Setting
Surah The tidings [An-Naba] in Indonesian
عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ ﴿١﴾
Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya?
[[78 ~ AN-NABA' (BERITA BESAR) Pendahuluan: Makkiyyah, 40 ayat ~ Dalam surat ini ditegaskan kebenaran hari kebangkitan dan mengecam orang-orang yang menyangsikannya. Lalu disebutkan beberapa bukti kemungkinan terjadinya dari berbagai fenomena kekuasaan Tuhan. Ditegaskanlah kepastian terjadinya hari kebangkitan itu dan disebutkan pula beberapa tanda-tandanya. Kemudian dibicarakan pula mengenai nasib orang-orang yang berbuat jahat dan orang-orang yang bertakwa. Surat ini kemudian ditutup dengan peringatan dan ancaman akan datangnya hari yang menakutkan ini.]] Tentang apakah orang-orang yang ingkar itu saling bertanya?
(Tentang apakah) mengenai apakah (mereka saling bertanya-tanya?) yakni orang-orang Quraisy sebagian di antara mereka bertanya-tanya kepada sebagian yang lainnya.
عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ ﴿٢﴾
Tentang berita yang besar,
Tentang berita besar. Berita tentang hari kebangkitan yang acapkali mereka perselisihkan--dari yang meragukan sampai yang mengingkari kebenarannya.
(Tentang berita yang besar) ayat ini merupakan penjelasan bagi sesuatu yang dipertanyakan mereka itu. Sedangkan Istifham atau kata tanya pada ayat yang pertama tadi mengandung makna yang mengagungkannya. Hal yang dimaksud adalah Alquran yang disampaikan oleh Nabi saw. yang di dalamnya terkandung berita mengenai adanya hari berbangkit dan hal-hal lainnya.
ٱلَّذِى هُمْ فِيهِ مُخْتَلِفُونَ ﴿٣﴾
yang mereka perselisihkan tentang ini.
Tentang berita besar. Berita tentang hari kebangkitan yang acapkali mereka perselisihkan--dari yang meragukan sampai yang mengingkari kebenarannya.
(Yang mereka perselisihkan tentang ini) orang-orang yang beriman mempercayainya, sedangkan orang-orang kafir mengingkarinya.
كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ﴿٤﴾
Sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui,
Celakalah mereka dengan pertanyaan seperti ini! Kelak mereka akan mengetahui kebenarannya tatkala mereka saksikan sendiri hari kebangkitan itu benar-benar terjadi.
(Sekali-kali tidak) kata ini merupakan sanggahan yang ditujukan kepada orang-orang kafir tadi (kelak mereka mengetahui) apa yang bakal menimpa mereka sebagai akibat daripada keingkaran mereka kepada Alquran.
ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُونَ ﴿٥﴾
kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui.
Lalu celakalah mereka! Kelak mereka akan mengetahui tatkala ancaman itu mereka alami.
(Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui) ayat ini merupakan pengukuh dari ayat sebelumnya; dan pada ayat ini dipakai kata Tsumma untuk memberikan pengertian, bahwa ancaman yang kedua lebih keras dan lebih berat daripada ancaman yang dikandung pada ayat sebelumnya. Selanjutnya Allah swt. memberikan isyarat yang menunjukkan tentang kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk semuanya; untuk itu Dia berfirman:
أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ مِهَٰدًۭا ﴿٦﴾
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?,
Bukankah mereka telah menyaksikan bukti-bukti kekuasaan Kami? Sesungguhnya Kami menjadikan bumi terhampar sehingga dapat didiami dan ditelusuri segala penjurunya.
(Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan) yakni terhampar bagaikan permadani.
