Setting
Surah The moon [Al-Qamar] in Indonesian
ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ ﴿١﴾
Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.
[[54 ~ AL-QAMAR (BULAN) Pendahuluan: Makkiyyah, 55 ayat ~ Ayat pertama surat ini mengetuk pendengaran sembari mengingatkan kita akan dekatnya hari kiamat dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari itu. Ayat berikutnya menjelaskan sikap orang-orang kafir yang terus-menerus ingkar terhadap mukjizat. Surat ini meminta Rasulullah saw. agar berpaling dari mereka dan memberikan batas kepada mereka hingga datangnya suatu hari di mana mereka keluar dari kubur bagaikan belalang yang beterbangan. Ayat-ayat berikutnya mengulas kadaan umat-umat terdahulu dengan rasul-rasul mereka dan azab yang menimpa mereka. Di sela-sela beberapa kisah itu, surat ini mengingatkan bahwa al-Qur'ân itu mudah dipahami dan dipelajari bagi orang-orang yang mencari nasihat dan pelajaran. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa orang-orang kafir Mekah bukanlah orang yang terkuat jika dibandingkan dengan umat-umat terdahulu dan bukan orang yang akan terhindar dari azab. Terakhir, surat ini ditutup dengan ancaman terhadap para pendusta yang membangkang berupa kesudahan mereka pada hari ketika wajah mereka diseret ke neraka. Lalu dikatakan kepada mereka, \"Rasakanlah siksaan neraka jahanam yang dahulu kalian dustakan.\" Sedangkan orang-orang yang bertakwa merasa tenang di dalam surga, tempat tinggal mereka. Suatu tempat yang menyenangkan di sisi Tuhan yang berkuasa.]] Hari kiamat telah dekat, dan bulan pasti akan terbelah.
(Telah dekat datangnya saat itu) dimaksud hari kiamat (dan telah terbelah bulan) menjadi dua bagian; yang satu di atas bukit Abu Qubais dan yang lainnya tampak di atas bukit Qaiqa'an; hal itu merupakan mukjizat bagi Nabi saw. yaitu sewaktu orang-orang Quraisy memintanya, lalu Nabi saw. bersabda, \"Saksikanlah oleh kalian.\" Demikianlah menurut keterangan hadis yang diketengahkan oleh Asy Syaikhain.
وَإِن يَرَوْا۟ ءَايَةًۭ يُعْرِضُوا۟ وَيَقُولُوا۟ سِحْرٌۭ مُّسْتَمِرٌّۭ ﴿٢﴾
Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: \"(Ini adalah) sihir yang terus menerus\".
Apabila orang-orang kafir melihat mukjizat yang besar, mereka menolak untuk mempercainya. Mereka berkata, \"Itu adalah rentetan sihir yang datang berurutan!\"
(Dan jika mereka melihat) yaitu orang-orang kafir Quraisy (sesuatu tanda) suatu mukjizat yang timbul dari Nabi saw. (mereka berpaling dan berkata,) \"Ini adalah (sihir yang kuat) sihir yang paling kuat\", berasal dari kata Al Mirrah; artinya kuat atau terus menerus.
وَكَذَّبُوا۟ وَٱتَّبَعُوٓا۟ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَكُلُّ أَمْرٍۢ مُّسْتَقِرٌّۭ ﴿٣﴾
Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya
Mereka mendustakan rasul-rasul dan mengikuti hawa nafsu mereka, padahal setiap perkara akan berakhir dengan ketetapannya masing-masing.
(Dan mereka mendustakan) Nabi saw. (dan mengikuti hawa nafsu mereka) dalam perkara yang batil (sedangkan tiap-tiap urusan) atau perkara yang baik dan perkara yang buruk (telah ada ketetapannya) bagi pemiliknya masing-masing, yaitu adakalanya masuk ke surga atau ke neraka.
وَلَقَدْ جَآءَهُم مِّنَ ٱلْأَنۢبَآءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ ﴿٤﴾
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran).
Aku bersumpah bahwa berita tentang umat-umat terdahulu dan tentang fakta-fakta alam yang cukup memberi peringatan telah datang kepada orang-orang kafir.
(Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah) berita-berita tentang dibinasakan-Nya umat-umat yang telah mendustakan rasul-rasul mereka (yang di dalamnya terdapat cegahan) bagi mereka untuk melakukan hal yang serupa. Lafal Muzdajar adalah Mashdar atau Isim yang menunjukkan arti tempat, sedangkan huruf Dal-nya merupakan pergantian dari Ta Wazan Ifta'ala. Bila dikatakan Izdajartuhu atau Zajartuhu maka artinya, aku mencegahnya dengan keras. Huruf Maa adalah Maushulah atau Maa Maushufah.
حِكْمَةٌۢ بَٰلِغَةٌۭ ۖ فَمَا تُغْنِ ٱلنُّذُرُ ﴿٥﴾
Itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka).
Yang datang kepada mereka itu merupakan hikmah yang amat besar. Tetapi apalah gunanya peringatan- peringatan itu bagi orang yang tidak mau menerimanya?
(Itulah suatu hikmah) merupakan Khabar dari Mubtada yang tidak disebutkan, atau menjadi Badal dari lafal Maa, atau dari lafal Muzdajir (yang sempurna) maksudnya, hikmah yang lengkap (tetapi tiada berguna) tidak ada gunanya bagi mereka (peringatan-peringatan itu) lafal An Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun, yakni hal-hal yang dijadikan peringatan buat mereka. Lafal Maa boleh dikatakan sebagai huruf Nafi atau Istifham Inkari; jika dianggap sebagai Istifham Inkari berarti kedudukannya sebagai Maf'ul Muqaddam.
