ayat selanjutnya.
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِى عَنكَ شَيْـًۭٔا ﴿٤٢﴾
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; \"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
Ingatlah ketika Ibrâhîm berkata dengan lemah lembut kepada bapaknya, \"Wahai Bapak, mengapa engkau menyembah berhala yang tidak dapat mendengar dan melihat, juga tidak dapat mendatangkan kebaikan untukmu dan tidak dapat menolak kejahatan dari dirimu?
(Yaitu ketika ia berkata kepada bapaknya) yang bernama Azar, (\"Wahai bapakku!) huruf Ta pada lafal Abati ganti dari Ya Idhafah, karena keduanya tidak dapat dikumpulkan menjadi satu. Azar adalah penyembah berhala (Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu) tidak dapat mencukupimu (sedikit pun?) baik berupa manfaat maupun bahaya.
يَٰٓأَبَتِ إِنِّى قَدْ جَآءَنِى مِنَ ٱلْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَٱتَّبِعْنِىٓ أَهْدِكَ صِرَٰطًۭا سَوِيًّۭا ﴿٤٣﴾
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai Bapak, sesungguhnya aku telah memperoleh ilmu pengetahuan tentang Allah melalui wahyu yang tidak kamu peroleh, juga pengetahuan tentang kewajiban manusia terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, ikutilah aku dan berimanlah kepada apa yang aku serukan kepadamu, niscaya aku akan tunjukkan kepadamu jalan lurus yang membawamu kepada kebenaran dan kebahagiaan.
(Wahai bapakku! Sesungguhnya telah datang kepadaku sebagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan) penuntun (yang lurus) tidak menyimpang dari kebenaran.
يَٰٓأَبَتِ لَا تَعْبُدِ ٱلشَّيْطَٰنَ ۖ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ كَانَ لِلرَّحْمَٰنِ عَصِيًّۭا ﴿٤٤﴾
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Wahai Bapak, janganlah engkau menaati setan untuk menyembah berhala seperti yang diajaknya kepadamu. Sesungguhnya setan itu selalu mendurhakai Allah dan menentang perintah-Nya.
(Wahai bapakku! Janganlah kamu menyembah setan) dengan ketaatanmu kepadanya, yaitu menyembah berhala. (Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah) yang banyak durhakanya.
يَٰٓأَبَتِ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌۭ مِّنَ ٱلرَّحْمَٰنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَٰنِ وَلِيًّۭا ﴿٤٥﴾
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan\".
Wahai Bapak, sesungguhnya aku khawatir jika kamu terus berada dalam kekufuran, kamu akan ditimpa azab yang sangat pedih dari Allah, sehingga menjadi teman setan, yang saling menolong, di dalam neraka.\"
(Wahai bapakku! Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah) jika kamu tidak bertobat (maka kamu menjadi kawan bagi setan)\" yaitu menjadi penolong dan temannya di neraka.
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنْ ءَالِهَتِى يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ ۖ وَٱهْجُرْنِى مَلِيًّۭا ﴿٤٦﴾
Berkata bapaknya: \"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama\".
Dengan sikap ingkar, bapaknya berkata dan mengancam Ibrâhîm, \"Wahai Ibrâhîm, mengapa kamu berpaling dari tuhan-tuhanku dan mengajakku untuk menyembah Tuhanmu? Jika kamu tidak berhenti mencela tuhanku, akan aku lempari kamu dengan bebatuan. Berhati-hatilah kamu terhadapku dan tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama sampai reda amarahku kepadamu.\"
(Bapaknya berkata, \"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim?) maka sebab itu kamu mencelanya. (Jika kamu tidak berhenti) mencaci makinya (maka niscaya kamu akan kurajam) dengan batu, atau dengan perkataan yang jelek, maka hati-hatilah kamu terhadapku (dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama)\" yakni dalam masa yang lama.
قَالَ سَلَٰمٌ عَلَيْكَ ۖ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّىٓ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ بِى حَفِيًّۭا ﴿٤٧﴾
Berkata Ibrahim: \"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.
Ibrâhîm bersikap lembut terhadap bapaknya, lalu mengucapkan salam perpisahan seraya berkata, \"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, dan aku akan memohon kepada Tuhanku agar engkau mendapatkan petunjuk dan ampunan. Sesungguhnya Tuhanku selalu menyayangiku dan berada di dekatku.
(Ibrahim berkata, \"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu) dariku, maksudnya aku tidak akan lagi menimpakan hal-hal yang tidak diinginkan kepadamu (aku akan memintakan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku\") lafal Hafiyyan berasal dari lafal Hafaa, yang artinya sangat baik hingga Dia selalu memperkenankan doaku. Kemudian Nabi Ibrahim memenuhi janjinya itu, sebagaimana disebutkan di dalam surah Asy-Syu'ara, yaitu, \".. dan ampunilah bapakku...\" (Q.S. Asy-Syu'ara, 86). Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum jelas baginya bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surah At-Taubah.
وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَأَدْعُوا۟ رَبِّى عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّى شَقِيًّۭا ﴿٤٨﴾
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku\".
Kini tibalah saatnya aku meninggalkan kalian semua dan menjauhi apa yang kalian sembah selain Allah. Aku akan menyembah Tuhanku semata, dengan harapan Dia akan menerima ketaatanku dan tidak menyia- nyiakan harapanku.\"
(Dan aku akan menjauhkan diri daripada kalian dan daripada apa yang kalian seru) yang kalian sembah (selain Allah, dan aku akan berdoa) yakni aku akan menyembah (kepada Rabbku, mudah-mudahan aku dengan berdoa kepada Rabbku) dengan beribadah kepada-Nya (tidak akan kecewa)\" sebagaimana kalian kecewa karena menyembah berhala-berhala itu.
فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّۭا جَعَلْنَا نَبِيًّۭا ﴿٤٩﴾
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.
