Main pages

Surah The Dawn [Al-Fajr] in Indonesian

Surah The Dawn [Al-Fajr] Ayah 30 Location Maccah Number 89

وَٱلْفَجْرِ ﴿١﴾

Demi fajar,

Quraish Shihab

[[89 ~ AL-FAJR (FAJAR) Pendahuluan: Makkiyyah, 30 ayat ~ Surat ini dimulai dengan sejumlah sumpah demi beberapa gejala alam yang bertujuan untuk mengarahkan perhatian kepada sejumlah bukti kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa orang-orang yang ingkar kepada Allah dan kebangkitan akan mendapat siksa seperti orang-orang sebelum mereka yang juga mendustakannya. Setelah itu, dalam surat ini diutarakan pula ketetapan dan sunnatullâh untuk menguji hamba-hamba-Nya, dengan ujian yang baik maupun yang buruk. Diutarakan pula bahwa jika Allah memberikan karunia kepada seseorang dan tidak memberikannya kepada orang lain, hal itu tidak serta merta menunjukkan perkenan dan kemurkaan Allah. Kemudian pembicaraan diarahkan kepada orang-orang yang menjadi sasaran surat ini, bahwa keadaan mereka menunjukkan bahwa mereka sangat tamak dan kikir. Surat ini kemudian diakhiri dengan isyarat tentang penyesalan orang-orang yang melampaui batas dan angan-angan mereka seandainya mereka dahulu melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dapat menyelamatkan dan menolong diri mereka dari kedahsyatan bencana hari kiamat. Juga tentang kelembutan yang diterima oleh jiwa yang tenang, yang telah mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan tidak melampaui batas, dan juga panggilan untuk masuk ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang mendapatkan penghormatan di dalam surga-Nya.]] Aku bersumpah demi cahaya pagi ketika mulai mengusir gelap malam.

Tafsir Jalalayn

(Demi fajar) yakni fajar yang terbit setiap hari.

وَلَيَالٍ عَشْرٍۢ ﴿٢﴾

dan malam yang sepuluh,

Quraish Shihab

Demi sepuluh malam yang paling utama di sisi Allah.

Tafsir Jalalayn

(Dan malam yang sepuluh) maksudnya tanggal sepuluh bulan Zulhijah.

وَٱلشَّفْعِ وَٱلْوَتْرِ ﴿٣﴾

dan yang genap dan yang ganjil,

Quraish Shihab

Demi genap dan ganjilnya segala sesuatu.

Tafsir Jalalayn

(Dan yang genap) atau tidak ganjil (dan yang ganjil) dapat dibaca Al-Watr dan Al-Witr, artinya ganjil.

وَٱلَّيْلِ إِذَا يَسْرِ ﴿٤﴾

dan malam bila berlalu.

Quraish Shihab

Dan demi malam, bila mulai berlalu karena gerakan alam semesta yang mengagumkan.

Tafsir Jalalayn

(Dan malam bila berlalu) bila datang dan pergi.

هَلْ فِى ذَٰلِكَ قَسَمٌۭ لِّذِى حِجْرٍ ﴿٥﴾

Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.

Quraish Shihab

Apakah segala sesuatu yang telah disebutkan dan dapat dilihat oleh orang yang berakal itu dapat menjadi sumpah yang meyakinkan?

Tafsir Jalalayn

(Pada yang demikian itu) yakni sumpah itu (terdapat sumpah bagi orang-orang yang berakal) Jawab dari Qasam tidak disebutkan yakni, sungguh kalian hai orang-orang kafir Mekah akan diazab.

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ ﴿٦﴾

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad?

Quraish Shihab

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu menurunkan hukuman-Nya kepada bangsa 'Ad, kaum Hûd, yaitu penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-bangunan sangat tinggi?

Tafsir Jalalayn

(Apakah kamu tidak memperhatikan) artinya tidak mengetahui hai Muhammad (bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum 'Ad.)

إِرَمَ ذَاتِ ٱلْعِمَادِ ﴿٧﴾

(yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi,

Quraish Shihab

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu menurunkan hukuman-Nya kepada bangsa 'Ad, kaum Hûd, yaitu penduduk kota Iram yang memiliki bangunan-bangunan sangat tinggi?

Tafsir Jalalayn

(Yaitu penduduk Iram) Iram adalah nama kaum 'Ad dahulu; lafal Iram dapat dianggap sebagai 'Athaf Bayan atau Badal tidak menerima Tanwin karena 'Illat 'Alamiyah dan Mu'annats (yang mempunyai tubuh-tubuh yang tinggi) atau mereka adalah orang-orang yang tinggi tubuhnya, tersebutlah yang paling tinggi di antara mereka mencapai empat ratus hasta.