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ ۘ يَوْمَ يَدْعُ ٱلدَّاعِ إِلَىٰ شَىْءٍۢ نُّكُرٍ ﴿٦﴾
Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan),
Oleh karena itu berpalinglah, hai Muhammad, dari orang-orang kafir itu. Tunggulah hari ketika seorang penyeru suruhan Allah menyerukan sesuatu yang dahsyat dan tidak mengenakkan.
(Maka berpalinglah kamu dari mereka) menjadi pelengkap atau kesimpulan dari pembahasan sebelumnya (pada hari ketika penyeru memanggil) yaitu malaikat Israfil. Yang menashabkan lafal Yauma adalah lafal Yakhrujuuna yang disebutkan dalam ayat berikutnya, artinya, sesudah mereka keluar dari kuburnya masing-masing yaitu, ketika sang penyeru memanggil mereka (kepada sesuatu yang tidak menyenangkan) dapat dibaca Nukur atau Nukr, artinya, hal yang paling tidak disukai oleh jiwa manusia yaitu, hari penghisaban amal perbuatan.
خُشَّعًا أَبْصَٰرُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ ٱلْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌۭ مُّنتَشِرٌۭ ﴿٧﴾
sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan seakan-akan mereka belalang yang beterbangan
Pandangan mereka tertunduk karena dahsyatnya bencana itu. Mereka keluar dari kuburnya bagaikan bagaikan belalang yang beterbangan karena begitu banyak dan cepatnya mereka.
(Sambil menundukkan) keadaan mereka pada saat itu hina Menurut suatu qiraat dibaca Khaasyi'an (pandangan-pandangan mereka) lafal Khusysya'an menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari Fa'il (mereka keluar) yakni manusia semuanya (dari kuburan) dari tempat-tempat mereka dikuburkan (seakan-akan mereka belalang yang beterbangan) mereka tidak mengetahui hendak ke manakah tujuan mereka, karena tercekam oleh rasa takut dan bimbang yang amat sangat. Jumlah kalimat Ka annahum dan seterusnya menjadi Hal dari Fa'il yang terkandung di dalam lafal Yakhrujuna, demikian pula firman selanjutnya, yaitu,
مُّهْطِعِينَ إِلَى ٱلدَّاعِ ۖ يَقُولُ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا يَوْمٌ عَسِرٌۭ ﴿٨﴾
mereka datang dengan cepat kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata: \"Ini adalah hari yang berat\".
Mereka datang dengan cepat menuju penyeru itu. Mereka melihat kepadanya dengan tunduk dan pasrah tanpa dapat mengalihkan pandangan. Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan berkata, \"Ini adalah hari yang sangat sulit.\"
(Mereka datang dengan cepat) seraya menjulurkan leher-leher mereka (kepada penyeru itu. Orang-orang kafir berkata) orang-orang kafir di antara mereka mengatakan, (\"Ini adalah hari yang berat\") atau sulit bagi orang-orang kafir, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam surah Al Muddatstsir melalui firman-Nya, \"Hari yang sulit bagi orang-orang kafir.\" (Q.S. Al-Muddatstsir 9-10)
۞ كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍۢ فَكَذَّبُوا۟ عَبْدَنَا وَقَالُوا۟ مَجْنُونٌۭ وَٱزْدُجِرَ ﴿٩﴾
Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: \"Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman).
Sebelum orang-orang kafir Mekah, kaum Nûh telah mendustakan nabinya, yaitu Nûh, salah seorang hamba dan rasul Kami. Mereka menyebutnya gila dan menghalang-halanginya, dengan berbagai macam siksaan dan ancaman, agar tidak menyampaikan risalah yang diembannya.
(Sebelum mereka telah mendustakan -pula -) yakni sebelum orang-orang Quraisy (kaum Nuh) dita`nits kannya lafal Kadzdzabat karena memandang segi makna yang terkandung dalam lafal Qaumun (maka mereka mendustakan hamba Kami) yakni Nabi Nuh (dan mereka mengatakan, \"Dia seorang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman\") pernah diperingatkan oleh mereka dengan caci-maki dan lain sebagainya.
فَدَعَا رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَغْلُوبٌۭ فَٱنتَصِرْ ﴿١٠﴾
Maka dia mengadu kepada Tuhannya: \"bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)\".
Kemudian Nûh memohon kepada Tuhannya, \"Aku terkalahkan oleh kaumku, maka balaslah dan menangkanlah aku.\"
(Maka dia mengadu kepada Rabbnya, \"Bahwasanya aku ini) dibaca Annii artinya, bahwa aku ini (adalah orang yang dikalahkan, oleh karena itu menangkanlah aku\")
فَفَتَحْنَآ أَبْوَٰبَ ٱلسَّمَآءِ بِمَآءٍۢ مُّنْهَمِرٍۢ ﴿١١﴾
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.
Lalu Kami membuka pintu-pintu langit yang kemudian menumpahkan air yang amat banyak dan beruntun. Dari dalam tanah, Kami juga memancarkan sumber mata air. Dengan demikian, bertemulah air langit dan air bumi yang membinasakan mereka sesuai dengan ketetapan Allah.