Ketika Ibrâhîm telah memisahkan diri dari bapaknya, kaumnya, dan tuhan-tuhan mereka, Allah kemudian memuliakannya dengan memberikan kepadanya keturunan yang saleh, pada saat-saat ia hampir putus asa. Sebab, kala itu, ia dan istrinya telah sampai pada batas umur yang tidak mungkin lagi memperoleh keturunan. Allah menganugerahkan kepadanya Ishâq, dan dari Ishâq Allah memberi Ya'qûb yang semuanya dijadikan nabi.
(Ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah) dia pergi ke tanah suci (Kami anugerahkan kepadanya) dua orang putra yang menjadi penghibur hatinya (Ishak dan Yakub. Dan masing-masingnya) di antara keduanya (Kami angkat menjadi nabi).
وَوَهَبْنَا لَهُم مِّن رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّۭا ﴿٥٠﴾
Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi.
Lebih dari kenabian, Kami pun memberikan mereka banyak kebaikan agama dan dunia dengan rahmat Kami. Kami memberikan pula kenangan baik yang abadi kepada mereka melalui buah tutur yang baik lagi terhormat yang selalu menyebut mereka.
(Dan Kami anugerahkan kepada mereka) bertiga Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, dan Nabi Yakub (sebagian dari rahmat Kami,) berupa harta benda dan anak-anak (dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi) mereka selalu menjadi pujian dan sanjungan semua pemeluk agama.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ مُوسَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مُخْلَصًۭا وَكَانَ رَسُولًۭا نَّبِيًّۭا ﴿٥١﴾
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi.
Wahai Muhammad, ceritakan pula kepada mereka kisah Mûsâ yang ada di dalam al-Qur'ân. Sesungguhnya ia adalah orang yang tulus jiwa, hati dan jasmaninya kepada Allah. Dan ia telah dipilih sebagai nabi dan rasul.
(Dan ceritakanlah kisah Musa di dalam Alquran ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang mukhlis) dapat dibaca Mukhlishan dan Mukhlashan, artinya seorang yang ikhlas di dalam beribadah dan Allah membersihkan dirinya dari hal-hal yang kotor (di samping ia adalah seorang rasul dan nabi).
وَنَٰدَيْنَٰهُ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ ٱلْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَٰهُ نَجِيًّۭا ﴿٥٢﴾
Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami).
Mûsâ Kami beri kemuliaan dan Kami panggil di gunung Thûr. Ia pun mendengar panggilan Tuhannya dari arah kanan. Sebagai pemuliaan, ia Kami dekatkan dan Kami pilih untuk bermunajat kepada Kami.
(Dan Kami telah memanggilnya) melalui firman-Nya, \"Hai Musa! Sesungguhnya Aku adalah Allah...\" (Q.S. Al-Qashash, 30). (dari arah Thur) nama sebuah bukit (sebelah kanan) yakni dari sebelah kanan Nabi Musa ketika ia baru datang dari negeri Madyan (dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami waktu dia munajat) bermunajat, yaitu Allah memperdengarkan Kalam-Nya kepadanya.
وَوَهَبْنَا لَهُۥ مِن رَّحْمَتِنَآ أَخَاهُ هَٰرُونَ نَبِيًّۭا ﴿٥٣﴾
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi.
Kami berikan kepadanya sebagian dari rahmat dan nikmat Kami. Selain itu, saudara Mûsâ, Hârûn, juga Kami jadikan nabi untuk membantu dalam menyampaikan risalah.
(Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami) sebagian dari nikmat Kami (yaitu saudaranya, Harun) Lafal Haruna menjadi Badal atau Athaf Bayan (menjadi seorang nabi) lafal Nabiyyan ini menjadi Hal atau kata keterangan yang dimaksud daripada pemberian itu; hal ini merupakan pengabulan dari doa Nabi Musa sendiri yang meminta kepada Allah, supaya Dia mengangkat saudara tuanya menjadi rasul pula.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًۭا نَّبِيًّۭا ﴿٥٤﴾
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.
Wahai Muhammad, ceritakan juga kepada mereka kisah Ismâ'îl yang ada di dalam al-Qur'ân. Sesungguhnya ia adalah orang yang menepati janji. Ismâ'îl telah berjanji kepada bapaknya untuk sabar dan tabah atas penyembelihan dirinya, dan ia menepatinya. Lalu ia diganti, dengan seekor kambing, dan dimuliakan dengan membawa misi kerasulan dan kenabian.
(Dan ceritakanlah kisah Ismail di dalam Alquran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya) sekali-kali ia tidak menjanjikan sesuatu melainkan ia memenuhinya. Disebutkan bahwa ia pernah menunggu seseorang yang telah berjanji kepadanya, selama tiga hari atau satu tahun, sehingga orang yang berjanji itu datang kepadanya di tempat yang dijanjikan itu, dan ternyata Nabi Ismail masih menunggu di tempat itu (dan dia adalah seorang rasul) untuk kabilah Jurhum (dan nabi).
وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُۥ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ وَكَانَ عِندَ رَبِّهِۦ مَرْضِيًّۭا ﴿٥٥﴾
Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.
Ia menyuruh keluarganya untuk mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dan ia adalah seorang yang mendapatkan tempat yang mulia berupa keridaan Tuhannya.
(Dan ia menyuruh ahlinya) yakni kaumnya (untuk salat dan menunaikan zakat dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Rabbnya) lafal Mardhiyyan asalnya Mardhuwwun, kedua huruf Wawunya diganti menjadi Ya. Selanjutnya harakat Dhammah Dhadhnya diganti menjadi Kasrah, akhirnya jadi Mardhiyyun, oleh karena kedudukannya menjadi Khabar Kaana maka bacaannya menjadi Mardhiyyan.
وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِدْرِيسَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًۭا نَّبِيًّۭا ﴿٥٦﴾
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi.
