Main pages

Surah The Fig [At-Tin] in Indonesian

Surah The Fig [At-Tin] Ayah 8 Location Maccah Number 95

بِّسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ ﴿١﴾

Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,

Quraish Shihab

[[95 ~ AT-TIN (BUAH TIN) Pendahuluan: Makkiyyah, 8 ayat ~ Pada bagian pertama surat ini Allah bersumpah demi dua macam buah-buahan yang penuh berkah dan dua tempat yang terhormat, bahwa Dia menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya, dilengkapi dengan akal, kehendak dan sifat-sifat kesempurnaan yang lain. Sedang pada bagian selanjutnya Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak melakukan perbuatan sesuai dengan tujuan penciptaannya maka derajatnya akan turun serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Mereka yang beriman dan beramal saleh itu pasti akan memperoleh karunia yang luas dari Allah. Kemudian, terakhir, surat ini menantang orang-orang yang mendustakan hari kebangkitan setelah munculnya bukti-bukti kekuasaan-Nya dan berita tentang hikmah-Nya.]] Aku bersumpah demi buah tin dan zaitun, karena mengandung keberkahan dan manfaat yang amat besar.

Tafsir Jalalayn

(Demi Tin dan Zaitun) keduanya adalah nama buah, atau dapat juga keduanya diartikan nama dua buah gunung yang menumbuhkan kedua buah tersebut.

وَطُورِ سِينِينَ ﴿٢﴾

dan demi bukit Sinai,

Quraish Shihab

Demi gunung tempat Allah berbicara kepada Nabi Mûsâ a. s.

Tafsir Jalalayn

(Dan demi bukit Sinai) nama sebuah bukit tempat sewaktu Allah swt. berfirman kepada Nabi Musa. Arti lafal Siiniina ialah yang diberkahi atau yang baik karena memiliki banyak pohon yang menghasilkan buah.

وَهَٰذَا ٱلْبَلَدِ ٱلْأَمِينِ ﴿٣﴾

dan demi kota (Mekah) ini yang aman,

Quraish Shihab

Demi kota Mekkah yang agung, tempat orang yang mengunjunginya bersaksi akan keagungannya dan tempat yang memberikan rasa aman bagi orang yang memasukinya.

Tafsir Jalalayn

(Dan demi kota ini yang aman) yaitu kota Mekah, dinamakan kota aman karena orang-orang yang tinggal di dalamnya merasa aman, baik pada zaman jahiliah maupun di zaman Islam.

لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍۢ ﴿٤﴾

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Quraish Shihab

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk dan sifat yang sebaik-baiknya.

Tafsir Jalalayn

(Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) artinya semua manusia (dalam bentuk yang sebaik-baiknya) artinya baik bentuk atau pun penampilannya amatlah baik.

ثُمَّ رَدَدْنَٰهُ أَسْفَلَ سَٰفِلِينَ ﴿٥﴾

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),

Quraish Shihab

Kemudian Kami menurunkan derajatnya ke tingkat yang serendah-rendahnya, karena ia tidak melakukan perbuatan yang sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Tafsir Jalalayn

(Kemudian Kami kembalikan dia) maksudnya sebagian di antara mereka (ke tempat yang serendah-rendahnya) ungkapan ini merupakan kata kiasan bagi masa tua, karena jika usia telah lanjut kekuatan pun sudah mulai melemah dan pikun. Dengan demikian ia akan berkurang dalam beramal, berbeda dengan sewaktu masih muda; sekalipun demikian dalam hal mendapat pahala ia akan mendapat imbalan yang sama sebagaimana sewaktu ia beramal di kala masih muda, hal ini diungkapkan dalam firman selanjutnya, yaitu:

إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍۢ ﴿٦﴾

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Quraish Shihab

Tetapi, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh akan memperoleh pahala yang tak terputus-putus.

Tafsir Jalalayn

(Kecuali) melainkan (orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya) atau pahala yang tak pernah terputus. Di dalam sebuah hadis telah disebutkan, bahwa apabila orang mukmin mencapai usia tua hingga ia tidak mampu lagi untuk mengerjakan amal kebaikan, maka dituliskan baginya pahala amal kebaikan yang biasa ia kerjakan di masa mudanya dahulu.

فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِٱلدِّينِ ﴿٧﴾

Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu?

Quraish Shihab

Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan hari kebangkitan dan hari pembalasan, setelah jelas kekuasaan Kami untuk melakukan hal itu?

Tafsir Jalalayn

(Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan) hai orang kafir (sesudah itu) yakni sesudah hal-hal yang telah disebutkan tadi, yaitu mengenai penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian dijadikan-Nya tua dan pikun, yang hal ini menunjukkan kepada kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk hidup kembali (hari pembalasan) yang terlebih dahulu diawali dengan hari kebangkitan lalu perhitungan amal perbuatan. Maksudnya apakah gerangan yang mendorongmu mendustakan hal tersebut? Tentu saja tidak ada yang mendorongnya untuk mendustakan hal tersebut selain dirinya sendiri.

أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَحْكَمِ ٱلْحَٰكِمِينَ ﴿٨﴾

Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?

Quraish Shihab

Bukankah Allah yang telah melakukan apa yang telah kami beritakan itu adalah Zat Yang paling bijaksana, dalam ciptaan dan aturan-Nya?

Tafsir Jalalayn

(Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?) artinya Dia adalah hakim yang paling adil di antara hakim-hakim yang adil lainnya, dan keputusan-Nya berdasarkan sifat tersebut. Di dalam sebuah hadis disebutkan, \"Barang siapa membaca surah At-Tiin hingga akhir surah, maka hendaknya sesudah itu ia menjawab, 'Balaa Wa Anaa 'Alaa Dzaalika Minasy Syaahidiina/tentu saja kami termasuk orang-orang yang menyaksikan akan hal tersebut.'\"