(Maka Kami bukakan) dapat dibaca Fafatahnaa atau Fafattahnaa (pintu-pintu langit dengan menurunkan air yang tercurah) air yang ditumpahkan dari langit dengan sangat derasnya.
وَفَجَّرْنَا ٱلْأَرْضَ عُيُونًۭا فَٱلْتَقَى ٱلْمَآءُ عَلَىٰٓ أَمْرٍۢ قَدْ قُدِرَ ﴿١٢﴾
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.
Lalu Kami membuka pintu-pintu langit yang kemudian menumpahkan air yang amat banyak dan beruntun. Dari dalam tanah, Kami juga memancarkan sumber mata air. Dengan demikian, bertemulah air langit dan air bumi yang membinasakan mereka sesuai dengan ketetapan Allah.
(Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air) yang menyumber dengan derasnya (maka bertemulah air-air itu) yaitu air yang ditumpahkan dari langit dan air yang disemburkan dari bumi (untuk suatu urusan) berkedudukan menjadi Hal (yang sungguh telah ditetapkan) yang telah dipastikan di zaman Azali, yaitu bahwa mereka dibinasakan dengan ditenggelamkan.
وَحَمَلْنَٰهُ عَلَىٰ ذَاتِ أَلْوَٰحٍۢ وَدُسُرٍۢ ﴿١٣﴾
Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku,
Kami mengangkut Nûh di atas bahtera yang terbuat dari kayu dan ikatan yang mengencangkan papan-papannya. Bahtera tersebut berlayar di atas air di bawah pengawasan Kami sebagai balasan bagi Nûh yang seruannya selalu didustakan oleh kaumnya.
(Dan Kami angkut dia) yakni Nabi Nuh (ke atas) bahtera (yang terbuat dari papan dan paku) lafal Dusur artinya benda-benda yang dipakai untuk menyambung kayu-kayu, baik berupa paku atau benda-benda lainnya, bentuk tunggalnya adalah Disaarun yang wazannya sama dengan lafal Kitaabun
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَآءًۭ لِّمَن كَانَ كُفِرَ ﴿١٤﴾
Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh).
Kami mengangkut Nûh di atas bahtera yang terbuat dari kayu dan ikatan yang mengencangkan papan-papannya. Bahtera tersebut berlayar di atas air di bawah pengawasan Kami sebagai balasan bagi Nûh yang seruannya selalu didustakan oleh kaumnya.
(Yang berlayar dengan pemeliharaan Kami) atau dalam pengawasan Kami (sebagai balasan) dinashabkan oleh Fi'il yang diperkirakan keberadaannya, yakni mereka ditenggelamkan sebagai pertanda kemenangan (bagi orang yang diingkari) yaitu bagi Nabi Nuh a.s. Dan menurut suatu qiraat lafal Kufira dibaca Kafar, artinya, mereka ditenggelamkan sebagai hukuman bagi mereka yang kafir.
وَلَقَد تَّرَكْنَٰهَآ ءَايَةًۭ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿١٥﴾
Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
Peristiwa tenggelamnya orang-orang kafir dan selamatnya orang-orang Mukmin benar-benar Kami jadikan sebagai pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah Kami tinggalkan) telah Kami biarkan perbuatan Kami itu (sebagai tanda) bagi orang yang mau mengambilnya sebagai pelajaran buat dirinya. Makna yang dimaksud ialah, berita mengenai banjir besar ini telah tersiar dan tetap lestari ketenarannya (maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?) untuk menasihati dirinya. Asal lafal Muddakir adalah Mudztakir, lalu huruf Ta diganti menjadi Dal, demikian pula huruf Dzal diganti menjadi Dal, lalu keduanya diidgamkan menjadi satu sehingga jadilah Muddakir.
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿١٦﴾
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Alangkah dahsyatnya azab dan peringatan Kami bagi orang-orang yang melanggar!
(Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) peringatan-Ku, Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir. Lafal Kaifa adalah Khabar dari lafal Kaana, menunjukkan makna pertanyaan tentang keadaan. Pengertiannya ialah menganggap orang-orang yang diajak berbicara telah mengakui terjadinya. azab Allah swt. yang telah menimpa orang-orang yang mendustakan Nabi Nuh.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿١٧﴾
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Aku bersumpah bahwa Kami telah mudahkan al-Qur'ân untuk dijadikan peringatan dan pelajaran. Maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran) Kami telah memudahkannya untuk dihafal dan Kami telah mempersiapkannya untuk mudah diingat (maka adakah orang yang mengambil pelajaran?) yang mau mengambilnya sebagai pelajaran dan menghafalnya. Istifham di sini mengandung makna perintah yakni, hafalkanlah Alquran itu oleh kalian dan ambillah sebagai nasihat buat diri kalian. Sebab tidak ada orang yang lebih hafal tentang Alquran selain daripada orang yang mengambilnya sebagai nasihat buat dirinya.
كَذَّبَتْ عَادٌۭ فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿١٨﴾
Kaum 'Aad pun mendustakan (pula). Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Kaum 'Ad telah mendustakan Hûd, seorang rasul yang diutus kepada mereka. Alangkah dahsyatnya azab dan peringatan-Ku bagi orang-orang yang melanggar!