Wahai Muhammad, ceritakan juga kepada mereka kisah Idrîs yang ada di dalam al-Qur'ân. Sesungguhnya Idrîs adalah seorang yang benar perkataan dan perbuatannya. Allah telah memberikan anugerah kenabian kepadanya.
(Dan ceritakanlah kisah Idris di dalam Alquran) Nabi Idris adalah buyut Nabi Ibrahim atau ayah kakek Nabi Nuh (Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang nabi).
وَرَفَعْنَٰهُ مَكَانًا عَلِيًّا ﴿٥٧﴾
Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.
Dengan kenabian itu, ia diangkat ke derajat yang tinggi.
(Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi) ia masih tetap hidup sampai sekarang bertempat di langit keempat atau keenam, atau ketujuh atau berada di dalam surga. Ia dimasukkan ke dalam surga setelah terlebih dahulu mencicipi rasanya mati lalu dihidupkan kembali, setelah itu ia tidak mau keluar lagi dari dalam surga.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ مِن ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍۢ وَمِن ذُرِّيَّةِ إِبْرَٰهِيمَ وَإِسْرَٰٓءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَٱجْتَبَيْنَآ ۚ إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُ ٱلرَّحْمَٰنِ خَرُّوا۟ سُجَّدًۭا وَبُكِيًّۭا ۩ ﴿٥٨﴾
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.
Orang-orang yang Kami berikan berbagai kenikmatan dunia dan akhirat yang telah disebutkan tadi, yaitu para nabi dari keturunan Adam dan keturunan orang-orang yang telah diselamatkan melalui bahtera Nûh, keturunan Ibrâhîm seperti Ismâ'îl, keturunan Ya'qûb seperti nabi-nabi Banû Isrâ'îl, dan orang-orang yang Kami beri petunjuk kepada kebenaran dan Kami pilih untuk meninggikan kalimat Allâh, adalah orang-orang yang apabila mendengar ayat-ayat Allah yang dibacakan kepada mereka, mereka segera sujud dan tunduk kepada Allah dengan penuh kekhusyukan.
(Mereka itu) kalimat ini menjadi Mubtada (adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah) menjadi sifat daripada lafal Ulaaika (yaitu para nabi) menjadi Bayan atau keterangan dari lafal Ulaaika yang kedudukannya sama dengan sifat. Lafal-lafal yang sesudahnya sampai kepada Jumlah Syarat menjadi sifat dari lafal Nabiyyiin. Maka firman-Nya (dari keturunan Adam) yakni Nabi Idris (dan dari orang-orang yang Kami muatkan bersama Nuh) di dalam bahteranya, maksudnya adalah Nabi Ibrahim yaitu cucu daripada anak Nabi Nuh yang bernama Sam (dan dari keturunan Ibrahim) yakni Nabi Ismail dan Nabi Ishaq serta Nabi Yakub, (dan) dari keturunan (Israel) yang dimaksud adalah Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan Nabi Isa (dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih) daripada mereka. Khabar dari lafal Ulaaika yang di permulaan ayat tadi ialah (\"Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis\"). Lafal Sujjadan dan Bukiyyan adalah bentuk jamak dari lafal Saajidun dan Baakin. Maksudnya jadilah kalian orang-orang seperti mereka. Asal kata Bukiyyun adalah Bukiwyun, kemudian huruf Wawunya diganti menjadi Ya dan harakat Dhammahnya diganti pula dengan Kasrah, sehingga menjadi Buhiyyun.
۞ فَخَلَفَ مِنۢ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلشَّهَوَٰتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا ﴿٥٩﴾
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
Sesudah orang-orang pilihan itu, datanglah generasi-generasi yang tidak mengikuti petunjuk mereka. Generasi tersebut meninggalkan salat, tidak mau mengambil manfaat dan petunjuk dari salat serta bergelimang dalam kemaksiatan. Kelak, mereka akan menerima balasan kesesatan mereka di dunia dan akhirat.
(Maka datanglah sesudah mereka pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan salat) dengan cara meninggalkannya seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani (dan memperturutkan hawa nafsunya) gemar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat (maka mereka kelak akan menemui kesesatan) ghayya adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam, mereka akan dijerumuskan ke dalamnya.
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْـًۭٔا ﴿٦٠﴾
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun,
Tetapi mereka yang segera bertobat, beriman dan beramal saleh, sesungguhnya Allah akan menerima pertobatan mereka. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga, dan pahala mereka tidak akan dikurangi sedikit pun.
(Kecuali) yakni berbeda halnya dengan (orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dianiaya) tidak dirugikan (barang sedikit pun) dari pahala mereka.
جَنَّٰتِ عَدْنٍ ٱلَّتِى وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ عِبَادَهُۥ بِٱلْغَيْبِ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ وَعْدُهُۥ مَأْتِيًّۭا ﴿٦١﴾
yaitu surga 'Adn yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun (surga itu) tidak nampak. Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati.
Surga ini adalah tempat abadi yang telah dijanjikan Sang Pengasih kepada para hamba-Nya yang bertobat dan mempercayai-Nya meskipun mereka tidak pernah melihat-Nya. Mereka pasti akan memasukinya. Sungguh janji Allah itu pasti akan ditepati.
(Yaitu surga Adn) menjadi tempat tinggal mereka. Lafaz 'Adn menjadi Badal daripada lafal Jannatin (yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah kepada hamba-hamba-Nya, sekalipun surga itu tidak tampak). Lafal Bil Ghaibi menjadi Hal, maksudnya walaupun surga itu tidak kelihatan oleh mereka. (Sesungguhnya janji Allah itu) yakni apa yang telah dijanjikan oleh-Nya (pasti akan ditepati). Lafal Ma'tiyyan maknanya Aatiyan; asalnya adalah Ma'tiwyun. Yang dimaksud dengan janji-Nya adalah surga yang akan ditempati oleh orang-orang yang berhak memasukinya.
لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا إِلَّا سَلَٰمًۭا ۖ وَلَهُمْ رِزْقُهُمْ فِيهَا بُكْرَةًۭ وَعَشِيًّۭا ﴿٦٢﴾
Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam surga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang.
Di dalam surga itu mereka tidak berkata dan tidak mendengar perkataan yang tidak berguna. Mereka hanya mendengar perkataan yang baik dan damai. Rezeki mereka di dalamnya sangat luas dan selalu terjamin.
(Mereka tidak mendengar perkataan yang tidak berguna di dalam surga) pembicaraan yang tak berarti (kecuali) mereka hanya mendengar (ucapan Salam) dari para Malaikat buat mereka, atau dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. (Bagi mereka rezekinya di surga itu tiap-tiap pagi dan petang) dalam perkiraan kedua waktu tersebut menurut perhitungan waktu di dunia, karena sesungguhnya di dalam surga itu tidak ada siang dan malam tetapi yang ada hanyalah cahaya dan nur yang abadi.
تِلْكَ ٱلْجَنَّةُ ٱلَّتِى نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّۭا ﴿٦٣﴾
Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.
Allah hanya memberikan surga itu kepada orang-orang yang bertakwa di dunia dengan meninggalkan maksiat dan selalu taat.
(Itulah surga yang akan Kami wariskan) Kami anugerahkan dan Kami tempatkan di dalamnya (kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa) yang berlaku taat kepada-Nya. Ayat berikut diturunkan ketika wahyu datang sangat terlambat selama beberapa hari, kemudian Nabi saw. berkata kepada malaikat Jibril ketika datang kepadanya, \"Apakah gerangan yang menyebabkan engkau tidak menziarahi aku selama ini\".
وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُۥ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّۭا ﴿٦٤﴾
Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Ketika mereka telah masuk dan menetap di surga, mereka berkata dengan memuji kepada Allah, \"Kami tidak akan masuk surga dan tidak akan berpindah-pindah di dalamnya dari satu tempat ke tempat yang lain, kecuali dengan perintah Allah dan karunia-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Maharaja dan Maha Pengatur lagi Maha Mengetahui masa depan dan masa lalu kami serta apa yang terjadi di antara keduanya. Allah tidak akan lupa dengan janji-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.
(Dan tidaklah kami turun melainkan dengan perintah Rabbmu, kepunyaan-Nyalah apa-apa yang ada di hadapan kita) yakni berupa semua perkara akhirat (apa-apa yang ada di belakang kita) berupa semua perkara duniawi (dan apa-apa yang ada di antara keduanya) apa yang ada dalam waktu sekarang sampai dengan datangnya hari kiamat. Yang dimaksud ialah bahwa pengetahuan mengenai kesemuanya itu berada pada-Nya (dan tidaklah Rabbmu lupa) lafal Nasiyyan bermakna Naasiyan, maksudnya, Allah tidak akan meninggalkanmu disebabkan wahyu yang terlambat datang kepadamu.
رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَٱعْبُدْهُ وَٱصْطَبِرْ لِعِبَٰدَتِهِۦ ۚ هَلْ تَعْلَمُ لَهُۥ سَمِيًّۭا ﴿٦٥﴾
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?
Allah adalah Pencipta yang memiliki kerajaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya. Dialah yang mengatur keduanya dan hanya Dia yang patut disembah. Maka sembahlah Dia, wahai manusia, dan sabarlah dalam beribadah kepada-Nya dengan penuh ketenangan. Tidak ada selain Dia yang patut disembah atau diberi nama dengan salah satu nama-nama yang dimiliki-Nya.
Dia adalah (Rabb) yang menguasai (langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) bersikap sabarlah dalam menjalankan dua perkara tersebut. (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia) yang patut disembah seperti Dia, tentu saja tidak.
وَيَقُولُ ٱلْإِنسَٰنُ أَءِذَا مَا مِتُّ لَسَوْفَ أُخْرَجُ حَيًّا ﴿٦٦﴾
Dan berkata manusia: \"Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?\"
Dengan penuh rasa heran terhadap peristiwa kebangkitan, manusia berkata, \"Bagaimana aku akan dibangkitkan kembali setelah aku mati?\"
(Dan berkata manusia,) mereka yang ingkar kepada adanya hari berbangkit, yaitu Ubay bin Khalaf atau Walid bin Mughirah, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikapnya itu (\"Betulkah apabila) dapat dibaca Aidza dan Ayidza (aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?\") yakni akan dihidupkan kembali dari kuburan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Muhammad. Kata tanya di sini mengandung makna Nafi atau kalimat negatif, maksudnya, Aku tidak akan dihidupkan kembali sesudah mati. Huruf Ma adalah Zaidah yang faedahnya untuk mengukuhkan kalimat, demikian pula huruf Lamnya. Kemudian Allah menyanggah perkataan mereka itu melalui firman-Nya:
أَوَلَا يَذْكُرُ ٱلْإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقْنَٰهُ مِن قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْـًۭٔا ﴿٦٧﴾
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?
Bagaimana mungkin ia merasa heran dengan kekuasaan Allah untuk membangkitkan kembali manusia di akhirat. Apakah ia tidak ingat bahwa Allah telah menciptakannya di dunia dari ketiadaan? Bukankah, menurut logika, menciptakan kembali itu lebih mudah daripada memulainya?
(Dan tidakkah manusia itu memikirkan) asal kata Yadzdzakkaru ini adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Ta diganti menjadi Dzal, lalu diidghamkan ke dalam huruf Dzal asal sehingga menjadi Yadzdzakkaru. Tetapi menurut qiraat yang lain dibaca Yadzkuru (bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedangkan ia tidak ada sama sekali) oleh karenanya mengapa ia tidak mengambil kesimpulan dari permulaan itu kepada pengembalian, yakni kembali kepada-Nya.
فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَٱلشَّيَٰطِينَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّۭا ﴿٦٨﴾
Demi Tuhanmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut.
Jika kebangkitan itu suatu keanehan yang diingkari oleh orang-orang kafir, maka demi Tuhan yang telah menciptakan, memelihara dan membesarkanmu, pada hari kiamat nanti, Kami pasti akan mengumpulkan orang-orang kafir bersama setan-setan yang selalu menggoda mereka dengan kekafiran. Dan Kami akan mendatangkan mereka di sekeliling neraka jahanam dalam keadaan--karena ketakutan mereka yang amat sangat--berlutut penuh kehinaan.
(Demi Rabbmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka) orang-orang yang ingkar kepada adanya hari berbangkit itu (bersama dengan setan) Kami mengumpulkan masing-masing dari mereka bersama setan-setannya dalam keadaan terbelenggu (kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahanam) dari luarnya (dengan berlutut) berjalan dengan lututnya. Lafal Jitsiyyan adalah bentuk jamak dari lafal jaatsin, asal katanya adalah Jitsuwwun atau Jitsuwyun yang akar katanya berasal dari Jatsaa-Yajtsuu atau Jatsaa Yajtsii. Ada dua pendapat sehubungan dengan lafal ini.
ثُمَّ لَنَنزِعَنَّ مِن كُلِّ شِيعَةٍ أَيُّهُمْ أَشَدُّ عَلَى ٱلرَّحْمَٰنِ عِتِيًّۭا ﴿٦٩﴾
Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Kemudian, dari tiap-tiap golongan, akan ditarik seseorang di antara mereka yang paling durhaka dan sombong kepada Allah. Lalu ia akan dimasukkan terlebih dahulu ke dalam siksa yang pedih sebelum yang lain.
(Kemudian pasti akan Kami tarik dari tiap-tiap golongan) yakni setiap kelompok dari mereka (siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah) sangat berani berbuat durhaka kepada-Nya.
ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِٱلَّذِينَ هُمْ أَوْلَىٰ بِهَا صِلِيًّۭا ﴿٧٠﴾
Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka.
Kami lebih mengetahui siapa yang paling berhak masuk neraka dan merasakan kobaran apinya lebih dahulu sebelum mereka.
(Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang lebih utama terhadapnya) lebih berhak terhadap Jahanam, yaitu orang yang sangat durhaka kepada-Nya dan orang-orang yang sama seperti mereka (untuk dimasukkan ke dalamnya) yang lebih utama masuk Jahanam dan lebih layak untuk menempatinya. Maka Kami memulai dengan mereka. Asal kata Shiliyyun adalah Shiliwyun, berasal dari Fi'il Shaliya atau Shalaa.
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًۭا مَّقْضِيًّۭا ﴿٧١﴾
Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan.
Kalian semua, tanpa terkecuali, pasti akan mendatanginya. Orang-orang Mukmin hanya akan melihat dan melewatinya. Sementara orang-orang kafir akan masuk ke dalamnya. Semua itu pasti akan terjadi sesuai dengan ketetapan Allah.
(Dan tidak) (daripada kalian) seorang pun (melainkan mendatangi neraka itu) neraka Jahanam. (Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan) telah dipastikan dan telah diputuskan oleh-Nya, hal ini tidak akan diabaikan-Nya.
ثُمَّ نُنَجِّى ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّنَذَرُ ٱلظَّٰلِمِينَ فِيهَا جِثِيًّۭا ﴿٧٢﴾
Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.
Kemudian Kami benar-benar akan memberikan kasih sayang Kami kepada orang-orang yang bertakwa, sehingga mereka selamat dari neraka jahanam. Sedangkan orang-orang yang menzalimi diri mereka akan Kami biarkan berlutut kaki di dalam neraka jahanam sebagai siksa bagi mereka.
(Kemudian Kami akan menyelamatkan) dapat dibaca Nunajjii dan Nunjii (orang-orang yang bertakwa) orang-orang yang memelihara dirinya dari kemusyrikan dan kekafiran, Kami akan selamatkan daripadanya (dan Kami akan membiarkan orang-orang yang zalim) orang-orang yang melakukan kemusyrikan dan kekafiran (di dalam neraka dalam keadaan berlutut) berdiri di atas lutut mereka.
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا بَيِّنَٰتٍۢ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَىُّ ٱلْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌۭ مَّقَامًۭا وَأَحْسَنُ نَدِيًّۭا ﴿٧٣﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: \"Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuan(nya)?\"
Semasa hidup di dunia, jika ayat-ayat Allah yang jelas petunjuknya dibacakan kepada orang-orang kafir, mereka menentangnya. Dengan membanggakan harta dan kelompok, mereka berkata kepada orang-orang yang beriman, \"Nasib kalian tidaklah sama dengan nasib kami di dunia. Kedudukan kami lebih baik dari pada kedudukan kalian. Demikian juga kedudukan kami di akhirat yang kalian yakini itu.\"
(Dan apabila dibacakan kepada mereka) yaitu mereka orang-orang Mukmin dan orang-orang kafir (ayat-ayat Kami) dari Alquran (yang terang) jelas keadaan dan maksudnya (niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman, \"Manakah di antara kedua golongan) kami dan kalian (yang lebih baik tempat tinggalnya) yaitu, tempat menetap dan rumahnya. Lafal Maqaaman berasal dari kata kerja Qaama, kalau dibaca Muqaaman berarti berasal dari kata kerja Aqaama (dan lebih indah tempat pertemuannya\"). Lafal Nadiyyan bermakna An-Naadi artinya tempat berkumpulnya kaum, yang mereka berbincang-bincang di dalamnya. Mereka bermaksud bahwa kamilah yang lebih baik daripada kalian. Kemudian Allah berfirman,
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَٰثًۭا وَرِءْيًۭا ﴿٧٤﴾
Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap di pandang mata.
