Setting
Surah The wind-curved sandhills [Al-Ahqaf] in Indonesian
حمٓ ﴿١﴾
Haa Miim.
[[46 ~ AL-AHQAF (BUKIT-BUKIT PASIR) Pendahuluan: Makkiyyah, 35 ayat ~ Surat ini berbicara tentang turunnya al-Qurân dari sisi Allah, kewajiban beriman kepada al-Qur'ân, Nabi Muhammad saw. dan kepada hari kiamat. Selain itu, surat ini juga menggugah kita untuk dapat mengambil pelajaran dari musibah yang menimpa orang-orang terdahulu yang tidak mematuhi Allah dan rasul-Nya, berbakti kepada kedua orangtua dan menjaga hak-haknya. Pada bagian selanjutnya, surat ini memaparkan kisah sekelompok jin yang mendengar ketika al-Qur'ân dibaca dan saling menasihati satu sama lain untuk diam mendengarkannya, lalu mereka mendapatkan bahwa al-Qur'ân membenarkan apa yang dibawa oleh rasul-rasul sebelum Muhammad, memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus, maka mereka beriman kepadanya dan menyeru kaumnya untuk beriman pula. Akhirnya surat ini ditutup dengan seruan kepada Nabi Muhammad saw. untuk selalu sabar atas sikap orang-orang yang mendustakannya, karena hal itu juga dialami oleh rasul-rasul ulul azmi (ulû al-'azm) sebelumnya.]] Surat ini diawali dengan menyebut dua fonem Arab, hâ dan mîm, seperti beberapa surat lain dalam al-Qur'ân yang juga diawali dengan sejumlah fonem seperti ini.
(Ha Mim) hanya Allah sajalah yang mengetahui arti dan maksudnya.
تَنزِيلُ ٱلْكِتَٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ ﴿٢﴾
Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Qur'ân diturunkan dari sisi Allah, Tuhan Yang Mahaperkasa atas segala sesuatu dan Mahabijaksana dalam setiap tindakan-Nya.
(Diturunkan Alkitab ini) yaitu Alquran; lafal ayat ini menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
مَا خَلَقْنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَأَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى ۚ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَمَّآ أُنذِرُوا۟ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾
Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.
Kami tidak menciptakan langit, bumi dan apa yang ada di antara keduanya, kecuali berdasarkan hukum dan aturan yang tetap, untuk suatu tujuan yang sesuai dengan hikmah dan untuk sampai batas waktu yang ditentukan. Orang-orang yang tidak mengakui kenyataan ini akan mengingkari suatu hari ketika manusia dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru untuk menerima balasan yang telah diingatkan kepada mereka.
(Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan) dengan tujuan (yang benar) guna menunjukkan kekuasaan dan keesaan Kami (dan dalam waktu yang ditentukan) bagi kemusnahannya, yaitu hingga hari kiamat. (Dan orang-orang yang kafir; terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka) berupa dipertakuti dengan siksa (mereka berpaling)
قُلْ أَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا خَلَقُوا۟ مِنَ ٱلْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌۭ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ ۖ ٱئْتُونِى بِكِتَٰبٍۢ مِّن قَبْلِ هَٰذَآ أَوْ أَثَٰرَةٍۢ مِّنْ عِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ ﴿٤﴾
Katakanlah: \"Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum (Al Quran) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar\"
Katakanlah kepada orang-orang yang menyembah selain Allah, \"Beritahulah aku tentang apa yang kalian sembah selain Allah itu! Perlihatkan kepadaku bagian bumi mana yang telah mereka ciptakan! Atau, adakah mereka mempunyai andil dalam menciptakan langit? Bawalah kepadaku kitab suci dari sisi Allah atau peninggalan dari ilmu orang-orang dahulu yang dapat kalian jadikan sandaran pengakuan kalian itu, jika kalian termasuk orang-orang yang benar.\"
(Katakanlah, \"Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku (tentang apa yang kalian seru) kalian sembah (selain Allah) yakni berhala-berhala; menjadi Maf'ul Awwal (perlihatkanlah kepadaku) ceritakanlah oleh kalian kepadaku (apakah yang telah mereka ciptakan) menjadi Maf'ul kedua (dari bumi ini) lafal ayat ini berkedudukan menjadi Maf'ul Tsani (atau adakah mereka berserikat) artinya, mempunyai andil (dalam) penciptaan (langit) bersama dengan Allah; lafal Am di sini bermakna Hamzah atau kata tanya yang menunjukkan makna ingkar. (Bawalah kepada-Ku Kitab yang sebelum ini) sebelum Alquran ini (atau peninggalan) yakni sisa-sisa (dari pengetahuan) yang ditemukan dari orang-orang terdahulu, yang hal tersebut membenarkan pengakuan kalian bahwa menyembah berhala itu dapat mendekatkan diri kalian kepada Allah? (jika kalian adalah orang-orang yang benar\") di dalam pengakuan kalian.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّن يَدْعُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسْتَجِيبُ لَهُۥٓ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ وَهُمْ عَن دُعَآئِهِمْ غَٰفِلُونَ ﴿٥﴾
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?
Siapakah yang lebih sesat dari orang-orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat memperkenankan doa sampai hari kiamat nanti? Tetapi, meski demikian, mereka tetap lalai dan tidak sadar.
(Dan siapakah) Istifham atau kata tanya ini menunjukkan makna negatif, yakni tidak ada seorang pun (yang lebih sesat daripada orang yang menyeru) yang menyembah (selain Allah) (yang tidak dapat memperkenankan doanya sampai hari kiamat) yang dimaksud adalah berhala-berhala yang menjadi sesembahan mereka, sedikit pun dan untuk selamanya tidak akan dapat memperkenankan apa yang diminta oleh para penyembahnya (dan mereka terhadap seruan para penyembahnya) yakni penyembahan yang dilakukan oleh para penyembahnya (lalai) karena berhala-berhala itu adalah benda mati dan tidak berakal.
وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُوا۟ لَهُمْ أَعْدَآءًۭ وَكَانُوا۟ بِعِبَادَتِهِمْ كَٰفِرِينَ ﴿٦﴾
Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.