(Kaum Ad pun telah mendustakan) nabi mereka yaitu Nabi Hud, karena itu mereka diazab. (Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) peringatan-Ku kepada mereka, bahwa mereka akan Kami azab sebelum azab itu turun menimpa mereka. Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya.
إِنَّآ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًۭا صَرْصَرًۭا فِى يَوْمِ نَحْسٍۢ مُّسْتَمِرٍّۢ ﴿١٩﴾
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus,
Kami meniupkan kepada mereka angin dingin disertai dengan gemuruh petir pada hari nahas yang terus-menerus. Angin tersebut mengangkat dan melempar mereka dari tempat tinggalnya sehingga bergelimpangan di atas tanah bagai pokok kurma yang tumbang.
(Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang) sangat keras suaranya dan kuat sekali (pada hari nahas) atau pada hari yang sial (yang terus-menerus) yakin kesialannya terus-menerus. Atau sangat kuat sialnya, hal itu terjadi pada hari Rabu di penghujung bulan.
تَنزِعُ ٱلنَّاسَ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍۢ مُّنقَعِرٍۢ ﴿٢٠﴾
yang menggelimpangkan manusia seakan-akan mereka pokok korma yang tumbang.
Kami meniupkan kepada mereka angin dingin disertai dengan gemuruh petir pada hari nahas yang terus-menerus. Angin tersebut mengangkat dan melempar mereka dari tempat tinggalnya sehingga bergelimpangan di atas tanah bagai pokok kurma yang tumbang.
(Yang mencabut manusia) yang menghempaskan mereka dari tempat perlindungannya di bawah tanah, kemudian angin itu menjatuhkannya ke kepala mereka sehingga matilah mereka semua dan terpisahlah kepala dari tubuh mereka (seakan-akan mereka) yakni keadaan mereka pada waktu itu sebagaimana yang telah disebutkan tadi (pokok-pokok) atau batang-batang (kurma yang tumbang) maksudnya, keadaan mereka ketika itu bagaikan pokok-pokok kurma yang tumbang ke bumi. Mereka diserupakan dengan pokok kurma karena keadaan tubuh mereka yang tinggi-tinggi. Lafal Munqa'ir disebutkan ayat ini dalam bentuk Mudzakkar, sedangkan di dalam surah Al Haaqqah kata sifatnya disebutkan dalam bentuk Ta`nits yaitu, di dalam firman-Nya, \"batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).\" (Q.S. Al-Haaqqah, 7) Demikian itu karena demi memelihara kesamaan bunyi pada akhir ayat pada kedua tempat tersebut.
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿٢١﴾
Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Alangkah dahsyatnya azab dan peringatan-Ku bagi orang-orang yang melanggar!
(Maka betapa dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿٢٢﴾
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Kami telah memudahkan al-Qur'ân untuk dijadikan peringatan dan pelajaran. Adakah orang yang mau menjadikannya pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?)
كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِٱلنُّذُرِ ﴿٢٣﴾
Kaum Tsamudpun telah mendustakan ancaman-ancaman (itu).
Kaum Tsamûd telah mendustakan peringatan-peringatan Shâlih, seorang nabi yang diutus kepada mereka.
(Kaum Tsamud pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) lafal An Nudzur adalah bentuk jamak dari lafal Nadziirun yang bermakna Mundzirun, yaitu perkara-perkara yang dijadikan peringatan oleh nabi mereka (Nabi Saleh) jika mereka tidak mau beriman dan tidak mau mengikutinya.
فَقَالُوٓا۟ أَبَشَرًۭا مِّنَّا وَٰحِدًۭا نَّتَّبِعُهُۥٓ إِنَّآ إِذًۭا لَّفِى ضَلَٰلٍۢ وَسُعُرٍ ﴿٢٤﴾
Maka mereka berkata: \"Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?\" Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila\".
Mereka berkata, \"Apakah seorang manusia biasa di antara kita yang harus kita ikuti? Kalau kita mengikutinya, kita tentu akan tersesat dan gila.
(Maka mereka berkata, \"Apakah kepada manusia) lafal Basyaran dinashabkan karena Isytighal (yakni seseorang di antara kami) kedua lafal ini menjadi sifat bagi lafal Basyaran (kami harus mengikutinya) merupakan penafsir dari Fi'il yang menashabkan lafal Basyaran. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Nafi atau negatif. Maksudnya, bagaimana kami harus mengikutinya sedangkan kami adalah golongan mayoritas dan dia adalah seseorang di antara kami, lagi dia bukanlah seorang raja. Maksud mereka ialah bahwa mereka tidak mau mengikutinya. (Sesungguhnya kami kalau demikian) jika kami mengikutinya (benar-benar berada dalam kesesatan) atau menyimpang dari kebenaran (dan gila) atau tidak berakal waras.
أَءُلْقِىَ ٱلذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنۢ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌۭ ﴿٢٥﴾
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.
Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya, sementara di antara kita ada yang lebih pantas daripada dirinya? Sebenarnya ia hanyalah seorang yang banyak berbohong dan mengingkari nikmat.\"
(Apakah diturunkan) boleh dibaca Tahqiq dan boleh pula dibaca Tas-hil (wahyu itu) peringatan itu (kepadanya di antara kita) maksudnya, tidak pantas wahyu diturunkan kepadanya. (Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta) di dalam pengakuannya itu yang menyatakan bahwa hal tersebut telah diwahyukan kepadanya (lagi sombong\") congkak dan takabur. Lalu Allah berfirman,
سَيَعْلَمُونَ غَدًۭا مَّنِ ٱلْكَذَّابُ ٱلْأَشِرُ ﴿٢٦﴾
Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong.