ٱلَّتِى لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى ٱلْبِلَٰدِ ﴿٨﴾

yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain,

Quraish Shihab

Yang belum pernah dibangun di negeri mana pun bangunan-bangunan sekokoh dan sebesar itu.

Tafsir Jalalayn

(Yang belum pernah diciptakan sepertinya di negeri-negeri lain) dalam hal kekuatan dan keperkasaannya.

وَثَمُودَ ٱلَّذِينَ جَابُوا۟ ٱلصَّخْرَ بِٱلْوَادِ ﴿٩﴾

dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah,

Quraish Shihab

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu menurunkan hukuman-Nya kepada bangsa Tsamûd, kaum Shâlih, yang memotong batu-batu besar dari gunung-gunung untuk membangun istana di atas lembah?

Tafsir Jalalayn

(Dan kaum Tsamud yang memotong) yang memahat (batu-batu besar) lafal Ash-Shakhr adalah bentuk jamak dari lafal Shakhrah; kemudian batu-batu besar yang mereka lubangi itu dijadikan sebagai rumah tempat tinggal mereka (di lembah) yakni Wadil Qura namanya.

وَفِرْعَوْنَ ذِى ٱلْأَوْتَادِ ﴿١٠﴾

dan kaum Fir'aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak),

Quraish Shihab

Dan apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu menurunkan hukuman-Nya kepada Fir'aun yang memiliki tentara yang mengokohkan kerajaannya, seperti pasak yang mengokohkan kemah?

Tafsir Jalalayn

(Dan Firaun yang mempunyai pasak-pasak) ia dikenal dengan julukan tersebut, bila menyiksa seseorang ia membuat empat pasak, kemudian kedua tangan dan kedua kaki orang yang disiksanya itu diikatkan pada masing-masing pasak.

ٱلَّذِينَ طَغَوْا۟ فِى ٱلْبِلَٰدِ ﴿١١﴾

yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri,

Quraish Shihab

Yang melampaui batas dan berbuat sewenang-wenang di dalam negeri mereka.

Tafsir Jalalayn

(Yang berbuat sewenang-wenang) maksudnya Firaun dan bala tentaranya berbuat angkara murka (dalam negeri.)

فَأَكْثَرُوا۟ فِيهَا ٱلْفَسَادَ ﴿١٢﴾

lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu,

Quraish Shihab

Sehingga mereka banyak membuat kerusakan dengan bersikap ingkar dan zalim.

Tafsir Jalalayn

(Lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu) dengan melakukan pembunuhan dan kelaliman lainnya.

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ ﴿١٣﴾

karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,

Quraish Shihab

Lalu Tuhanmu menurunkan bermacam siksaan yang menyala kepada mereka.

Tafsir Jalalayn

(Karena itu Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti) sejenis (azab.)

إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلْمِرْصَادِ ﴿١٤﴾

sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.

Quraish Shihab

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi perbuatan manusia. Dia menghitung dan memberikan balasan kepada mereka atas perbuatan itu.

Tafsir Jalalayn

(Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi) semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya, maka tiada sesuatu pun yang terlewat dari-Nya di antara amal-amal perbuatan itu, supaya Dia membalasnya kepada mereka.

فَأَمَّا ٱلْإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: \"Tuhanku telah memuliakanku\".

Quraish Shihab

Manusia, jika diuji oleh Tuhan dengan memperoleh kemuliaan, berbagai kenikmatan seperti harta, kehormatan dan kekuatan, ia akan berkata dengan sombong, \"Tuhanku telah memuliakanku, karena aku memang berhak untuk itu.\"

Tafsir Jalalayn

(Adapun manusia) yakni orang kafir (apabila dia diuji) dikenakan ujian (oleh Rabbnya lalu dimuliakan-Nya) dengan harta benda dan lain-lainnya (dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, \"Rabbku telah memuliakanku.\")

وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ ﴿١٦﴾

Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: \"Tuhanku menghinakanku\".

Quraish Shihab

Tetapi jika ia diuji oleh Tuhan dengan rezeki yang sempit, ia akan berkata, dengan melalaikan pelajaran yang ada di dalamnya, \"Tuhanku telah menghinakanku.\"

Tafsir Jalalayn

(Adapun bila Rabbnya mengujinya lalu Dia membatasi) atau menyempitkan (rezekinya, maka dia berkata, \"Rabbku menghinaku.\")

كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ ٱلْيَتِيمَ ﴿١٧﴾

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim,

Quraish Shihab

Berhentilah! Karena sesungguhnya hal ini tidak disebabkan oleh apa yang seperti kalian katakan, tetapi lebih disebabkan karena kalian tidak memuliakan anak yatim.