Ketika, pada hari kiamat, manusia dikumpulkan untuk dihisab, sembahan-sembahan itu akan menjadi musuh bagi orang-orang yang menyembahnya. Sembahan-sembahan itu akan berlepas diri dan mengingkari anggapan bahwa mereka berhak disembah.
(Dan apabila manusia dikumpulkan pada hari kiamat niscaya sesembahan-sesembahan itu) berhala-berhala itu (terhadap mereka) yang menyembahnya (menjadi musuh mereka dan sesembahan-sesembahan itu terhadap penyembahan) para penyembahnya (ingkar) menyangkalnya.
وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُنَا بَيِّنَٰتٍۢ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلْحَقِّ لَمَّا جَآءَهُمْ هَٰذَا سِحْرٌۭ مُّبِينٌ ﴿٧﴾
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: \"Ini adalah sihir yang nyata\".
Apabila ayat-ayat Kami yang nyata telah dibacakan kepada orang-orang musyrik, maka--akibat sikap ingkar dan sombong mereka terhadap ayat-ayat itu--mereka berkata tanpa berpikir, \"Ini adalah sihir yang nyata.\"
(Dan apabila dibacakan kepada mereka) kepada penduduk Mekah (ayat-ayat Kami) yakni Alquran (yang menjelaskan) atau yang jelas keadaannya (berkatalah orang-orang yang ingkar) di antara mereka (kepada kebenaran) kepada Alquran (ketika kebenaran itu datang kepada mereka, \"Ini adalah sihir yang nyata\") jelas sihirnya.
أَمْ يَقُولُونَ ٱفْتَرَىٰهُ ۖ قُلْ إِنِ ٱفْتَرَيْتُهُۥ فَلَا تَمْلِكُونَ لِى مِنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَا تُفِيضُونَ فِيهِ ۖ كَفَىٰ بِهِۦ شَهِيدًۢا بَيْنِى وَبَيْنَكُمْ ۖ وَهُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ﴿٨﴾
Bahkan mereka mengatakan: \"Dia (Muhammad) telah mengada-adakannya (Al Quran)\". Katakanlah: \"Jika aku mengada-adakannya, maka kamu tiada mempunyai kuasa sedikitpun mempertahankan aku dari (azab) Allah itu. Dia lebih mengetahui apa-apa yang kamu percakapkan tentang Al Quran itu. Cukuplah Dia menjadi saksi antaraku dan antaramu dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang\".
Bahkan orang-orang kafir itu akan mengatakan, \"Muhammad telah membuat al-Qur'ân lalu mengatakannya dari Allah? Jawablah, \"Jika aku melakukan kebohongan tentang itu, maka pasti Allah segera menurunkan siksa kepadaku dan kalian tidak akan mampu menghindarkan diriku dari siksa-Nya. Hanya Dia yang lebih mengetahui tuduhan kalian terhadap ayat-ayat-Nya. Cukuplah Dia sebagai saksi atas kebenaranku dan kebohongan kalian. Sesungguhnya Dia Mahaluas ampunan bagi orang-orang yang bertobat, lagi Mahabesar rahmat karena Dia selalu memberi kesempatan bagi orang-orang yang berbuat maksiat untuk memperbaiki diri.
(Bahkan) lafal Am di sini mempunyai makna sama dengan lafal Bal dan Hamzah yang menunjukkan makna ingkar (mereka mengatakan, \"Dia telah mengada-adakannya\") maksudnya, Alquran itu. (Katakanlah, \"Jika aku mengada-adakannya) umpamanya (maka kalian tiada mempunyai kuasa mempertahankan aku dari Allah) dari azab-Nya (barang sedikit pun) artinya, kalian tidak akan mampu menolak azab-Nya daripada diriku, jika Dia mengazab aku (Dia lebih mengetahui apa-apa yang kalian percakapkan tentangnya) tentang Alquran itu. (Cukuplah Dia) Yang Maha Tinggi (menjadi saksi antaraku dan antara kalian dan Dialah Yang Maha Pengampun) kepada orang yang bertobat (lagi Maha Penyayang\") kepada orang yang bertobat kepada-Nya; karena itu Dia tidak menyegerakan azab-Nya kepada mereka.
قُلْ مَا كُنتُ بِدْعًۭا مِّنَ ٱلرُّسُلِ وَمَآ أَدْرِى مَا يُفْعَلُ بِى وَلَا بِكُمْ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَىَّ وَمَآ أَنَا۠ إِلَّا نَذِيرٌۭ مُّبِينٌۭ ﴿٩﴾
Katakanlah: \"Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan\".
Katakan kepada mereka, \"Aku bukanlah rasul pertama yang diutus oleh Allah sehingga kalian mengingkari kerasulanku, dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat Allah terhadapku dan kalian. Dalam berbuat dan berkata, aku hanya mengikuti wahyu Allah. Aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang sangat jelas.
(Katakanlah, \"Aku bukanlah rasul yang pertama) atau untuk, pertama kalinya (di antara rasul-rasul) maksudnya aku bukanlah rasul yang pertama, karena telah, banyak rasul yang diutus sebelumku, maka mengapa kalian mendustakan aku (dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak pula terhadap kalian) di dunia ini; apakah aku akan diusir dari negeriku, atau apakah aku akan dibunuh sebagaimana nasib yang telah dialami oleh nabi-nabi sebelumku, atau adakalanya kalian melempariku dengan batu, atau barangkali kalian akan tertimpa azab sebagaimana apa yang dialami oleh kaum yang mendustakan sebelum kalian. (Tiada lain) tidak lain (aku hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku) yaitu Alquran, dan aku sama sekali belum pernah membuat-buat dari diriku sendiri (dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan\") yang jelas peringatannya.
قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِن كَانَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ وَكَفَرْتُم بِهِۦ وَشَهِدَ شَاهِدٌۭ مِّنۢ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ مِثْلِهِۦ فَـَٔامَنَ وَٱسْتَكْبَرْتُمْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿١٠﴾
Katakanlah: \"Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al Quran itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri. Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim\".
Katakan, \"Jelaskanlah kepadaku jika al-Qur'ân itu datang dari sisi Allah lalu kalian ingkari, sedangkan seseorang dari Banû Isrâ'îl bersaksi dan mengakui adanya kitab suci yang diturunkan oleh Allah. Orang itu beriman, tetapi kalian menyombongkan diri. Bukankah, dengan begitu, kalian menjadi orang yang paling sesat dan paling zalim terhadap diri sendiri. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang menzalimi diri sendiri dan menentang kebenaran.