وَٱلْجِبَالَ أَوْتَادًۭا ﴿٧﴾
dan gunung-gunung sebagai pasak?,
Kami menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk menguatkan bumi. (1). (1) Lapisan padat kerak bumi dapat mencapai ketebalan sekitar 60 kilometer. Lapisan itu dapat meninggi, sehingga membentuk gunung-gunung, atau menurun menjadi dasar lautan dan samudera. Keadaan seperti ini menimbulkan keseimbangan akibat tekanan yang dihasilkan oleh gunung-gunung tersebut. Keseimbangan ini tidak mengalami kerusakan kecuali jika gunung-gunung tersebut musnah. Lapisan kerak bumi yang basah akan dikuatkan oleh gunung-gunung, persis seperti pasak menguatkan kemah (lihat tafsir ayat 7 surat Qâf).
(Dan gunung-gunung sebagai pasak) yang menstabilkan bumi, sebagaimana halnya kemah yang berdiri dengan mantapnya berkat patok-patok yang menyangganya. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrir atau menetapkan.
وَخَلَقْنَٰكُمْ أَزْوَٰجًۭا ﴿٨﴾
dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,
Kami menciptakan kalian berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan.
(Dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan) yaitu terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan.
وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًۭا ﴿٩﴾
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,
Kami menjadikan tidur kalian untuk beristirahat dari keletihan berusaha(1). (1) Tidur adalah berhentinya atau berkurangnya kegiatan saraf otak manusia. Dari itulah, ketika tidur energi dan panas badan menurun. Pada waktu tidur, tubuh merasa tenang dan rileks setelah otot atau saraf atau dua-duanya letih bekerja. Semua kegiatan tubuh menurun di waktu tidur, kecuali proses metabolisme, aliran air seni dari ginjal dan keringat. Proses-proses tersebut, jika berhenti, justru akan membahayakan manusia. Sedangkan pernapasan agak berkurang intensitasnya, tapi lebih panjang dan lebih banyak keluar dari dada ketimbang dari perut. Jantung pun akan berdetak lebih lambat sehingga aliran darah menjadi lebih sedikit. Otot-otot yang kejang akan mengendur sehingga mengakibatkan kesulitan bagi seseorang yang tengah tidur untuk melakukan perlawanan. Semua hal itu menyebabkan tidur sebagai waktu istirahat yang paling baik bagi manusia, sebagaimana dikatakan ayat ini.
(Dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat) untuk istirahat bagi tubuh kalian.
وَجَعَلْنَا ٱلَّيْلَ لِبَاسًۭا ﴿١٠﴾
dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,
Kami menjadikan malam untuk menutupi kalian dengan kegelapannya.
(Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian) sebagai penutup karena kegelapannya.
وَجَعَلْنَا ٱلنَّهَارَ مَعَاشًۭا ﴿١١﴾
dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,
Kami menjadikan siang sebagai waktu berusaha agar kalian dapat memenuhi kebutuhan hidup yang kalian perlukan.
(Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan) yaitu waktu untuk mencari penghidupan.
وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًۭا شِدَادًۭا ﴿١٢﴾
dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,
Kami membangun di atas kalian tujuh langit yang kokoh dan mantap.
(Dan Kami bina di atas kalian tujuh lapis) maksudnya langit yang berlapis tujuh (yang kokoh) lafal Syidaadan adalah bentuk jamak dari lafal Syadidatun, artinya sangat kuat lagi sangat rapi yang tidak terpengaruh oleh berlalunya zaman.
وَجَعَلْنَا سِرَاجًۭا وَهَّاجًۭا ﴿١٣﴾
dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari),
Kami menjadikan matahari yang bercahaya dan menghasilkan panas(1). (1) Maksud frase sirâjan wahhâjan ('pelita yang sangat terang') di sini adalah matahari. Sebagaimana dibuktikan oleh penemuan ilmiah, panas permukaan matahari mencapai 6. 000 derajat. Sedangkan panas pusat matahari mencapai 30 juta derajat disebabkan oleh materi-materi bertekanan tinggi yang ada pada matahari. Sinar matahari menghasilkan energi sebagai berikut: ultraviolet 9%, cahaya 46%, dan inframerah 45%. Dari itulah ayat suci ini menyebut matahari sebagai pelita (sirâj) karena mengandung cahaya dan panas secara bersamaan.
(Dan Kami jadikan pelita) yang menerangi (yang amat terang) yang dimaksud adalah matahari.
وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلْمُعْصِرَٰتِ مَآءًۭ ثَجَّاجًۭا ﴿١٤﴾
dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,
Dan Kami menurunkan dari awan--di saat hujan–air yang tercurah dengan deras(1). (1) Hujan adalah sumber air tawar satu-satunya bagi bumi. Sebenarnya, hujan merupakan hasil kumpulan uap-uap air lautan dan samudera yang membentuk awan dan kemudian berubah--setelah semakin membesar--menjadi tetesan-tetesan air atau salju atau kedua-duanya. Uap-uap air yang terkumpul tadi akan tercurah dalam bentuk hujan atau embun.
(Dan Kami turunkan dari awan yang tebal) yaitu awan yang banyak mengandung air dan sudah saatnya menurunkan air yang dikandungnya, sebagaimana halnya seorang gadis yang sudah masanya untuk berhaid (air yang tercurah) artinya bagaikan air yang dicurahkan.
لِّنُخْرِجَ بِهِۦ حَبًّۭا وَنَبَاتًۭا ﴿١٥﴾
supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
Agar, dengan air itu, Kami mengeluarkan biji-bijian serta tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan untuk manusia dan hewan.
(Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian) seperti biji gandum (dan tumbuh-tumbuhan) seperti buah Tin.
وَجَنَّٰتٍ أَلْفَافًا ﴿١٦﴾
dan kebun-kebun yang lebat?
Juga kebun-kebun yang dipenuhi oleh pepohonan lebat yang dahan-dahannya saling berkelindan.
(Dan kebun-kebun) atau taman-taman (yang lebat) tumbuh-tumbuhannya; lafal Alfaafan bentuk jamak dari lafal Lafiifun, wazannya sama dengan lafal Syariifun yang bentuk jamaknya adalah Asyraafun.
إِنَّ يَوْمَ ٱلْفَصْلِ كَانَ مِيقَٰتًۭا ﴿١٧﴾
Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan,
Sesungguhnya hari penentuan bagi semua makhluk adalah waktu yang telah ditetapkan untuk kebangkitan.
(Sesungguhnya hari keputusan) di antara semua makhluk (adalah suatu waktu yang ditetapkan) waktu yang ditentukan untuk memberi pahala dan menimpakan siksaan.
يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ فَتَأْتُونَ أَفْوَاجًۭا ﴿١٨﴾
yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok,
Pada hari ketika sangkakala ditiup sebagai pertanda hari kebangkitan. Ketika itulah kelompok demi kelompok berbondong-berbondong menuju padang mahsyar.
(Yaitu hari ditiup sangkakala) menjadi Badal dari lafal Yaumal Fashl; atau merupakan Bayan daripadanya; yang meniupnya adalah malaikat Israfil (lalu kalian datang) dari kuburan kalian menuju ke Mauqif atau tempat penantian (berkelompok-kelompok) secara bergelombang yang masing-masing gelombang berbeda dari gelombang yang lainnya.
وَفُتِحَتِ ٱلسَّمَآءُ فَكَانَتْ أَبْوَٰبًۭا ﴿١٩﴾
dan dibukalah langit, maka terdapatlah beberapa pintu,
Langit pun terbelah dari segala arah membentuk pintu-pintu.
(Dan dibukalah langit) dapat dibaca Futtihat dan Futihat, artinya langit terbelah karena para malaikat turun (maka terdapatlah beberapa pintu) yakni langit itu membentuk beberapa pintu.
وَسُيِّرَتِ ٱلْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا ﴿٢٠﴾
dan dijalankanlah gunung-gunung maka menjadi fatamorganalah ia.
Dan gunung-gunung dijalankan setelah dicabut dan diporak-porandakan dari tempatnya. Kamu melihatnya sebagai gunung padahal ia telah menjadi kumpulan debu, persis seperti fatamorgana yang kamu sangka air padahal bukan.