Kelak, pada hari diturunkannya azab, mereka akan mengetahui siapa sebenarnya yang berdusta dan mengingkari nikmat: merekakah atau Shâlih, rasul mereka?
(\"Kelak mereka akan mengetahui) di akhirat nanti (siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong\") dia ataukah mereka? Kelak Allah pasti akan mengazab mereka yang telah mendustakan nabinya yakni, Nabi Saleh.
إِنَّا مُرْسِلُوا۟ ٱلنَّاقَةِ فِتْنَةًۭ لَّهُمْ فَٱرْتَقِبْهُمْ وَٱصْطَبِرْ ﴿٢٧﴾
Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah.
Kami, sungguh, akan mengirim unta betina--sebagai mukjizat Shâlih, rasul Kami--untuk menguji mereka. Nantikan dan lihatlah tindakan mereka. Bersabarlah dalam menghadapi tindakan mereka yang menyakitkan sampai keputusan Allah tiba.
(Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina) yaitu mengeluarkan unta dari batu besar yang terdapat di lembah tempat mereka sebagaimana yang mereka minta (sebagai cobaan) ujian (bagi mereka) Kami lakukan hal itu guna mencoba mereka (maka tunggulah mereka) hai Saleh apa yang akan mereka kerjakan dan apa yang akan ditimpakan kepada mereka (dan bersabarlah) atas perlakuan mereka yang menyakitkan itu terhadap dirimu. Lafal Ishthabir pada asalnya adalah Ishtabir, kemudian huruf Ta diganti menjadi huruf Tha sehingga jadilah Ishthabir, maknanya bersabarlah kamu.
وَنَبِّئْهُمْ أَنَّ ٱلْمَآءَ قِسْمَةٌۢ بَيْنَهُمْ ۖ كُلُّ شِرْبٍۢ مُّحْتَضَرٌۭ ﴿٢٨﴾
Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)
Beritahukan mereka bahwa air itu milik bersama antara mereka dan unta betina itu. Masing-masing mendapat giliran minum pada hari yang ditentukan.
(Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi) dibagi-bagi (antara mereka) dengan unta betina itu; yakni sehari buat mereka dan hari yang lainnya buat unta betina, demikianlah seterusnya (tiap-tiap minum) bagian air (dihadiri) oleh yang punya giliran, yakni kaum Nabi Saleh dan unta betina. Akhirnya lama kelamaan mereka merasa bosan dengan adanya pembagian ini, lalu mereka bersepakat untuk membunuh unta betina itu.
فَنَادَوْا۟ صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَىٰ فَعَقَرَ ﴿٢٩﴾
Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya.
Mereka memanggil kawannya yang kemudian bersiap-siap menangkap dan menyembelih unta itu. Alangkah dahsyatnya siksa dan peringatan-Ku bagi orang-orang yang melanggar!
(Maka mereka memanggil kawannya) yaitu seorang yang gagah perkasa untuk membunuh unta betina itu (lalu kawannya itu menangkap) unta itu seraya menghunus pedangnya (dan menyembelihnya) menyembelih unta betina itu dengan pedangnya dan membunuhnya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mereka.
فَكَيْفَ كَانَ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿٣٠﴾
Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Mereka memanggil kawannya yang kemudian bersiap-siap menangkap dan menyembelih unta itu. Alangkah dahsyatnya siksa dan peringatan-Ku bagi orang-orang yang melanggar!
(Maka alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) yakni peringatan-Ku terhadap mereka sebelum azab diturunkan kepada mereka. Lalu Allah menjelaskan hal ini melalui firman selanjutnya,
إِنَّآ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ صَيْحَةًۭ وَٰحِدَةًۭ فَكَانُوا۟ كَهَشِيمِ ٱلْمُحْتَظِرِ ﴿٣١﴾
Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang.
Kami, sungguh, menimpakan kepada mereka satu bunyi yang amat keras. Seketika, mereka menjadi seperti pohon kering yang dikumpulkan oleh orang yang punya kandang.
(\"Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti kayu-kayu kering yang dijadikan sebagai kandang kambing\") Al Muhtazhar artinya pohon dan duri-duri yang kering kemudian dijadikan sebagai kandang kambing untuk menjaga kambing-kambing dari sergapan binatang buas seperti serigala dan binatang pemangsa lainnya. Dan kayu-kayu atau duri-duri kering yang terjatuh dari kandang tersebut lalu diinjak-injak oleh kambing dinamakan Al Hasyiim.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿٣٢﴾
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Kami telah memudahkan al-Qur'ân untuk dijadikan sebagai nasihat dan pelajaran. Adakah yang mau menjadikannya pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?)
كَذَّبَتْ قَوْمُ لُوطٍۭ بِٱلنُّذُرِ ﴿٣٣﴾
Kaum Luth-pun telah mendustakan ancaman-ancaman (nabinya).
Kaum Lûth telah mendustakan peringatan-peringatan rasulnya.
(Kaum Luth pun telah mendustakan ancaman-ancaman itu) mendustakan hal-hal yang diancamkan kepada mereka melalui lisan Nabi Luth.