(Katakanlah, \"Terangkanlah kepadaku) ceritakanlah kepadaku, bagaimana pendapat kalian (jika ia) yakni jika Alquran itu (datang dari sisi Allah padahal kalian mengingkarinya) lafal Wakafartum Bihi merupakan jumlah Haliyah (dan seorang saksi dari Bani Israel mengakui kebenaran) yaitu Abdullah bin Salam (yang serupa dengan yang tersebut dalam Alquran) bahwasanya Alquran itu datang dari sisi Allah (lalu dia beriman) yakni saksi tersebut beriman kepada Alquran (sedangkan kalian menyombongkan diri) tidak mau beriman kepada Alquran. Sedangkan Jawab Syaratnya ialah 'Bukankah kalau demikian kalian adalah orang-orang yang lalim', hal ini disimpulkan dari pengertian ayat selanjutnya, ('Sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.\")
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَوْ كَانَ خَيْرًۭا مَّا سَبَقُونَآ إِلَيْهِ ۚ وَإِذْ لَمْ يَهْتَدُوا۟ بِهِۦ فَسَيَقُولُونَ هَٰذَآ إِفْكٌۭ قَدِيمٌۭ ﴿١١﴾
Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: \"Kalau sekiranya di (Al Quran) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: \"Ini adalah dusta yang lama\".
Orang-orang kafir--dengan mengejek dan menyombongkan diri--berkata mengomentari keadaan orang-orang yang beriman, \"Kalau sekiranya al-Qur'ân yang dibawa Muhammad itu baik, orang-orang itu tentu tidak akan mendahului kami untuk beriman kepadanya, karena kami adalah orang-orang yang terhormat dan mempunyai akal yang cemerlang.\" Dan ketika mereka tidak memperoleh petunjuk al-Qur'ân, mereka mengumpat dan mengatakan, \"Ini adalah kebohongan lama dari legenda nenek moyang.\"
(Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman) sehubungan dengan perihal orang-orang yang beriman, (\"Kalau sekiranya beriman) kepada Alquran itu (adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami beriman kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk) yaitu orang-orang yang mengatakan demikian (dengannya) tidak mendapat petunjuk dari Alquran (maka mereka akan berkata, 'Ini) Alquran ini (adalah dusta) maksudnya, kebohongan (yang lama.'\")
وَمِن قَبْلِهِۦ كِتَٰبُ مُوسَىٰٓ إِمَامًۭا وَرَحْمَةًۭ ۚ وَهَٰذَا كِتَٰبٌۭ مُّصَدِّقٌۭ لِّسَانًا عَرَبِيًّۭا لِّيُنذِرَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ وَبُشْرَىٰ لِلْمُحْسِنِينَ ﴿١٢﴾
Dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sebelum al-Qur'ân, Allah telah menurunkan Tawrât sebagai teladan dan rahmat bagi orang-orang yang mengamalkannya. Al-Qur'ân yang telah mereka dustakan itu membenarkan kitab suci-kitab suci sebelumnya. Kitab suci al-Qur'ân itu diturunkan dengan bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beristikamah menjalankan kebaikan.
(Dan sebelumnya) sebelum Alquran (telah ada kitab Musa) kitab Taurat (sebagai petunjuk dan rahmat) bagi orang-orang yang beriman kepadanya; lafal Imaaman dan Rahmatan keduanya merupakan Hal. (Dan ini) yaitu Alquran (adalah Kitab yang membenarkan) kitab-kitab sebelumnya (dalam bahasa Arab) menjadi Hal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Mushaddiquun (untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang lalim) yakni orang-orang musyrik Mekah (dan) dia adalah (memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik) yakni orang-orang yang beriman.
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: \"Tuhan kami ialah Allah\", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Orang-orang yang mengatakan, \"Tuhan kami hanyalah Allah,\" lalu melakukan kebaikan, sama sekali tidak akan pernah mengkhawatirkan turunnya sesuatu yang tidak mereka sukai. Mereka juga tidak akan bersedih karena tidak memperoleh sesuatu yang diinginkan.
(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, \"Rabb kami ialah Allah,\" kemudian mereka beristiqamah) atau menetapi ketaatan (maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.)
أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿١٤﴾
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Orang-orang yang mengesakan Allah dan beristikamah dalam melakukan kebaikan itu adalah orang-orang yang akan masuk surga dan kekal di dalamnya. Itulah balasan yang diberikan Allah kepada mereka atas kebaikan yang mereka lakukan.
(Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya) lafal Khaalidiina Fiihaa menjadi Hal atau kata keterangan keadaan (sebagai balasan) menjadi Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang diperkirakan keberadaannya, yaitu lafal Yujzauna; artinya: mereka diberi pahala sebagai balasan (atas apa yang telah mereka kerjakan.)
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًۭا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًۭا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةًۭ قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ ﴿١٥﴾
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: \"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri\".
Kami memerintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandung dan melahirkannya dengan susah payah. Pada masa mengandung dan menyapihnya--yang berlangsung selama tiga puluh bulan--sang ibu merasakan berbagai penderitaan. Ketika sang anak telah menginjak dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdoa, \"Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku. Berilah aku petunjuk untuk selalu melakukan amal kebaikan yang Engkau ridai. Jadikanlah anak keturunanku sebagai orang yang saleh. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dari segala dosa, dan aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu. \"(1). (1) Berdasarkan ayat ini, dapat diketahui bahwa masa mengandung setidaknya berlangsung selama enam bulan. Disebutkan bahwa masa mengandung dan masa menyusui (sampai dengan masa sapih) berlangsung selama 30 bulan. Sementara, dalam surat Luqmân ayat 14, disebutkan bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun (24 bulan) Dalam dalam surat al-Baqarah ayat 233 disebutkan juga bahwa masa menyusui berlangsung selama dua tahun penuh. Maka, kalau masa mengandung dan masa menyusui--yaitu 30 bulan--itu dikurangi masa menyusui saja--yaitu 24 bulan--dapat diketahui bahwa masa mengandung adalah enam bulan. Dan hal ini sesuai dengan penemuan ilmiah bahwa seorang bayi yang lahir pada usia kehamilan enam bulan dapat hidup.
(Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat lafal Ihsaan dibaca Husnan; maksudnya: Kami perintahkan manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Lafal Ihsaanan adalah Mashdar yang dinashabkan oleh Fi'ilnya yang diperkirakan keberadaannya; demikian pula penjabarannya bila dibaca Husnan (ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah pula) artinya penuh dengan susah payah. (Mengandungnya sampai menyapihnya) dari penyusuannya (adalah tiga puluh bulan) yakni dalam masa enam bulan sebagai batas yang paling minim bagi mengandung, sedangkan sisanya dua puluh empat bulan, yaitu lama masa penyusuan yang maksimal. Menurut suatu pendapat disebutkan bahwa jika sang ibu mengandungnya selama enam bulan atau sembilan bulan, maka sisanya adalah masa penyusuan (sehingga) menunjukkan makna Ghayah bagi jumlah yang diperkirakan keberadaannya, yakni dia hidup sehingga (apabila dia telah dewasa) yang dimaksud dengan pengertian dewasa ialah kekuatan fisik dan akal serta inteligensinya telah sempurna yaitu sekitar usia tiga puluh tiga tahun atau tiga puluh tahun (dan umurnya sampai empat puluh tahun) yakni genap mencapai empat puluh tahun, dalam usia ini seseorang telah mencapai batas maksimal kedewasaannya (ia berdoa, \"Ya Rabbku!) dan seterusnya. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, yaitu sewaktu usianya mencapai empat puluh tahun sesudah dua tahun Nabi saw. diangkat menjadi rasul. Lalu ia beriman kepada Nabi saw. lalu beriman pula kedua orang tuanya, lalu menyusul anaknya yang bernama Abdurrahman, lalu cucunya yang bernama Atiq (Tunjukilah aku) maksudnya berilah ilham (untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan) nikmat tersebut (kepadaku dan kepada ibu bapakku) yaitu nikmat tauhid (dan supaya aku dapat berbuat amal saleh yang Engkau ridai) maka Abu Bakar segera memerdekakan sembilan orang hamba sahaya yang beriman; mereka disiksa karena memeluk agama Allah (berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada cucuku) maka semua anak cucunya adalah orang-orang yang beriman. (Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.\")
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا۟ وَنَتَجَاوَزُ عَن سَيِّـَٔاتِهِمْ فِىٓ أَصْحَٰبِ ٱلْجَنَّةِ ۖ وَعْدَ ٱلصِّدْقِ ٱلَّذِى كَانُوا۟ يُوعَدُونَ ﴿١٦﴾
Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.
Mereka yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti itu adalah orang-orang yang Kami terima amal baiknya. Kesalahan-kesalahan mereka pun Kami ampuni bersama kelompok penghuni surga. Kami akan mewujudkan janji benar yang pernah Kami ucapkan kepada mereka di dunia.
(Mereka itulah) maksudnya yang mengatakan ucapan ini, yaitu Abu Bakar dan lain-lainnya (orang-orang yang Kami terima dari mereka amal baik) lafal Ahsana di sini bermakna Hasana (yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga) lafal Fii Ash-haabil Jannah berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan maksudnya, mereka digolongkan ke dalam para penghuni surga (sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka) yaitu sebagaimana yang telah diungkapkan dalam ayat yang lain, yakni firman-Nya, \"Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mukmin lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga.\" (Q.S. At-Taubah, 72).
وَٱلَّذِى قَالَ لِوَٰلِدَيْهِ أُفٍّۢ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ ٱلْقُرُونُ مِن قَبْلِى وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيْلَكَ ءَامِنْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ فَيَقُولُ مَا هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ ﴿١٧﴾
Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: \"Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: \"Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar\". Lalu dia berkata: \"Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka\".
Sedangkan orang yang ketika diperintah oleh kedua orangtuanya untuk meyakini datangnya hari kebangkitan berkata, dengan nada membantah dan marah berkata, \"Cis! Apakah kalian memperingatkan aku bahwa aku akan dibangkitkan kembali dari kubur, sedangkan umat-umat sebelumku tidak ada satu pun yang dibangkitkan kembali dari kuburnya?\" Lalu kedua oragangtuanya itu memohon pertolongan kepada Allah atas dosa yang dilakukan anaknya seraya menyuruhnya beriman dengan berkata, \"Kau akan celaka kalau tidak beriman. Janji Allah akan datangnya hari kebangkitan itu pasti benar.\" Tetapi, dengan semakin mendustakan, anak itu pun menjawab, \"Apa yang kalian katakan ini tak lain hanyalah legenda orang-orang dahulu.\"
(Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya) menurut suatu qiraat dibaca Idgham dimaksud adalah jenisnya (\"Cis) dapat dibaca Uffin atau Uffan, merupakan Mashdar yang artinya, busuk dan buruk (bagi kamu keduanya) yakni aku marah kepada kamu berdua (apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku) menurut qiraat lain dibaca Ata'idannii, dengan diidgamkan (bahwa aku akan dibangkitkan) dari kubur (padahal sungguh telah berlalu beberapa umat) yakni generasi-generasi (sebelumku\") dan ternyata mereka tidak dikeluarkan dari kuburnya (lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah) meminta pertolongan supaya anaknya sadar dan bertobat, seraya mengatakan, bahwa apabila kamu tidak mau bertobat, (\"Celakalah kamu) binasalah kamu (berimanlah) kepada adanya hari berbangkit. (Sesungguhnya janji Allah adalah benar.\" Lalu dia berkata: \"Ini tidak lain) maksudnya ucapan yang menyatakan adanya hari berbangkit ini (hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka\") artinya, kedustaan-kedustaan mereka.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ ٱلْقَوْلُ فِىٓ أُمَمٍۢ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِم مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ خَٰسِرِينَ ﴿١٨﴾
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.
Mereka yang berkata demikian adalah orang-orang yang pasti akan mendapatkan azab bersama umat- umat yang terdahulu sebelum mereka, baik dari golongan jin maupun manusia, karena mereka adalah orang-orang yang benar-benar merugi.