Tafsir Jalalayn

(Sekali-kali tidak) kalimat ini merupakan hardikan, bahwa perkara yang sebenarnya tidaklah demikian, maksud dimuliakan itu dengan diberi kekayaan, dan dihina itu dengan diberi kemiskinan. Sesungguhnya seseorang itu menjadi mulia karena ketaatannya, dan menjadi terhina karena kemaksiatannya. Orang-orang kafir Mekah tidak memperhatikan hal ini (sebenarnya kalian tidak memuliakan anak yatim) artinya kalian tidak pernah berbuat baik kepada anak-anak yatim, padahal kalian kaya atau kalian tidak memberikan harta waris yang menjadi hak anak-anak yatim.

وَلَا تَحَٰٓضُّونَ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ ﴿١٨﴾

dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,

Quraish Shihab

Dan karena kalian tidak saling menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.

Tafsir Jalalayn

(Dan kalian tidak mengajak) diri kalian atau orang lain (memberi makan) (orang miskin.)

وَتَأْكُلُونَ ٱلتُّرَاثَ أَكْلًۭا لَّمًّۭا ﴿١٩﴾

dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang bathil),

Quraish Shihab

Juga karena kalian memakan harta waris dengan mencampuradukkannya, tidak memisahkan antara yang baik dan yang buruk.

Tafsir Jalalayn

(Dan kalian memakan harta pusaka) harta peninggalan (dengan cara mencampur-aduk) tanpa segan-segan lagi, maksudnya kalian mencampur-baurkan harta warisan bagian wanita dan anak-anak dengan bagian kalian; atau kalian mencampur-baurkan harta warisan mereka dengan harta kalian sendiri.

وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبًّۭا جَمًّۭا ﴿٢٠﴾

dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.

Quraish Shihab

Juga karena kalian sangat mencintai harta benda, sesuatu yang mendorong kalian untuk selalu mengumpulkan dan kikir untuk menginfakkannya.

Tafsir Jalalayn

(Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan) sehingga kalian merasa sayang untuk menafkahkannya di jalan kebaikan. Menurut suatu qiraat pada keempat Fi'il tadi, yaitu Laa Tukrimuuna, Laa Tahaadhdhuuna, Ta'kuluuna, dan Tuhibbuuna, dibaca Laa Yukrimuuna, Laa Yahaadhdhuuna, Ya'kuluuna, dan Yuhibbuuna. Makna ayat-ayat di atas berdasarkan bacaan pertama.

كَلَّآ إِذَا دُكَّتِ ٱلْأَرْضُ دَكًّۭا دَكًّۭا ﴿٢١﴾

Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut,

Quraish Shihab

Berhentilah dari perbuatan-perbuatan itu, karena kalian telah ditunggu dengan ancaman, kelak bila bumi benar-benar telah diratakan.

Tafsir Jalalayn

(Jangan berbuat demikian) lafal Kallaa ini adalah kalimat cegahan supaya jangan melakukan hal-hal tersebut. (Apabila bumi diguncangkan berturut-turut) artinya secara terus-menerus sehingga hancur musnahlah semua bangunan-bangunan yang ada di permukaannya.

وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلْمَلَكُ صَفًّۭا صَفًّۭا ﴿٢٢﴾

dan datanglah Tuhanmu; sedang malaikat berbaris-baris.

Quraish Shihab

Dan Tuhanmu telah datang--dalam bentuk yang sesuai dengan kemahabesaran-Nya--dan malaikat telah datang pula berbaris-baris.

Tafsir Jalalayn

(Dan datanglah Rabbmu) yakni perintah-Nya (sedangkan malaikat-malaikat) lafal Al-Malak adalah bentuk mufrad dari lafal Al-Malaaikah (berbaris-baris) lafal Shaffan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan yakni, berbaris-baris atau membentuk barisan-barisan yang banyak.

وَجِا۟ىٓءَ يَوْمَئِذٍۭ بِجَهَنَّمَ ۚ يَوْمَئِذٍۢ يَتَذَكَّرُ ٱلْإِنسَٰنُ وَأَنَّىٰ لَهُ ٱلذِّكْرَىٰ ﴿٢٣﴾

Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.

Quraish Shihab

Pada hari itu, neraka jahanam, tempat yang penuh dengan siksaan, didatangkan. Pada saat hal itu terjadi, manusia ingat akan apa yang telah dilalaikannya. Tetapi untuk apa lagi ingatan itu? Semua telah terlambat.