Hendaknya orang-orang kafir itu mengambil pelajaran dari umat-umat terdahulu yang dihancurkan oleh Allah karena ingkar kepada-Nya. Padahal, ketika di dunia, umat-umat itu lebih baik kedudukannya, lebih banyak hartanya dan lebih gagah dalam pandangan mata ketimbang mereka. Allah telah membinasakan mereka karena kekufuran. Jejak mereka itu sebenarnya dapat dijadikan sebagai nasihat bagi setiap orang yang ingin menjadikannya pelajaran.
(\"Berapa banyak) alangkah banyaknya (umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka) yaitu umat-umat di masa silam (sedangkan mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya) yakni harta bendanya lebih banyak dan perabotan rumah tangga mereka jauh lebih bagus (dan lebih sedap dipandang mata\") lebih indah dipandang mata. Lafal Ri'yan berasal dari kata Ar-Ru'yah. Maksudnya, sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat dahulu disebabkan kekafirannya, maka Kami pun akan membinasakan mereka pula.
قُلْ مَن كَانَ فِى ٱلضَّلَٰلَةِ فَلْيَمْدُدْ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ مَدًّا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا رَأَوْا۟ مَا يُوعَدُونَ إِمَّا ٱلْعَذَابَ وَإِمَّا ٱلسَّاعَةَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ شَرٌّۭ مَّكَانًۭا وَأَضْعَفُ جُندًۭا ﴿٧٥﴾
Katakanlah: \"Barang siapa yang berada di dalam kesesatan, maka biarlah Tuhan yang Maha Pemurah memperpanjang tempo baginya; sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa maupun kiamat, maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya\".
Wahai Rasul, katakanlah kepada mereka, \"Barangsiapa berada dalam kesesatan dan kekufuran, maka Allah akan menangguhkan dan memanjangkan umurnya sehingga ia bertambah zalim dan sesat.\" orang-orang kafir itu akan selalu mengatakan kepada orang-orang yang beriman, \"Di antara dua golongan, Mukmin dan kafir, siapakah yang lebih baik kedudukan dan tempat pertemuannya?\" Hingga ketika mereka menyaksikan apa yang dijanjikan kepada mereka--adakalanya dalam bentuk penyiksaan orang-orang muslim di dunia terhadap mereka dengan pembunuhan dan penawanan, atau dalam keadaaan terhina di akhirat--saat itulah mereka baru menyadari bahwa merekalah yang lebih buruk kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya.
(Katakanlah! \"Barang siapa yang berada di dalam kesesatan) kalimat ayat ini mengandung syarat sedangkan Jawabnya ialah (maka biarlah diperpanjang) kalimat perintah di sini bermakna kalimat berita, artinya hendaknya diperpanjang (tempo baginya oleh Yang Maha Pemurah dengan sesungguhnya) di dunia ini dengan memperturutkan apa yang ia kehendaki (sehingga apabila mereka telah melihat apa yang diancamkan kepadanya, baik siksa) seperti dibunuh dan ditahan (maupun kiamat) yang pengertiannya mencakup juga neraka Jahanam tempat mereka dimasukkan ke dalamnya (maka mereka akan mengetahui siapa yang lebih jelek kedudukannya dan lebih lemah penolong-penolongnya\") yakni pembantu-pembantunya; apakah mereka ataukah orang-orang yang beriman, pembantu-pembantu mereka adalah setan sedangkan pembantu-pembantu orang-orang yang beriman di dalam menghadapi mereka adalah para Malaikat.
وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهْتَدَوْا۟ هُدًۭى ۗ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًۭا وَخَيْرٌۭ مَّرَدًّا ﴿٧٦﴾
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.
Adapun orang-orang yang beriman terhadap ayat-ayat Allah, ketika mendengar ayat-ayat itu mereka langsung menerimanya. Dengan begitu, Allah menambahkan petunjuk-Nya kepada mereka untuk berbuat baik. Amalan-amalan saleh itu lebih baik dan lebih kekal pahalanya di sisi Allah.
(Dan Allah akan menambah kepada mereka yang telah mendapat petunjuk) berkat iman mereka (hidayah) berkat ayat-ayat yang diturunkan kepada mereka (Dan amal-amal saleh yang kekal itu) yaitu ketaatan kepada Allah yang selalu dilakukan oleh seseorang (lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebih baik kesudahannya) akhir dan kesudahan daripadanya, berbeda dengan amal perbuatan orang-orang kafir. Pengertian perbandingan kebaikan di sini sebagai kebalikan daripada perkataan orang-orang kafir, yaitu ketika mereka mengatakan, \"Manakah di antara kedua golongan yang lebih baik kedudukannya?\"
أَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى كَفَرَ بِـَٔايَٰتِنَا وَقَالَ لَأُوتَيَنَّ مَالًۭا وَوَلَدًا ﴿٧٧﴾
Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: \"Pasti aku akan diberi harta dan anak\".
Hendaknya kamu merasa heran, wahai Muhammad, terhadap orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Allah dan tertipu oleh kehidupan dunia, sehingga mengingkari hari kebangkitan dan, dengan nada mengolok-olok, berkata, \"Sesungguhnya di akhirat yang kalian yakini keberadaannya, Allah akan memberikan kepadaku harta dan anak yang dapat aku banggakan di sana.\" Ia mengira bahwa akhirat itu seperti dunia. Ia lupa bahwa akhirat merupakan tempat pembalasan bagi kebaikan dan kejahatan. Sesungguhnya kemuliaan di akhirat hanya dapat diperoleh dengan amal saleh.
(Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami) maksudnya 'Ashi bin Wa'il (dan ia mengatakan,) kepada Khabbab bin Art yang mengatakan kepadanya, bahwa engkau kelak akan dibangkitkan hidup kembali sesudah mati. Pada saat itu Khabbab sedang menagih utang kepadanya (\"Pasti aku akan diberi) seandainya aku dibangkitkan hidup kembali (harta dan anak\") maka pada saat itu aku akan membayar utangku kepadamu. Allah berfirman menyanggahnya:
أَطَّلَعَ ٱلْغَيْبَ أَمِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحْمَٰنِ عَهْدًۭا ﴿٧٨﴾
Adakah ia melihat yang ghaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?,
Apakah orang kafir itu dapat melihat yang gaib, sehingga ia memberi kabar dengan benar; atau, ia telah membuat perjanjian dengan Allah, sehingga sangat berpengharapan?
(Adakah dia melihat yang gaib) apakah dia mengetahuinya sehingga ia berani mengatakan, bahwa dia akan diberi seperti apa yang dikatakannya itu. Lafal Aththala'a ini disebabkan sudah cukup hanya dengan memakai Hamzah Istifham, maka Hamzah Washalnya dibuang (atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?) sehingga ia berani mengatakan, bahwa Allah akan memberikan kepadanya apa yang telah dikatakannya itu.
كَلَّا ۚ سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُۥ مِنَ ٱلْعَذَابِ مَدًّۭا ﴿٧٩﴾
sekali-kali tidak, Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya,
Hendaknya ia menyudahi kebohongan yang dibuatnya. Sebab Kami akan memperhitungkan kebohongannya itu. Siksa yang akan menimpanya diperpanjang sampai batas yang tak dapat diperkirakan.
(Sekali-kali tidak) hal itu tidak akan diberikan kepadanya (Kami akan menulis) Kami memerintahkan untuk menuliskan (apa yang ia katakan itu dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab baginya) Kami akan menambahkan kepada azab kekafirannya azab yang lain, karena perkataannya itu.
وَنَرِثُهُۥ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينَا فَرْدًۭا ﴿٨٠﴾
dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri.
Harta dan anak yang mereka banggakan saat di dunia akan dirampas dan dibinasakan. Kelak di akhirat, ia akan datang seorang diri: tanpa harta, anak dan penolong.
(Dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu) yaitu harta benda dan anak (dan ia akan datang kepada Kami) kelak pada hari kiamat (dengan seorang diri) dalam keadaan tidak punya harta benda dan tidak punya anak.
وَٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةًۭ لِّيَكُونُوا۟ لَهُمْ عِزًّۭا ﴿٨١﴾
Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka,
Orang-orang kafir itu telah menjadikan banyak tuhan selain Allah untuk disembah, dengan harapan tuhan-tuhan itu dapat memberi syafaat kepada mereka di akhirat kelak.
(Dan mereka telah mengambil) orang-orang kafir Mekah (selain dari Allah) yakni berhala-berhala (sebagai tuhan-tuhan) yang mereka sembah (agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung bagi mereka) maksudnya memberikan syafaat kepada mereka di hadapan Allah supaya mereka jangan diazab oleh-Nya.
كَلَّا ۚ سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا ﴿٨٢﴾
sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.
Hendaknya mereka menghindari prasangka seperti itu. Sebab, tuhan-tuhan itu kelak akan mengingkari penyembahan terhadap diri mereka. Mereka justru akan menjadi musuh orang-orang musyrik yang menuntut agar mereka disiksa.
(Sekali-kali tidak) tiada sesuatu pun yang dapat mencegah azab mereka. (Kelak mereka itu akan mengingkari) yakni tuhan-tuhan sembahan mereka itu (penyembahan mereka) artinya mereka akan mengingkari penyembahan orang-orang yang mempertuhankan mereka, sebagaimana dijelaskan pula oleh ayat lain, yaitu firman-Nya, \"Mereka sekali-kali tidak menyembah Kami...\" (Q.S. Al-Qashash, 63). (dan tuhan-tuhan itu akan menjadi musuh bagi mereka) yakni berhala-berhala itu justru akan menjadi musuh orang-orang yang menyembahnya kelak di akhirat.
أَلَمْ تَرَ أَنَّآ أَرْسَلْنَا ٱلشَّيَٰطِينَ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّۭا ﴿٨٣﴾
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?,
Tidakkah kamu mengetahui, wahai Rasul, sesungguhnya Kami telah menguatkan pengaruh setan terhadap orang-orang kafir sehingga ia dapat menguasai dan mendorong mereka untuk menentang kebenaran. Mereka pun tunduk mengikuti setan.
(Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu) yakni pengaruh mereka (kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka) untuk menggerakkan mereka melakukan perbuatan-perbuatan maksiat (dengan sungguh-sungguh).
فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّۭا ﴿٨٤﴾
maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.
Wahai Rasul, janganlah kekufuran mereka membuat hatimu susah. Dan jangan pula tergesa-gesa memintakan siksa untuk mereka. Sesungguhnya mereka dibiarkan di dunia sampai batas waktu tertentu, dan akan dihitung amal perbuatan dan dosa-dosa mereka untuk dihisab di akhirat kelak.
(Maka janganlah kamu tergesa-gesa terhadap mereka) untuk mendatangkan azab buat mereka (karena sesungguhnya Kami hanya menghitung untuk mereka) hari-hari atau nafas-nafas mereka (dengan perhitungan yang teliti) hingga tiba saatnya azab mereka.
يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَٰنِ وَفْدًۭا ﴿٨٥﴾
(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat,
Wahai Rasul, ingatlah pada suatu hari Kami akan mengumpulkan orang-orang yang bertakwa di dalam surga Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai utusan dan kelompok yang terhormat.
Ingatlah (hari ketika Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa) berkat keimanan mereka (kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat). Lafal Wafdun adalah bentuk jamak dan lafal Waafidun, artinya delegasi.
وَنَسُوقُ ٱلْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًۭا ﴿٨٦﴾
dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.