(Mereka itulah orang-orang yang telah pasti) telah ditentukan (ketetapan atas mereka) yakni ketetapan azab (bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.)
وَلِكُلٍّۢ دَرَجَٰتٌۭ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَٰلَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ ﴿١٩﴾
Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.
Masing-masing orang, Muslim dan kafir, akan mendapat kedudukan yang sesuai dengan apa yang ia lakukan. Itu semua agar Allah menunjukkan keadilan-Nya kepada mereka dan memenuhi balasan amal perbuatan mereka, tanpa dicurangi sedikit pun, karena mereka berhak menerima balasan yang telah ditentukan untuknya.
(Dan bagi masing-masing mereka) bagi masing-masing dari orang mukmin dan orang kafir (derajat), derajat orang-orang yang beriman memperoleh kedudukan yang tinggi di dalam surga, sedangkan derajat orang-orang kafir memperoleh kedudukan di dasar neraka (menurut apa yang telah mereka kerjakan) berdasar pada amal ketaatan bagi orang-orang mukmin dan kemaksiatan bagi orang-orang kafir (dan agar Dia mencukupkan bagi mereka) yakni Allah mencukupkan bagi mereka; menurut suatu qiraat dibaca Walinuwaffiyahum (pekerjaan-pekerjaan mereka) maksudnya balasannya (sedangkan mereka tiada dirugikan) barang sedikit pun, misalkan untuk orang-orang mukmin dikurangi dan untuk orang-orang kafir ditambahi.
وَيَوْمَ يُعْرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَٰتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنْيَا وَٱسْتَمْتَعْتُم بِهَا فَٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَبِمَا كُنتُمْ تَفْسُقُونَ ﴿٢٠﴾
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): \"Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik\".
Pada hari ketika orang-orang kafir dihadapakan ke neraka lalu dikatakan kepada mereka, \"Kalian telah menghabiskan dan menikmati rezeki yang baik dalam kehidupan dunia. Pada hari ini kalian akan dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan tidak taat kepada Allah.
(Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke neraka) neraka diperlihatkan-Nya kepada mereka, kemudian dikatakan kepada mereka, (\"Kalian telah menghabiskan) dapat dibaca Adzhabtum, A-adzhabtum atau Adzhabtum (rezeki kalian yang baik) dengan cara menghambur-hamburkannya demi kelezatan kalian (dalam kehidupan dunia kalian saja dan kalian telah bersenang-senang) bersuka-ria (dengannya, maka pada hari ini kalian dibalasi dengan azab yang menghinakan) atau azab yang mengerikan (karena kalian telah menyombongkan diri yaitu bersikap takabur (di muka bumi tanpa hak dan karena kalian telah fasik\") atau berbuat kefasikan padanya, maka karena itu kalian diazab.
۞ وَٱذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنذَرَ قَوْمَهُۥ بِٱلْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ ٱلنُّذُرُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦٓ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ ﴿٢١﴾
Dan ingatlah (Hud) saudara kaum 'Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): \"Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar\".
Ingatlah Hûd, saudara kaum 'Ad, ketika memberi peringatan kepada kaumnya yang bertempat tinggal di bukit-bukit pasir. Dan, baik sebelum maupun sesudah Hûd, telah banyak rasul yang memberi peringatan serupa. Hûd berkata kepada mereka, \"Janganlah kalian menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab pada hari yang sangat menakutkan. \"(1). (1) Kabilah ini bertempat tinggal di bukit-bukit pasir yang disebut Ahqâf. . Namun letak bukit pasir itu sendiri masih diperselisihkan. Di antara ahli sejarah ada yang mengatakan bahwa bukit itu terletak di antara Yaman dan Amman sampai Hadramaut dan Syahr yang terletak di sebelah tenggara semenanjung Arab. Namun sebagian arkeolog berpendapat bahwa bukit itu berada di sebelah timur Aqabah. Pendapat ini didasarkan pada tulisan nabthiyyah yang mereka temukan dalam reruntuhan candi yang ada di gunung Iram. Di sana ditemukan peninggalan-peninggalan Jahiliah kuno yang menguatkan anggapan bahwa lokasi itu adalah apa yang oleh al-Qur'ân disebut dengan kota Iram. Namun semua itu telah musnah sebelum Islam. Dan ketika Islam datang, yang tersisa di sana hanya sember mata air sebagai tempat persinggahan kafilah yang pergi ke Syam (Suriah).
(Dan ingatlah saudara kaum Ad) yakni Nabi Hud a.s. (yaitu ketika) mulai lafal Idz dan seterusnya menjadi Badal Isytimal (dia memberi peringatan kepada kaumnya) maksudnya, mempertakuti mereka (di Al-Ahqaf) nama sebuah lembah tempat tinggal mereka yang terletak di negeri Yaman (dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan) beberapa orang rasul (sebelumnya dan sesudahnya) sebelum Nabi Hud datang dan sesudahnya, kepada kaumnya masing-masing seraya mengatakan, (\"Janganlah kalian menyembah selain Allah) jumlah Waqad Khalat merupakan jumlah Mu'taridhah, atau kalimat sisipan (sesungguhnya aku khawatir kalian) jika kalian menyembah kepada selain Allah (akan ditimpa azab hari yang besar.\")
قَالُوٓا۟ أَجِئْتَنَا لِتَأْفِكَنَا عَنْ ءَالِهَتِنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿٢٢﴾
Mereka menjawab: \"Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari (menyembah) tuhan-tuhan kami? Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar\".
Dengan ingkar, kaum Nabi Hûd berkata, \"Apakah kamu datang hanya karena ingin memalingkan kami dari menyembah tuhan-tuhan kami? Datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar dalam ancaman ini.\"
(Mereka menjawab, \"Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari menyembah tuhan-tuhan kami?) maksudnya kamu datang untuk memalingkan kami daripada menyembahnya. (Maka datangkanlah kepada kami azab yang telah kamu ancamkan kepada kami) bahwa jika kami menyembahnya pasti kami tertimpa azab (jika kamu termasuk orang-orang yang benar\") bahwasanya azab itu benar-benar menimpa kami.
قَالَ إِنَّمَا ٱلْعِلْمُ عِندَ ٱللَّهِ وَأُبَلِّغُكُم مَّآ أُرْسِلْتُ بِهِۦ وَلَٰكِنِّىٓ أَرَىٰكُمْ قَوْمًۭا تَجْهَلُونَ ﴿٢٣﴾
Ia berkata: \"Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh\".