(Dan dijalankanlah gunung-gunung) maksudnya, lenyap dari tempat-tempatnya (maka menjadi fatamorganalah ia) menjadi debu yang beterbangan, atau dengan kata lain gunung-gunung itu menjadi sangat ringan jalannya bagaikan debu yang diterbangkan.
إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًۭا ﴿٢١﴾
Sesungguhnya neraka Jahannam itu (padanya) ada tempat pengintai,
Sesungguhnya neraka jahanam merupakan tempat para penjaga neraka yang mengintai dan mengawasi para penghuninya.
(Sesungguhnya neraka Jahanam itu padanya ada tempat pengintaian) artinya, selalu mengintai atau ada tempat pengintaian.
لِّلطَّٰغِينَ مَـَٔابًۭا ﴿٢٢﴾
lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas,
Sebagai tempat kembali dan kediaman orang-orang yang melanggar batas-batas Allah.
(Bagi orang-orang yang melampaui batas) karena itu mereka tidak akan dapat menyelamatkan diri daripadanya (sebagai tempat kembali) bagi mereka, karena mereka akan dimasukkan ke dalamnya.
لَّٰبِثِينَ فِيهَآ أَحْقَابًۭا ﴿٢٣﴾
mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya,
Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya.
(Mereka tinggal) lafal Laabitsiina adalah Haal bagi lafal yang tidak disebutkan, yakni telah dipastikan penempatan mereka (di dalamnya berabad-abad) yakni untuk selama-lamanya tanpa ada batasnya; lafal Ahqaaban bentuk jamak dari lafal Huqban.
لَّا يَذُوقُونَ فِيهَا بَرْدًۭا وَلَا شَرَابًا ﴿٢٤﴾
mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
Mereka tidak merasakan udara segar untuk sekadar bernapas dari sengatan panas neraka. Mereka pun tidak mendapatkan minuman untuk melepaskan dahaga.
(Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya) mereka tidak pernah merasakan tidur di dalamnya (dan tidak pula mendapat minuman) minuman yang lezat.
إِلَّا حَمِيمًۭا وَغَسَّاقًۭا ﴿٢٥﴾
selain air yang mendidih dan nanah,
Akan tetapi mereka akan merasakan air mendidih yang sangat panas dan nanah-nanah yang mengalir dari kulit penghuni neraka.
(Kecuali) atau selain (air yang mendidih) yaitu air yang panasnya tak terperikan (dan nanah) dapat dibaca Ghasaaqan dan Ghassaaqan artinya nanah yang keluar dari tubuh penghuni-penghuni neraka; mereka diperbolehkan untuk meminumnya.
جَزَآءًۭ وِفَاقًا ﴿٢٦﴾
sebagai pambalasan yang setimpal.
Itulah balasan setimpal dari perbuatan-perbuatan buruk mereka.
(Sebagai pembalasan yang setimpal) atau sesuai dengan amal perbuatan mereka, karena tiada suatu dosa pun yang lebih besar daripada kekafiran, dan tiada azab yang lebih besar daripada azab neraka.
إِنَّهُمْ كَانُوا۟ لَا يَرْجُونَ حِسَابًۭا ﴿٢٧﴾
Sesungguhnya mereka tidak berharap (takut) kepada hisab,
Sesungguhnya dahulu mereka tidak memperkirakan datangnya saat perhitungan itu, sehingga mereka tidak berusaha menyelamatkan diri dari perhitungan.
(Sesungguhnya mereka tidak mengharapkan) artinya, mereka tidak takut (kepada hisab) karena mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit.
وَكَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا كِذَّابًۭا ﴿٢٨﴾
dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dengan sesungguh-sungguhnya.
Mereka pun, sungguh, telah mendustakan ayat-ayat Allah yang membuktikan kebenaran hari kebangkitan yang dahsyat.
(Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami) mendustakan Alquran (dengan sesungguh-sungguhnya) maksudnya, dengan kedustaan yang sesungguhnya.
وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنَٰهُ كِتَٰبًۭا ﴿٢٩﴾
Dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitab.
Dan segala sesuatu Kami telah catat secara tertulis.