Sementara orang-orang yang durhaka dihalau menuju ke neraka jahanam dalam keadaan dahaga, layaknya seperti binatang yang kehausan saat dihalau menuju air.
(Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka) karena kekafiran mereka (ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga). Lafal Wirdun adalah bentuk jamak dari lafal Waaridun artinya berjalan dalam keadaan dahaga.
لَّا يَمْلِكُونَ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَنِ ٱتَّخَذَ عِندَ ٱلرَّحْمَٰنِ عَهْدًۭا ﴿٨٧﴾
Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
Pada hari itu, tak seorang pun yang mendapat syafaat, kecuali orang yang mendapat izin dari Allah karena adanya suatu perjanjian.
(Mereka tidak dapat memberi) manusia semuanya (syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah) yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah.
وَقَالُوا۟ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَلَدًۭا ﴿٨٨﴾
Dan mereka berkata: \"Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak\".
Sesungguhnya orang-orang musyrik, Yahudi dan Nasrani telah benar-benar mengatakan, \"Sesungguhnya Allah mempunyai anak berupa malaikat atau manusia.\"
(Dan mereka berkata,) orang-orang Yahudi dan Nasrani dan orang-orang yang menyangka bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah (\"Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak\") maka Allah menyanggah perkataan mereka itu melalui firman-Nya,
لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْـًٔا إِدًّۭا ﴿٨٩﴾
Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
Wahai orang-orang yang mengatakan demikian, dengan berkata seperti itu, sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat.
(\"Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar) yaitu suatu perkara mungkar yang sangat besar.
تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ ٱلْأَرْضُ وَتَخِرُّ ٱلْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾
hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah serta gunung-gunung runtuh berkeping-keping.
(Hampir-hampir) dapat dibaca Takaadu dan Yakaadu (langit pecah) terbelah, dan menurut qiraat yang lain lafal Yatafaththarna dibaca Yanfathirna (karena ucapan itu dan bumi belah dan gunung-gunung runtuh) yakni terbalik menindih mereka disebabkan.
أَن دَعَوْا۟ لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًۭا ﴿٩١﴾
karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.
Bencana di bumi, langit dan gunung hampir saja terjadi karena mereka menyatakan bahwa Allah mempunyai anak.
(mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak\"). Allah berfirman,
وَمَا يَنۢبَغِى لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾
Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
Sangatlah tidak masuk akal jika Allah mempunyai anak. Sebab pernyataan seperti itu menunjukkan bahwa Allah itu baharu (hâdits) dan membutuhkan sesuatu.
(\"Dan tidak layak bagi Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak\") yakni tidak patut bagi-Nya hal yang demikian itu.
إِن كُلُّ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ إِلَّآ ءَاتِى ٱلرَّحْمَٰنِ عَبْدًۭا ﴿٩٣﴾
Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.
Tidak ada seorang pun yang ada di langit dan bumi, melainkan akan datang kepada Allah pada hari kiamat sebagai seorang hamba yang tunduk kepada ketuhanan-Nya.
(Tidak ada) (seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba) yang hina dan tunduk patuh kepada-Nya kelak di hari kiamat, termasuk Uzair dan Isa juga.
لَّقَدْ أَحْصَىٰهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّۭا ﴿٩٤﴾
Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.
Sesungguhnya ilmu Allah itu meliputi mereka dan amal perbuatannya. Tak ada seorang pun dari mereka beserta amal perbuatannya yang tidak diketahui oleh Allah.
(Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti) maka tidak samar bagi-Nya mengenai jumlah mereka secara keseluruhan atau pun secara rinci dan tiada seorang pun yang terlewat dari perhitungan-Nya.
وَكُلُّهُمْ ءَاتِيهِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ فَرْدًا ﴿٩٥﴾
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.
Pada hari kiamat, mereka semua akan datang kepada Allah sendiri-sendiri, tanpa penolong, anak dan harta benda.
(Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri) tanpa harta dan tanpa pembantu yang dapat membelanya.
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحْمَٰنُ وُدًّۭا ﴿٩٦﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.
Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh, akan dicintai oleh Allah dan manusia.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang) di antara sesama mereka; mereka saling kasih-mengasihi dan sayang-menyayangi dan Allah swt. mencintai mereka semuanya.
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَٰهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ ٱلْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَ بِهِۦ قَوْمًۭا لُّدًّۭا ﴿٩٧﴾
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.
Kami telah memudahkan al-Qur'ân dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira berupa perkenan dan nikmat Allah kepada orang yang mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Juga, agar kamu memberi peringatan berupa murka Allah dan siksa-Nya kepada orang yang ingkar dan membangkang.
(Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan dia) Alquran itu (dengan bahasamu) bahasa Arab (agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Alquran itu kepada orang-orang yang bertakwa) yaitu orang-orang yang beruntung memperoleh iman (dan agar kamu memberi peringatan) menakut-nakuti (dengannya kepada kaum yang membangkang). Lafal Luddan adalah bentuk jamak dari lafal Aladdun artinya banyak membantah dengan kebatilan, mereka adalah orang-orang kafir Mekah.
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُم مِّنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًۢا ﴿٩٨﴾
Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorangpun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?
Wahai Rasul, janganlah kedurhakaan mereka kepadamu itu membuatmu bersedih. Sesungguhnya Allah telah menghancurkan banyak umat dan generasi terdahulu karena kekufuran mereka. Mereka semua telah binasa sehingga tak seorang pun dari mereka yang dapat kamu lihat dan kamu dengar suaranya.
(Dan berapa banyak) banyak sekali (telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka) umat-umat di masa silam disebabkan kedustaan mereka terhadap Rasul (Adakah kamu melihat) menemukan (seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?) Tentu saja tidak. Sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat di masa silam maka niscaya pula Kami akan membinasakan mereka, disebabkan kekafiran mereka itu.