Hûd berkata, \"Sesungguhnya pengetahuan tentang waktu penyiksaan terhadap diri kalian hanyalah ada pada sisi Allah. Aku hanya menyampaikan misi yang dipesankan kepadaku untuk disampaikan. Tetapi aku melihat kalian adalah orang-orang yang bodoh dan tidak mengerti apa yang dibawa oleh para rasul.\"
(Ia berkata) Nabi Hud berkata, (\"Sesungguhnya pengetahuan tentang itu hanya pada sisi Allah) artinya hanya Dialah yang mengetahui kapan azab itu menimpa kalian (dan aku hanya menyampaikan kepada kalian apa yang aku diutus dengan membawanya) untuk disampaikan kepada kalian (tetapi aku lihat kalian adalah kaum yang bodoh\") karena kalian meminta supaya azab didatangkan dengan segera.
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًۭا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌۭ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌۭ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌۭ ﴿٢٤﴾
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: \"Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami\". (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,
Maka datanglah azab kepada mereka dalam bentuk awan. Ketika mereka melihat awan terbentang di ufuk menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, \"Inilah awan yang akan membawa hujan dan kebaikan bagi kita.\" Lalu dikatakan kepada mereka, \"Bukan! Itu adalah siksaan yang kalian minta untuk disegerakan: angin yang membawa azab yang pedih dan menghancurkan segala sesuatu atas perintah Sang Pencipta.\" Angin itu pun menghancurkan mereka semua hingga tak ada yang tersisa kecuali tempat tinggal mereka saja. Demikianlah balasan yang Kami berikan kepada orang-orang yang melakukan dosa seperti mereka.
(Maka tatkala mereka melihat azab itu) (berupa awan) atau mendung yang muncul di cakrawala langit (menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka, \"Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami) maksudnya, awan yang membawa hujan buat kami, Allah swt. berfirman, ('Bahkan itulah azab yang kalian minta supaya datang dengan segera) maksudnya, azab itu yang kalian minta agar disegerakan datangnya (yaitu berupa angin) lafal Riihun menjadi Badal dari lafal Maa (yang mengandung azab yang pedih) yang menyakitkan.
تُدَمِّرُ كُلَّ شَىْءٍۭ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا۟ لَا يُرَىٰٓ إِلَّا مَسَٰكِنُهُمْ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْقَوْمَ ٱلْمُجْرِمِينَ ﴿٢٥﴾
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.
Maka datanglah azab kepada mereka dalam bentuk awan. Ketika mereka melihat awan terbentang di ufuk menuju ke lembah-lembah mereka, mereka berkata, \"Inilah awan yang akan membawa hujan dan kebaikan bagi kita.\" Lalu dikatakan kepada mereka, \"Bukan! Itu adalah siksaan yang kalian minta untuk disegerakan: angin yang membawa azab yang pedih dan menghancurkan segala sesuatu atas perintah Sang Pencipta.\" Angin itu pun menghancurkan mereka semua hingga tak ada yang tersisa kecuali tempat tinggal mereka saja. Demikianlah balasan yang Kami berikan kepada orang-orang yang melakukan dosa seperti mereka.
(Yang menghancurkan) yang membinasakan (segala sesuatu) yang dilewatinya (dengan perintah Rabbnya) dengan seizin-Nya; maksudnya angin itu dapat membinasakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya untuk dibinasakan. Akhirnya binasalah kaum laki-laki dan wanita serta anak-anak mereka berikut dengan harta bendanya; semuanya terbawa terbang oleh angin yang besar itu antara langit dan bumi dalam keadaan tercabik-cabik. Kini yang tertinggal dalam keadaan selamat adalah Nabi Hud beserta orang-orang yang beriman kepadanya (maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali bekas-bekas tempat tinggal mereka.' Demikianlah) sebagaimana Kami memberikan balasan kepada kaum Hud (Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa\") selain mereka.
وَلَقَدْ مَكَّنَّٰهُمْ فِيمَآ إِن مَّكَّنَّٰكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًۭا وَأَبْصَٰرًۭا وَأَفْـِٔدَةًۭ فَمَآ أَغْنَىٰ عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَآ أَبْصَٰرُهُمْ وَلَآ أَفْـِٔدَتُهُم مِّن شَىْءٍ إِذْ كَانُوا۟ يَجْحَدُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ وَحَاقَ بِهِم مَّا كَانُوا۟ بِهِۦ يَسْتَهْزِءُونَ ﴿٢٦﴾
Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal yang Kami belum pernah meneguhkan kedudukanmu dalam hal itu dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit juapun bagi mereka, karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan mereka telah diliputi oleh siksa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya.
Wahai penduduk Mekah, sesungguhnya Kami benar-benar telah meneguhkan kaum 'Ad dengan kelapangan hidup dan kekuatan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian. Mereka Kami berikan pendengaran, penglihatan dan hati yang dapat mereka manfaatkan. Namun pendengaran, penglihatan dan hati itu tidak ada gunanya sedikit pun, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah. Itulah yang menjadi penghalang bagi mereka untuk memanfaatkan apa yang diberikan kepada mereka. Mereka diliputi oleh azab yang dahulu mereka olok-olokkan.
(Dan sesungguhnya Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam hal-hal) (yang belum pernah) lafal In di sini dapat dikatakan sebagai In Nafiyah atau In Zaidah (Kami meneguhkan kedudukan kalian) hai penduduk Mekah (dalam hal itu) dalam hal kekuatan dan banyaknya harta benda (dan Kami telah memberikan kepada mereka pendengaran) lafal Sam'an bermakna Asmaa'an bermakna jamak (dan penglihatan serta hati) atau kalbu (tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit jua pun bagi mereka) maksudnya, hal-hal tersebut sama sekali tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun buat diri mereka; lafal Min di sini adalah Zaidah (karena) lafal Idz adalah yang dima'mulkan oleh lafal Aghnaa kemudian diberlakukan sebagai makna Ta'lil (mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah) yaitu hujah-hujah-Nya yang nyata (dan turunlah) yaitu menimpalah (kepada mereka apa yang dahulu selalu mereka memperolok-olokkannya) yaitu azab yang dahulu mereka suka memperolok-olokkannya.
