Setting
Surah The City [Al-Balad] in Indonesian
لَآ أُقْسِمُ بِهَٰذَا ٱلْبَلَدِ ﴿١﴾
Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Mekah),
[[90 ~ AL-BALAD (KOTA) Pendahuluan: Makkiyyah, 20 ayat ~ Allah bersumpah demi tanah suci, Mekah, tempat Nabi Muhammad saw. lahir dan besar, juga merupakan tempat yang sangat dicintainya. Selain itu, Allah juga bersumpah demi bapak dan anaknya. Sebab, melalui bapak dan anak itu, Allah menjaga keberadaan dan kelangsungan hidup manusia. Bunyi sumpah yang disebutkan itu adalah bahwa manusia diciptakan dalam keadaan sulit dan susah payah. Tetapi kemudian ia berubah menjadi sombong dan menganggap bahwa kekuasaannya tidak tertandingi, serta menganggap bahwa ia telah memiliki harta sangat banyak yang dikeluarkannya untuk memuaskan hawa nafsunya. Setelah itu Allah menghitung segala yang dikaruniakan kepadanya, yang memudahkannya untuk mengetahui jalan-jalan petunjuk dan melampaui segala kesulitan, agar menjadi penghuni surga, yaitu golongan kanan, dan menjauhi segala yang menjadikannya termasuk golongan kiri, yaitu orang-orang yang dicampakkan ke neraka yang pintu-pintunya kemudian ditutup.]] Aku benar-benar bersumpah demi kota suci Mekah.
(Sungguh) huruf Laa di sini adalah huruf Zaidah mengandung makna Taukid (Aku bersumpah dengan kota ini) yakni kota Mekah.
وَأَنتَ حِلٌّۢ بِهَٰذَا ٱلْبَلَدِ ﴿٢﴾
dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Mekah ini,
Dan kamu, Muhammad, bertempat tinggal di kota ini sehingga menambah tinggi kedudukan dan kehormatannya.
(Dan kamu) hai Muhammad (halal) maksudnya dihalalkan bagimu (kota ini) artinya Dia menghalalkannya untukmu melakukan peperangan di dalamnya untuk melawan orang-orang musyrik. Allah memenuhi janji-Nya itu pada waktu penaklukan kota Mekah. Ayat ini merupakan Jumlah Mu'taridhah yang terletak di antara Qasam yang pertama dengan Qasam yang selanjutnya.
وَوَالِدٍۢ وَمَا وَلَدَ ﴿٣﴾
dan demi bapak dan anaknya.
Dan Aku bersumpah demi bapak dan anaknya yang merupakan faktor terpenting untuk menjaga keberadaan dan kelangsungan hidup manusia.
(Dan demi bapak) yaitu Nabi Adam (dan anaknya) atau anak cucunya; huruf Maa di sini bermakna Man.
لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِى كَبَدٍ ﴿٤﴾
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.
Bahwa Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sulit dan payah, sejak lahir sampai akhir hayatnya.
(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) semuanya (berada dalam susah payah) yaitu lelah dan susah karena selalu menghadapi musibah-musibah di dunia dan kesengsaraan-kesengsaraan di akhirat.
أَيَحْسَبُ أَن لَّن يَقْدِرَ عَلَيْهِ أَحَدٌۭ ﴿٥﴾
Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya?
Apakah manusia, yang diciptakan dalam kesulitan, itu menyangka bahwa tidak akan ada seorang pun yang berkuasa menundukkannya?
(Apakah manusia itu menyangka) atau apakah manusia menduga, bahwa dia itu adalah kuat. Yang dimaksud adalah Asyad dari kalangan kaum Quraisy ia terkenal kekuatannya (bahwa) huruf An di sini adalah bentuk Takhfif dari Anna, sedangkan Isimnya tidak disebutkan, lengkapnya Annahuu (sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atas dirinya?) Allahlah yang berkuasa atas dirinya.
يَقُولُ أَهْلَكْتُ مَالًۭا لُّبَدًا ﴿٦﴾
Dan mengatakan: \"Aku telah menghabiskan harta yang banyak\".
Ia berkata, \"Aku telah mengeluarkan banyak harta yang terkumpul demi memusuhi Muhammad dan menentang dakwahnya.\"
(Dia mengatakan, \"Aku telah menghabiskan) untuk memusuhi Muhammad (harta yang banyak\") maksudnya banyak mengeluarkan harta untuk memusuhinya.
أَيَحْسَبُ أَن لَّمْ يَرَهُۥٓ أَحَدٌ ﴿٧﴾
Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya?
Apakah ia menyangka bahwa perbuatannya itu tidak diketahui oleh siapa pun, bahkan oleh Penciptanya sendiri?
(Apakah dia menyangka bahwa) dirinya (tiada seorang pun yang melihatnya?) artinya melihat apa-apa yang telah dibelanjakannya itu, sehingga ada orang yang mengetahui berapa jumlah harta yang telah dibelanjakannya. Allahlah yang mengetahui berapa jumlah yang telah dibelanjakannya itu, dan jumlah sedemikian itu tidak berarti apa-apa di sisi-Nya, bahkan Dia kelak akan membalas perbuatannya yang buruk dan keji itu.