إِنَّآ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّآ ءَالَ لُوطٍۢ ۖ نَّجَّيْنَٰهُم بِسَحَرٍۢ ﴿٣٤﴾
Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing,
Kami telah meniupkan angin keras yang melemparkan bebatuan kepada mereka, kecuali kaum Nabi Lûth yang beriman yang Kami selamatkan dari azab ini saat menjelang fajar, sebagai sebuah pemberian nikmat Kami untuk mereka. Dengan nikmat yang besar seperti itu, Kami memberikan balasan kepada orang yang mensyukuri nikmat Kami dengan cara beriman dan patuh.
(Sesungguhnya Kami telah mengembuskan kepada mereka angin yang membawa terbang batu-batu) yakni angin yang melempari mereka dengan batu-batu yang diterbangkannya. Al Hashbaa adalah batu-batu kecil yang besarnya lebih kecil dari genggaman tangan; akhirnya binasalah mereka karenanya (kecuali keluarga Luth) mereka adalah Nabi Luth dan kedua orang putrinya. (Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing) berasal dari lafal As-haar artinya, waktu menjelang subuh dari hari yang tidak ditentukan. Dan seandainya hari yang dimaksud adalah hari yang ditentukan, niscaya ungkapannya tidak memakai harakat Tanwin karena termasuk Isim yang Ma'rifat dan dima'dul dari lafal As Sahar. Karena, bila dimaksud sebagai hari yang ditentukan pasti memakai Alif dan Lam. Apakah batu kerikil itu dihembuskan kepada keluarga Nabi Luth atau tidak? Sehubungan dengan hal ini ada dua pendapat. Menurut pendapat pertama yakni dihembuskan juga, berarti Istisna di sini bersifat Muttashil. Menurut pendapat kedua yakni, tidak dihembuskan berarti Istitsnanya bersifat Munqathi'. Akan tetapi pada akhirnya keluarga Nabi Luth diselamatkan dari azab itu.
نِّعْمَةًۭ مِّنْ عِندِنَا ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى مَن شَكَرَ ﴿٣٥﴾
sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur,
Kami telah meniupkan angin keras yang melemparkan bebatuan kepada mereka, kecuali kaum Nabi Lûth yang beriman yang Kami selamatkan dari azab ini saat menjelang fajar, sebagai sebuah pemberian nikmat Kami untuk mereka. Dengan nikmat yang besar seperti itu, Kami memberikan balasan kepada orang yang mensyukuri nikmat Kami dengan cara beriman dan patuh.
(sebagai nikmat) menjadi mashdar, artinya sebagai pemberian nikmat. (dari sisi Kami. Demikianlah) sebagaimana pembalasan tersebut (Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur) terhadap nikmat-nikmat Kami; dia adalah orang mukmin atau orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menaati keduanya.
وَلَقَدْ أَنذَرَهُم بَطْشَتَنَا فَتَمَارَوْا۟ بِٱلنُّذُرِ ﴿٣٦﴾
Dan sesungguhnya dia (Luth) telah memperingatkan mereka akan azab-azab Kami, maka mereka mendustakan ancaman-ancaman itu.
Sesungguhnya Nabi Lûth telah mengingatkan kaumnya tentang azab Kami yang pedih. Tetapi mereka mengeluh--sebagai bentuk pendustaan--dengan peringatan-peringatan itu.
(Dan sesungguhnya dia telah memperingatkan kepada mereka) yaitu Nabi Luth telah memberi peringatan kepada mereka (akan azab Kami) akan pembalasan Kami kepada mereka melalui azab-Nya (maka mereka mendustakan) mereka membantah dan mendustakan (ancaman-ancaman itu) ancaman-ancaman Nabi Luth.
وَلَقَدْ رَٰوَدُوهُ عَن ضَيْفِهِۦ فَطَمَسْنَآ أَعْيُنَهُمْ فَذُوقُوا۟ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿٣٧﴾
Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Mereka membujuk Lûth supaya menyerahkan tamunya kepada mereka. Mata mereka kemudian Kami butakan sebagai balasan atas keinginan mereka itu. Dengan nada mengejek, dikatakan kepada mereka, \"Rasakanlah azab dan ancaman-ancaman-Ku.\"
(Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya agar menyerahkan tamunya) mereka membujuknya supaya dia membiarkan mereka dengan orang-orang yang datang kepadanya sebagai tamu. Mereka bermaksud akan berbuat homosex dengan para tamunya itu, padahal para tamunya itu adalah malaikat-malaikat yang menjelma menjadi manusia (lalu Kami butakan mata mereka) Kami jadikan buta mata mereka dan Kami jadikan mata mereka tertutup rapat atau rata, sama rata dengan bagian muka yang lainnya. Yaitu, setelah malaikat Jibril menampar mereka dengan sayapnya (maka rasakanlah) maksudnya, Kami berkata kepada mereka, \"Rasakanlah oleh kalian (azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku) ini\". Yakni, ancaman dan peringatan-Ku ini; makna yang dimaksud adalah buah dan akibat daripada ancaman-Ku.
وَلَقَدْ صَبَّحَهُم بُكْرَةً عَذَابٌۭ مُّسْتَقِرٌّۭ ﴿٣٨﴾
Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa azab yang kekal.
Pagi-pagi sekali mereka telah dikejutkan oleh siksaan yang telah ditetapkan dan kekal. Dikatakan kepada mereka, \"Rasakanlah azab dan ancaman-ancaman-Ku ini.\"
(Dan sesungguhnya pada esok harinya mereka ditimpa) yaitu, di waktu subuh dari hari yang tidak ditentukan itu (azab yang kekal) azab yang terus-menerus hingga sampai kepada saatnya azab akhirat.