(Dan segala sesuatu) dari amal-amal perbuatan (telah Kami hitung) telah Kami catat (dalam suatu kitab) yaitu dalam catatan-catatan di Lohmahfuz supaya Kami memberikan balasan kepadanya, antara lain karena kedustaan mereka terhadap Alquran.
فَذُوقُوا۟ فَلَن نَّزِيدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا ﴿٣٠﴾
Karena itu rasakanlah. Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kamu selain daripada azab.
Maka rasakanlah! Kalian tidak mendapatkan dari Kami kecuali semakin bertambahnya azab yang pedih.
(Karena itu rasakanlah) artinya, lalu dikatakan kepada mereka sewaktu azab menimpa mereka, \"Rasakanlah pembalasan kalian ini.\" (Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian selain daripada azab) di samping azab yang kalian rasakan sekarang.
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا ﴿٣١﴾
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan,
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepada Allah akan mendapatkan keselamatan dari siksa neraka dan masuk ke dalam surga,
(Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan) maksudnya, mendapat tempat kemenangan di surga.
حَدَآئِقَ وَأَعْنَٰبًۭا ﴿٣٢﴾
(yaitu) kebun-kebun dan buah anggur,
kebun-kebun yang dipenuhi buah-buahan dan anggur-anggur yang lezat,
(Yaitu kebun-kebun) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Mafaazan, atau sebagai penjelasan daripadanya (dan buah anggur) di'athafkan kepada lafal Mafaazan.
وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًۭا ﴿٣٣﴾
dan gadis-gadis remaja yang sebaya,
dan gadis-gadis montok serta dara-dara yang sebaya,
(Dan gadis-gadis remaja) yaitu gadis-gadis yang buah dadanya sedang ranum-ranumnya. Lafal Kawaa'ib bentuk jamak dari lafal Kaa'ib (yang sebaya) umurnya, lafal Atraaban bentuk jamak dari lafal Tirbun.
وَكَأْسًۭا دِهَاقًۭا ﴿٣٤﴾
dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman).
dan gelas-gelas yang terisi dan sangat bersih.
(Dan gelas-gelas yang penuh) berisi khamar; dan di dalam surah Muhammad disebutkan pada salah satu ayat-Nya, \"... sungai-sungai dari khamar (arak).\" (Q.S. Muhammad, 15)
لَّا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًۭا وَلَا كِذَّٰبًۭا ﴿٣٥﴾
Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta.
Di dalam surga, mereka tidak mendengarkan perkataan yang tidak berguna dan ucapan kotor.
(Di dalamnya mereka tidak mendengar) yakni di dalam surga itu sewaktu mereka sedang meminum khamar dan merasakan kelezatan-kelezatan lainnya (perkataan yang sia-sia) perkataan yang batil (dan tidak pula dusta) jika dibaca Kidzaaban artinya dusta, jika dibaca Kidzdzaaban artinya kedustaan yang dilakukan oleh seseorang kepada yang lainnya, keadaannya berbeda dengan apa yang terjadi di dunia sewaktu khamar diminum.
جَزَآءًۭ مِّن رَّبِّكَ عَطَآءً حِسَابًۭا ﴿٣٦﴾
Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak,
Sebagai balasan yang besar dari Tuhanmu, karena karunia dan kebaikan-Nya.
(Sebagai balasan dari Rabbmu) dari Allah swt. memberikan hal tersebut kepada penghuni-penghuni surga sebagai pembalasan dari-Nya (dan pemberian) menjadi Badal daripada lafal Jazaa-an (yang cukup banyak) sebagai pembalasan yang banyak; pengertian ini diambil dari perkataan orang-orang Arab: A'thaanii Fa'ahsabanii, arti-Nya, \"Dia memberiku dengan pemberian yang cukup banyak.\" Atau dengan kata lain bahwa memberikan pemberian yang banyak kepadaku sehingga aku mengatakan, \"Cukuplah!\"
رَّبِّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ٱلرَّحْمَٰنِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِنْهُ خِطَابًۭا ﴿٣٧﴾
Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah. Mereka tidak dapat berbicara dengan Dia.