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا مَا حَوْلَكُم مِّنَ ٱلْقُرَىٰ وَصَرَّفْنَا ٱلْءَايَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٢٧﴾
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitarmu dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertaubat).
Wahai penduduk Mekah, sesungguhnya Kami telah menghancurkan negeri-negeri yang ada di sekitar kalian. Kami telah menjelaskan kepada mereka bukti-bukti kebesaran Kami dengan berbagai macam cara, agar mereka kembali dan bertobat dari sikap ingkarnya. Tetapi mereka tidak mau kembali dan tetap berada dalam sikap ingkarnya.
(Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian) yakni penduduk-penduduknya, seperti kaum Tsamud, kaum Ad dan kaum Luth (dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang) maksudnya Kami telah mengulang-ulang hujah-hujah Kami yang nyata (supaya mereka kembali.)
فَلَوْلَا نَصَرَهُمُ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ مِن دُونِ ٱللَّهِ قُرْبَانًا ءَالِهَةًۢ ۖ بَلْ ضَلُّوا۟ عَنْهُمْ ۚ وَذَٰلِكَ إِفْكُهُمْ وَمَا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ ﴿٢٨﴾
Maka mengapa yang mereka sembah selain Allah sebagai Tuhan untuk mendekatkan diri (kepada Allah) tidak dapat menolong mereka. Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? Itulah akibat kebohongan mereka dan apa yang dahulu mereka ada-adakan.
Mengapa tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya itu tidak dapat menolong mereka dari kehancuran? Tuhan-tuhan itu bahkan telah lenyap dari mereka tatkala mereka membutuhkan pertolongan. Kehinaan dan lenyapnya tuhan-tuhan mereka itu adalah akibat kebohongan yang mereka ada-adakan.
(Maka mengapa tidak) atau kenapa tidak (menolong mereka) dengan cara menolak azab dari diri mereka (sesembahan-sesembahan selain Allah yang mereka jadikan) selain dari Allah (sebagai taqarrub) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah (dan sebagai tuhan-tuhan) di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala. Maf'ul pertama dari lafal Ittakhadza adalah Dhamir yang tidak disebutkan yang kembali kepada Isim Maushul, yaitu lafal Hum, sedangkan Maf'ul keduanya adalah lafal Qurbaanan, dan lafal Aalihatan sebagai Badal dari lafal Qurbaanan. (Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap) yakni pergi (dari mereka) sewaktu azab itu datang menimpa mereka. (Itulah) yakni pengambilan mereka terhadap berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan untuk mendekatkan diri kepada Allah (akibat kebohongan mereka) kedustaan mereka (dan apa yang dahulu mereka ada-adakan) yang dahulu mereka buat-buat. Maa adalah Mashdariyah atau Maushulah, sedangkan Dhamir yang kembali kepadanya tidak disebutkan yaitu lafal Fiihi; lengkapnya: Wa Maa Kaanuu Fiihi Yaftaruuna.
وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًۭا مِّنَ ٱلْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓا۟ أَنصِتُوا۟ ۖ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوْا۟ إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ ﴿٢٩﴾
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: \"Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)\". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.
Dan ingatlah, hai Muhammad, ketika Kami menghadapkan kepadamu sekelompok jin yang mendengarkan al-Qur'ân. Ketika mereka hadir saat al-Qur'ân dibacakan, mereka berkata satu sama lain, \"Diam dan dengarkan!\" Dan Ketika telah selesai dibacakan, mereka cepat-cepat kembali kepada kaumnya untuk mengingatkan mereka agar tidak bersikap kafir dan mengajak mereka untuk beriman.
(Dan) ingatlah (ketika Kami hadapkan) Kami cenderungkan (kepadamu serombongan jin) yaitu jin Nashibin dari negeri Yaman atau Jin Nainawi, jumlah mereka ada tujuh atau sembilan jin. Nabi saw. ketika itu berada di lembah Nakhl sedang melakukan salat Subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (yang mendengarkan Alquran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, (\"Diamlah kalian\") untuk mendengarkan bacaannya. (Ketika pembacaan telah selesai) ketika nabi selesai membaca Alquran (mereka kembali) pulang kembali (kepada kaumnya untuk memberi peringatan) artinya, mereka kembali setelah mendengarkan Alquran kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan akan datangnya azab jika mereka tidak beriman kepada Nabi. Mereka sebelum itu pemeluk agama Yahudi, lalu setelah mendengarkan bacaan Alquran mereka masuk Islam.
قَالُوا۟ يَٰقَوْمَنَآ إِنَّا سَمِعْنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعْدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِىٓ إِلَى ٱلْحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ ﴿٣٠﴾
Mereka berkata: \"Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.
Jin-jin yang hadir saat al-Qur'ân dibaca itu berkata, \"Wahai kaum kami, kami telah mendengar sebuah kitab suci yang diturunkan setelah Mûsâ, membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya dan memberi petunjuk kepada keyakinan yang benar dan syariat yang lurus.
(Mereka berkata, \"Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan Kitab) yakni Alquran (yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya) seperti kitab Taurat (lagi memimpin kepada kebenaran) kepada agama Islam (dan kepada jalan yang lurus) yaitu tuntunan agama Islam.
يَٰقَوْمَنَآ أَجِيبُوا۟ دَاعِىَ ٱللَّهِ وَءَامِنُوا۟ بِهِۦ يَغْفِرْ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُم مِّنْ عَذَابٍ أَلِيمٍۢ ﴿٣١﴾
Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Wahai kaum kami, penuhilah panggilan orang yang menyeru kepada Allah yang memberi petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Berimanlah kepada Allah niscaya Dia akan mengampuni dosa-dosa kalian dan melepaskan kalian dari azab yang amat pedih!'
(Hai kaum kami! Terimalah seruan orang yang menyeru kepada Allah) yakni seruan iman yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. (dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Dia akan mengampuni) Allah pasti akan mengampuni (dosa-dosa kalian) sebagian dari dosa-dosa kalian, diartikan demikian karena di antara dosa-dosa itu terdapat jenis dosa yang tidak dapat diampuni melainkan setelah mendapat kerelaan dari orang yang dianiaya oleh orang yang bersangkutan (dan melindungi kalian dari azab yang pedih) atau azab yang menyakitkan.