فَذُوقُوا۟ عَذَابِى وَنُذُرِ ﴿٣٩﴾
Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku.
Pagi-pagi sekali mereka telah dikejutkan oleh siksaan yang telah ditetapkan dan kekal. Dikatakan kepada mereka, \"Rasakanlah azab dan ancaman-ancaman-Ku ini.\"
(Maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku)
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿٤٠﴾
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?
Kami telah memudahkan al-Qur'ân untuk dijadikan pelajaran dan nasihat. Maka adakah orang yang mau menjadikannya pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka sudah adakah orang yang mengambil pelajaran?).
وَلَقَدْ جَآءَ ءَالَ فِرْعَوْنَ ٱلنُّذُرُ ﴿٤١﴾
Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Fir'aun ancaman-ancaman.
Sungguh telah datang berbagai ancaman yang terus-menerus kepada kaum Fir'aun.
(Dan sesungguhnya telah datang kepada kaum Firaun) kepada Firaun dan kaumnya (ancaman-ancaman itu) ancaman-Ku melalui lisan Nabi Musa dan Nabi Harun, tetapi mereka masih tetap tidak mau beriman. Bahkan,
كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَٰهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍۢ مُّقْتَدِرٍ ﴿٤٢﴾
Mereka mendustakan mukjizat Kami semuanya, lalu Kami azab mereka sebagai azab dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa
Mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan mukjizat yang dibawa oleh para rasul Kami. Mereka Kami hancurkan dengan cara Sang Mahaperkasa dan Mahakuasa.
(mereka mendustakan ayat-ayat Kami kesemuanya) yakni sembilan ayat yang diberikan kepada Nabi Musa (lalu Kami azab mereka) yakni, Kami turunkan azab kepada mereka (sebagai azab dari Yang Maha Perkasa) Yang Maha Kuat (lagi Maha Kuasa) tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan dan menghalang-halangi-Nya.
أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌۭ مِّنْ أُو۟لَٰٓئِكُمْ أَمْ لَكُم بَرَآءَةٌۭ فِى ٱلزُّبُرِ ﴿٤٣﴾
Apakah orang-orang kafirmu (hai kaum musyrikin) lebih baik dari mereka itu, atau apakah kamu telah mempunyai jaminan kebebasan (dari azab) dalam Kitab-kitab yang dahulu
Apakah kalian, hai orang-orang kafir, lebih kuat dari kaum-kaum terdahulu yang telah dimusnahkan itu? Bahkan, apakah kalian mempunyai jaminan akan bebas dari siksaan Kami dalam kitab-kitab samawi yang telah diturunkan?
(Apakah orang-orang kafir kalian) hai orang-orang Quraisy (lebih baik daripada mereka itu) yang telah disebutkan yaitu, mulai dari kaum Nabi Nuh hingga sampai kepada Firaun dan kaumnya yang tidak mendapatkan ampunan (atau apakah kalian telah mempunyai) hai orang-orang kafir Quraisy (jaminan kebebasan) dari azab (dalam kitab-kitab) yang terdahulu. Istifham yang terdapat pada dua tempat ini mengandung makna Nafi artinya, kenyataannya tidaklah demikian.
أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌۭ مُّنتَصِرٌۭ ﴿٤٤﴾
Atau apakah mereka mengatakan: \"Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang\".
Atau apakah orang-orang kafir itu mengatakan, \"Kami adalah golongan yang bersatu yang pasti menang dan tidak terkalahkan oleh musuh?\"
(Atau apakah mereka mengatakan) yakni orang-orang kafir Quraisy, (\"Kami adalah suatu golongan yang bersatu) orang-orang yang bersatu dalam satu golongan (yang pasti menang\") atas Muhammad. Sewaktu Abu Jahal mengatakan dalam perang Badar, bahwa sesungguhnya kami adalah golongan yang bersatu yang pasti menang. Maka turunlah firman-Nya,
سَيُهْزَمُ ٱلْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ ٱلدُّبُرَ ﴿٤٥﴾
Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.
Golongan ini pasti akan terkalahkan. Mereka akan lari mundur ke belakang.
(\"Golongan Itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang\") akhirnya mereka dikalahkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam perang Badar, dan Nabi Muhammad saw. mendapat kemenangan yang gemilang atas mereka.
بَلِ ٱلسَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَٱلسَّاعَةُ أَدْهَىٰ وَأَمَرُّ ﴿٤٦﴾
Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.
Hari kiamat adalah saat penyiksaan mereka. Dan hari kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit lagi.
(Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka) yaitu azab akan ditimpakan kepada mereka (dan kiamat itu) azab hari kiamat itu (lebih dahsyat) lebih besar bencananya (lagi lebih pahit) jauh lebih pahit daripada azab di dunia.
إِنَّ ٱلْمُجْرِمِينَ فِى ضَلَٰلٍۢ وَسُعُرٍۢ ﴿٤٧﴾
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan dalam neraka.
Sesungguhnya para pelaku kejahatan itu akan berada dalam kehancuran dan di neraka yang menyala- nyala.
(Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan) dalam kebinasaan, mereka akan terbunuh di dunia (dan dalam neraka) neraka yang besar nyalanya. Maksudnya, kelak di akhirat mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang apinya menyala-nyala.
يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا۟ مَسَّ سَقَرَ ﴿٤٨﴾
(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): \"Rasakanlah sentuhan api neraka!\"
Pada hari ketika mereka diseret ke neraka di atas muka mereka. Dikatakan kepada mereka, \"Rasakanlah sakit dan panasnya neraka jahanam ini!\"
(Pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka) di akhirat kelak, lalu dikatakan kepada mereka (\"Rasakanlah sentuhan api neraka\") rasakanlah panasnya api neraka Jahanam ini oleh kalian.
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍۢ ﴿٤٩﴾
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran yang sesuai dengan hikmah.
(Sesungguhnya segala sesuatu itu Kami) dinashabkan oleh Fi'il yang terdapat pada firman selanjutnya yang berfungsi menafsirkannya (ciptakan menurut ukuran) masing-masing. Menurut suatu qiraat lafal Kulla dibaca KuIlu dan dianggap sebagai Mubtada, sedangkan Khabarnya adalah lafal Khalaqnaahu.
وَمَآ أَمْرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٌۭ كَلَمْحٍۭ بِٱلْبَصَرِ ﴿٥٠﴾
Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata.
Jika Kami menghendaki sesuatu, maka Kami hanya akan mengatakan, \"Jadilah,\" maka sesuatu itu pun terjadi dengan sekejap mata.
(Dan tiada lain perintah Kami) terhadap sesuatu yang Kami kehendaki ada (hanyalah) sekali (satu firman seperti kejapan mata) dalam hal kecepatannya, yaitu melalui firman-Nya 'Kun' yakni adalah kamu, maka sesuatu yang dikehendaki itu langsung ada dengan seketika; pengertian ini diungkapkan pula oleh firman lainnya, yaitu, \"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah', maka terjadilah ia.\" (Q.S. Yaasin, 82)
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَآ أَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ ﴿٥١﴾
Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
Kami telah memusnahkan orang-orang yang kafir seperti kalian. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?
(Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kalian) dalam kekafirannya dari umat-umat terdahulu. (Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna perintah yakni, ingatlah kalian dan ambillah hal ini sebagai pelajaran buat kalian!
وَكُلُّ شَىْءٍۢ فَعَلُوهُ فِى ٱلزُّبُرِ ﴿٥٢﴾
Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan
Segala sesuatu yang mereka kerjakan di dunia telah tercatat dalam buku-buku catatan.
(Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat) apa yang telah dikerjakan oleh semua hamba-hamba Allah telah tercatat (di dalam buku-buku) catatan amal perbuatan.
وَكُلُّ صَغِيرٍۢ وَكَبِيرٍۢ مُّسْتَطَرٌ ﴿٥٣﴾
Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.
Segala perbuatan, baik yang kecil maupun yang besar, semuanya tercatat. Tak ada yang terlewatkan sedikit pun.
(Dan segala urusan yang kecil maupun besar) berupa dosa atau amal perbuatan (adalah tertulis) tercatat di Lohmahfuz.
إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍۢ وَنَهَرٍۢ ﴿٥٤﴾
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,
Orang-orang yang bertakwa benar-benar berada dalam surga-surga yang tinggi dan dengan sungainya yang beraneka ragam.
(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam surga-surga) taman-taman (dan sungai-sungai makna yang dimaksud adalah jenisnya. Menurut suatu qiraat lafal Nahar dibaca Nuhur dalam bentuk jamak, yang wazannya sama dengan lafal Asadun bila dijamakkan menjadi Usudun. Makna yang dimaksud ialah, bahwa mereka meminum dari sungai-sungai surga itu air, susu, madu dan khamar.
فِى مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍۢ مُّقْتَدِرٍۭ ﴿٥٥﴾
di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.
Di tempat yang benar, tak ada main-main dan dosa, di sisi Tuhan Yang Mahakuasa.
(Di tempat yang benar) di majelis yang benar, karena tidak ada perkataan yang tidak berguna dan tidak pula ada perkataan yang berdosa di dalamnya; pengertian Maq'ad di sini adalah ditinjau dari segi jenisnya. Menurut qiraat yang lain lafal Maq'ad dibaca dalam bentuk jamak yaitu Maqaa'id. Makna yang dimaksud ialah bahwa ahli surga itu berada di dalam majelis-majelis surga dalam keadaan bebas dari perkataan yang tidak ada gunanya dan bebas pula dari hal-hal yang berdosa, keadaan mereka berbeda dengan keadaan majelis-majelis di dunia. Karena sesungguhnya majelis-majelis di dunia itu jarang sekali bebas dari hal-hal tersebut. Lafal ayat ini berkedudukan sebagai Khabar yang kedua, dan lafal Shidqin menjadi Badal dari lafal Shaadiqin, yakni Badal Ba'dh atau lainnya (di sisi Yang Maha Raja) merupakan perumpamaan yang mengandung makna Mubalaghah, yakni Maha Raja Yang Maha Perkasa lagi Maha Luas (lagi Maha Berkuasa) tiada sesuatu pun yang melemahkan-Nya, Dia adalah Allah swt. Lafal 'Inda menunjukkan isyarat yang mengandung makna derajat dan kedudukan mereka yang dekat di sisi-Nya, sebagai anugerah dari Allah swt. kepada para penghuni surga.