أَلَمْ نَجْعَل لَّهُۥ عَيْنَيْنِ ﴿٨﴾
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata,
Bukankah Kami telah menciptakan dua mata untuknya agar ia dapat melihat, juga lidah dan dua bibir agar dapat berbicara?
(Bukankah Kami telah menjadikan) Istifham atau kata tanya di sini mengandung arti Taqrir (baginya dua buah mata,)
وَلِسَانًۭا وَشَفَتَيْنِ ﴿٩﴾
lidah dan dua buah bibir.
Bukankah Kami telah menciptakan dua mata untuknya agar ia dapat melihat, juga lidah dan dua bibir agar dapat berbicara?
(lidah dan dua buah bibir?)
وَهَدَيْنَٰهُ ٱلنَّجْدَيْنِ ﴿١٠﴾
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan,
Dan bukankah telah Kami tunjukkan dan sediakan jalan kebaikan dan keburukan baginya untuk dipilih?
(Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan) maksudnya Kami telah menjelaskan kepadanya jalan kebaikan dan jalan keburukan.
فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ ﴿١١﴾
Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
Tetapi ia tidak mengambil manfaat dari apa yang Kami sediakan itu. Dan juga tidak memudahkan jalan mendaki lagi sulit yang menghalang antara dirinya dan keselamatan, yaitu kekikiran dirinya.
(Maka kenapa ia tidak) atau mengapa ia tidak (menempuh jalan yang sulit?)
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْعَقَبَةُ ﴿١٢﴾
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
Tahukah kamu, apakah yang dimaksud dengan menempuh jalan yang mendaki dan sulit itu?
(Tahukah kamu) maksudnya apakah kamu mengetahui (apakah jalan yang sulit) yang akan ditempuhnya itu? Ungkapan ini mengagungkan kedudukan jalan tersebut. Ayat ini merupakan Jumlah Mu'taridhah atau kalimat sisipan; kemudian dijelaskan oleh ayat berikutnya, yaitu:
فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿١٣﴾
(yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
Membebaskan seseorang dari perbudakan.
(Melepaskan budak) dari perbudakan, yaitu dengan cara memerdekakannya.
أَوْ إِطْعَٰمٌۭ فِى يَوْمٍۢ ذِى مَسْغَبَةٍۢ ﴿١٤﴾
atau memberi makan pada hari kelaparan,
Atau memberi makan di hari kelaparan.
(Atau memberi makan pada hari kelaparan) yakni sewaktu terjadi bencana kelaparan.
يَتِيمًۭا ذَا مَقْرَبَةٍ ﴿١٥﴾
(kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
Kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, sebagai belas kasihan karena kekerabatan dan kemiskinannya.
(Kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat) atau famili.
أَوْ مِسْكِينًۭا ذَا مَتْرَبَةٍۢ ﴿١٦﴾
atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Atau kepada orang miskin yang sangat fakir dan membutuhkan.
(Atau orang miskin yang sangat fakir) artinya karena amat miskinnya hanya beralaskan tanah. Menurut suatu qiraat kedua Fi'il tersebut diganti menjadi dua Mashdar yang kedua-duanya dirafa'kan. Yang pertama dimudhafkan kepada lafal Raqabatin sedangkan yang kedua ditanwinkan, maka sebelum lafal Al-'Aqabah diperkirakan adanya lafal Iqtihaam. Qiraat ini merupakan penjelasan dari makna ayat-ayat tersebut.
ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْمَرْحَمَةِ ﴿١٧﴾
Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.
Kemudian menjadi golongan orang-orang yang beriman, yang saling menasihati di antara mereka dengan kesabaran dan kasih sayang.
(Kemudian dia adalah) lafal ayat ini di'athafkan kepada lafal Iqtahama; dan lafal Tsumma menunjukkan makna urutan penyebutan atau Tartiibudz Dzikr. Artinya dia sewaktu menempuh jalan yang sulit itu (termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan) yakni sebagian di antara mereka berpesan kepada sebagian yang lain (untuk bersabar) di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi perbuatan kemaksiatan (dan saling berpesan untuk berkasih sayang) terhadap semua makhluk.
أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ ﴿١٨﴾
Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan.
Mereka yang memiliki sifat-sifat ini adalah orang-orang yang berbahagia dan termasuk golongan kanan.
(Mereka) yaitu orang-orang yang memiliki sifat-sifat demikian itu (adalah golongan kanan.)
وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا هُمْ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ ﴿١٩﴾
Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri.
Dan orang-orang yang ingkar dengan segala yang Kami tunjukkan sebagai bukti kebenaran, yaitu berupa kitab suci dan argumentasi, mereka adalah orang-orang yang sengsara dan termasuk golongan kiri dan mendapatkan azab.
(Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri)
عَلَيْهِمْ نَارٌۭ مُّؤْصَدَةٌۢ ﴿٢٠﴾
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.
Mereka akan mendapatkan neraka yang pintu-pintunya tertutup rapat.
(orang-orang kiri itu berada dalam neraka yang ditutup rapat) dapat dibaca Mu'shadah dan Muushadah, artinya neraka yang tertutup rapat.