Tafsir Jalalayn

(Dan pada hari itu didatangkan neraka Jahanam) ditarik dengan memakai tujuh puluh ribu kendali, pada tiap-tiap kendali dipegang oleh tujuh puluh ribu malaikat, neraka Jahanam terdengar gejolak dan gemuruhnya (pada hari itu) menjadi Badal dari lafal Idzaa dan Jawabnya (ingatlah manusia) maksudnya orang kafir ingat kepada apa yang telah dilalaikannya (akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya) Istifham atau lafal Annaa di sini bermakna Nafi, artinya penyesalannya pada saat itu tidak ada gunanya lagi.

يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى ﴿٢٤﴾

Dia mengatakan: \"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini\".

Quraish Shihab

Ia berkata dengan penuh penyesalan, \"Seandainya aku dahulu mengerjakan perbuatan-perbuatan baik di dunia yang dapat memberikan manfaat bagiku pada kehidupan akhirat ini.\"

Tafsir Jalalayn

(Dia mengatakan) sewaktu ingat akan kesalahan-kesalahannya (\"Alangkah baiknya) huruf Ya di sini bermakna Tanbih (sekiranya aku dahulu mengerjakan) amal kebaikan dan beriman (untuk hidupku ini\") untuk kehidupan yang baik di akhirat, atau sewaktu aku hidup di dunia.

فَيَوْمَئِذٍۢ لَّا يُعَذِّبُ عَذَابَهُۥٓ أَحَدٌۭ ﴿٢٥﴾

Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksa-Nya.

Quraish Shihab

Maka pada hari itu terjadilah keadaan yang seperti itu. Tak ada seorang pun yang menyiksa seperti siksaan Allah, dan tak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.

Tafsir Jalalayn

(Maka pada hari itu tiada yang mengazab) dibaca Yu'adzdzibu dengan dikasrahkan huruf Dzalnya (seperti azab-Nya) seperti azab Allah (seseorang pun) artinya Dia tidak menyerahkannya kepada seseorang pun melainkan hanya kepada diri-Nya.

وَلَا يُوثِقُ وَثَاقَهُۥٓ أَحَدٌۭ ﴿٢٦﴾

dan tiada seorangpun yang mengikat seperti ikatan-Nya.

Quraish Shihab

Maka pada hari itu terjadilah keadaan yang seperti itu. Tak ada seorang pun yang menyiksa seperti siksaan Allah, dan tak ada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya.

Tafsir Jalalayn

(Dan) demikian pula (tiada yang dapat mengikat) dibaca Laa Yuutsiqu (seperti ikatannya, seseorang pun) menurut suatu qiraat lafal Laa Yu'adzdzibu dan lafal Laa Yuutsiqu dibaca Laa Yu'adzdzabu dan Laa Yuutsaqu dengan demikian maka Dhamir yang dikandung kedua lafal tersebut kembali kepada orang kafir. Lengkapnya, tiada seseorang pun yang diazab seperti azab yang ditimpakan kepada orang kafir, dan tiada seseorang pun yang diikat seperti ikatan yang dibelenggukan kepada orang kafir.

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾

Hai jiwa yang tenang.

Quraish Shihab

Wahai jiwa yang tenang dengan kebenaran.

Tafsir Jalalayn

(Hai jiwa yang tenang) atau yang aman, dimaksud adalah jiwa yang beriman.

ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةًۭ مَّرْضِيَّةًۭ ﴿٢٨﴾

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Quraish Shihab

Kembalilah kepada keridaan Tuhanmu dengan rasa puas terhadap nikmat yang telah dikaruniakan kepadamu, dan puas pula dengan perbuatan yang telah kamu lakukan.

Tafsir Jalalayn

(Kembalilah kepada Rabbmu) perkataan ini diucapkan kepadanya sewaktu ia menjelang mati; yakni kembalilah kamu kepada perintah dan kehendak-Nya (dengan hati yang puas) akan pahala yang kamu terima (lagi diridai) di sisi Allah maksudnya, semua amal perbuatanmu diridai di sisi-Nya. Jiwa yang beriman itu merasa puas dan diridai; kedudukan kedua lafal ini menjadi kata keterangan keadaan; kemudian dikatakan kepadanya pada hari kiamat nanti:

فَٱدْخُلِى فِى عِبَٰدِى ﴿٢٩﴾

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

Quraish Shihab

Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang saleh.

Tafsir Jalalayn

(\"Maka masuklah ke dalam) jamaah (hamba-hamba-Ku) yang saleh.

وَٱدْخُلِى جَنَّتِى ﴿٣٠﴾

masuklah ke dalam surga-Ku.

Quraish Shihab

Dan masuklah ke dalam surgaku, negeri kenikmatan yang abadi.

Tafsir Jalalayn

(Dan masuklah ke dalam surga-Ku\") bersama dengan hamba-hamba-Ku yang saleh.