Tuhan yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, Yang rahmat-Nya sangat luas, mencakup segala sesuatu. Tak seorang pun yang berhak mengajak-Nya berbicara.
(Rabb langit dan bumi) dapat dibaca Rabbis Samaawaati Wal Ardhi dan Rabus Samaawaati Wal Ardhi (dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah) demikian pula lafal Ar-Rahmaan dapat dibaca Ar-Rahmaanu dan Ar-Rahmaani disesuaikan dengan lafal Rabbun tadi. (Mereka tiada memiliki) yakni makhluk semuanya (di hadapan-Nya) di hadapan Allah swt. (sepatah kata pun) yaitu tiada seseorang pun yang dapat berbicara kepada-Nya karena takut kepada-Nya.
يَوْمَ يَقُومُ ٱلرُّوحُ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ صَفًّۭا ۖ لَّا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ ٱلرَّحْمَٰنُ وَقَالَ صَوَابًۭا ﴿٣٨﴾
Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.
Pada hari ketika Jibril dan para malaikat berbaris dengan khusyuk. Tak satu pun di antara mereka yang berbicara, kecuali malaikat yang dizinkan oleh Sang Maha Penyayang untuk berbicara secara benar.
(Pada hari itu) lafal Yauma merupakan Zharaf bagi lafal Laa Yamlikuuna (ketika ruh berdiri) yakni malaikat Jibril atau bala tentara Allah swt. (dan para malaikat dengan bershaf-shaf) lafal Shaffan menjadi Haal artinya dalam keadaan berbaris bershaf-shaf (mereka tidak berkata-kata) yakni makhluk semuanya (kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah) untuk berbicara (dan ia mengucapkan) perkataan (yang benar) mereka terdiri dari orang-orang yang beriman dan para Malaikat, seumpamanya mereka memberikan syafaat kepada orang-orang yang diridai oleh-Nya untuk mendapatkan syafaat.
ذَٰلِكَ ٱلْيَوْمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ مَـَٔابًا ﴿٣٩﴾
Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.
Itulah hari yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Maka barangsiapa yang berkehendak, niscaya ia akan menempuh jalan kembali yang mulia kepada Tuhannya dengan beriman dan melakukan amal saleh.
(Itulah hari yang pasti terjadi) hari yang pasti kejadiannya, yaitu hari kiamat. (Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Rabbnya) yakni, kembali kepada Allah dengan mengerjakan ketaatan kepada-Nya, supaya ia selamat dari azab-Nya pada hari kiamat itu.
إِنَّآ أَنذَرْنَٰكُمْ عَذَابًۭا قَرِيبًۭا يَوْمَ يَنظُرُ ٱلْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًۢا ﴿٤٠﴾
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (hai orang kafir) siksa yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya; dan orang kafir berkata: \"Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah\".
Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian mengenai siksa yang kedatangannya telah dekat. Pada hari itu setiap orang dapat melihat apa yang dilakukan oleh kedua tangannya. Dengan mengharap keselamatan, orang kafir akan berkata, \"Alangkah baiknya jika, setelah kematianku, aku tetap menjadi tanah sehingga aku tidak dibangkitkan dan diminta pertanggungjawaban.\"
(Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian) hai orang-orang kafir Mekah (siksa yang dekat) yakni siksa pada hari kiamat yang akan datang nanti; dan setiap sesuatu yang akan datang itu berarti masa terjadinya sudah dekat (pada hari) menjadi Zharaf dari lafal 'Adzaaban berikut sifatnya yakni berikut lafal Qariiban (manusia melihat) setiap manusia melihat (apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya) yakni perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah dikerjakannya semasa di dunia (dan orang kafir berkata, \"Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu adalah tanah\") maka aku tidak akan disiksa. Ia mengatakan demikian sewaktu Allah berfirman kepada binatang-binatang semuanya sesudah Dia melakukan hukum kisas sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain: \"Jadilah kamu sekalian tanah!\"