وَمَن لَّا يُجِبْ دَاعِىَ ٱللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَيْسَ لَهُۥ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍ ﴿٣٢﴾
Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata\".
Dan barangsiapa yang tidak memenuhi panggilan orang yang menyeru kepada Allah, maka ia tidak akan mampu melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi. Ia juga tidak mempunyai penolong-penolong selain Allah yang mampu menolak azab-Nya. Mereka yang tidak memenuhi penggilan orang yang menyeru kepada Allah, berada dalam kebingungan dan jauh dari kebenaran.
(Dan orang yang tidak menerima seruan orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi) artinya ia tidak akan dapat melemahkan Allah dengan cara lari dari-Nya sehingga ia selamat dari azab-Nya (dan tidak ada baginya) yakni bagi orang yang tidak menerima seruan itu (selain Allah) (pelindung-pelindung) yang dapat menolak azab Allah daripada dirinya. (dalam kesesatan yang nyata\") jelas sesatnya.
أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَلَمْ يَعْىَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحْۦِىَ ٱلْمَوْتَىٰ ۚ بَلَىٰٓ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌۭ ﴿٣٣﴾
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Apakah mereka lalai dan tidak mengetahui bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi tanpa merasa payah itu mampu untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati? Ya, Allah sangat mampu melakukan itu, karena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan) atau apakah orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit itu tidak mengetahui (bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya) artinya, Dia mampu menciptakan kesemuanya dengan mudah (kuasa) lafal Biqaadirin menjadi Khabar dari Anna, kemudian ditambahkan huruf Ba, karena pengertian ayat ini sejajar kekuatannya dengan kalimat Alaisallaahu Biqaadirin, artinya; Bukankah Allah kuasa (menghidupkan orang-orang mati? Ya) Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan orang-orang mati (sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.)
وَيَوْمَ يُعْرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ أَلَيْسَ هَٰذَا بِٱلْحَقِّ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَرَبِّنَا ۚ قَالَ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿٣٤﴾
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka, (dikatakan kepada mereka): \"Bukankah (azab) ini benar?\" Mereka menjawab: \"Ya benar, demi Tuhan kami\". Allah berfirman \"Maka rasakanlah azab ini disebabkan kamu selalu ingkar\".
Ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka. Dengan nada mencela, kepada mereka dikatakan, \"Bukankah azab ini benar seperti yang Kami peringatkan kepadamu di dunia dahulu?\" Mereka menjawab, \"Ya. Demi Tuhan, azab ini memang benar.\" Lalu Allah berfirman, \"Rasakan azab yang pedih akibat sikap kekafiran dan kebohongan kalian.\"
(Dan ingatlah hari ketika orang-orang kafir dihadapkan kepada neraka) ketika mereka diazab di dalamnya, lalu dikatakan kepada mereka, (\"Bukankah ini) yakni azab ini (benar?\" Mereka menjawab, \"Ya benar demi Rabb kami.\" Allah berfirman, \"Maka rasakanlah azab ini disebabkan kalian selalu ingkar.\")
فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِل لَّهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةًۭ مِّن نَّهَارٍۭ ۚ بَلَٰغٌۭ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْفَٰسِقُونَ ﴿٣٥﴾
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Sabarlah, wahai Muhammad, terhadap orang-orang kafir seperti rasul-rasul yang mempunyai keteguhan hati dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan--yaitu mereka yang disebut ulul azmi (ulû al-'azm). Kamu tidak perlu meminta agar siksaan untuk mereka disegerakan, karena siksaan itu pasti akan menimpa mereka juga, betapa pun lamanya nanti. Pada hari ketika mereka menyaksikan siksaan yang diancamkan kepada mereka itu, mereka merasa seolah-olah hanya tinggal di dunia sesaat dari siang hari saja. Apa yang kamu nasihatkan itu cukup menjadi pelajaran. Tidak ada yang dihancurkan dengan azab Allah kecuali orang-orang yang tidak taat kepada-Nya.
(Maka bersabarlah kamu) di dalam menghadapi perlakuan kaummu yang menyakitkan itu (sebagaimana orang-orang yang mempunyai keteguhan hati) yaitu orang-orang yang teguh dan sabar di dalam menghadapi cobaan dan tantangan (dari rasul-rasul) sebelummu, karena itu kamu akan termasuk orang yang mempunyai keteguhan hati. Lafal Min di sini menunjukkan makna Bayan, sehingga pengertiannya menunjukkan, bahwa semua rasul-rasul itu mempunyai keteguhan hati. Tetapi menurut pendapat yang lain itu menunjukkan makna Lit Tab'idh, karena Nabi Adam bukanlah termasuk di antara mereka yang memiliki keteguhan hati, sebagaimana yang diungkapkan oleh ayat lain yaitu firman-Nya: \".. dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.\" (Q.S. Thaha, 115) demikian pula Nabi Yunus tidak termasuk di antara mereka yang Ulil 'Azmi, sebagaimana yang diungkapkan oleh firman-Nya, \".. dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan (Yunus).\" (Q.S. Al-Qalam, 48) (dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka) bagi kaummu yaitu disegerakan turunnya azab bagi mereka. Menurut pendapat lain, bahwa hal ini timbul sebagai reaksi dari sikap mereka terhadapnya, maka Nabi suka jika azab diturunkan kepada mereka, tetapi selanjutnya Nabi diperintahkan supaya bersabar dan jangan meminta supaya disegerakan azab bagi mereka. Karena sesungguhnya azab itu pasti akan menimpa mereka. (Pada hari mereka melihat apa yang diancamkan kepada mereka, mereka merasa seolah-olah) yang dimaksud adalah azab di akhirat mengingat lamanya masa di akhirat mereka merasa seolah-olah (tidak tinggal) di dunia menurut dugaan mereka (melainkan sesaat pada siang hari) Alquran ini adalah (suatu peringatan) peringatan dari Allah buat kalian (maka tidaklah) tiadalah (dibinasakan) sewaktu azab sudah di ambang pintu (melainkan orang-orang yang fasik) yaitu orang-orang yang kafir.