Setting
Surah The Star [An-Najm] in Indonesian
وَٱلنَّجْمِ إِذَا هَوَىٰ ﴿١﴾
Demi bintang ketika terbenam.
[[53 ~ AN-NAJM (BINTANG) Pendahuluan: Makkiyyah, 62 ayat ~ Sumpah yang terdapat pada permulaan surat ini menunjukkan kejujuran Rasulullah saw. mengenai kabar wahyu yang ia ucapkan dan ia sampaikan. Ia tidak sesat maupun salah dalam menyampaikan wahyu itu. Selain itu, sumpah itu juga menunjukkan Rasulullah jujur dalam menyampaikan berita tentang perjalanannya ke langit yang dikenal dengan peristiwa mikraj. Penglihatannya tidak hilang dan tidak pula melampaui batas. Pembicaraan selanjutnya beralih kepada kebodohan akal orang-orang kafir ketika menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri kemudian mereka beri nama sesuai dengan selera mereka sendiri. Kedunguan mereka juga dapat terlihat dari penamaan mereka terhadap malaikat yang mereka sebut sebagai \"ber-gender feminin\" setelah sebelumnya beranggapan bahwa Allah mempunyai anak perempuan dan mereka sendiri mempunyai anak lak-laki. Surat ini kemudian meminta Rasulullah untuk tidak menoleh kepada mereka dan menyerahkan urusan mereka sepenuhnya kepada Allah yang menciptakan dan memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang akan memberi balasan buruk kepada orang-orang yang berbuat jahat dan balasan baik kepada orang-orang yang berbuat baik. Dia mengetahui semua fase penciptaan makhluknya dan bagaimana keadaan mereka. Perintah kepada Rasulullah itu kemudian diikuti dengan ancaman terhadap orang-orang yang mengingkari perhitungan amal perbuatan setiap manusia seperti terdapat pula pada syariat agama-agama sebelum Islam. Kisah tentang lembaran-lembaran suci (shuhuf, shahîfah) Nabi Mûsâ dan Nabi Ibrâhîm juga disinggung dalam surat ini. Ayat-ayat itu semua menunjukkan kemahakuasan Allah dengan bukti-bukti dan tanda-tandanya yang terlihat pada umat-umat terdahulu. Akhirnya surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa al-Qur'ân merupakan salah satu dari sekian banyak pemberi peringatan yang pernah disampaikan sebelumnya agar mereka semua takut kepada hari kiamat yang waktunya sudah semakin dekat. Di penghujung surat ini juga terdapat celaan terhadap orang-orang kafir yang mengingkari dan melalaikan al-Qur'ân dan lebih memilih menertawakan daripada menangis dan dan merenungi maknanya. Sedang orang-orang Mukmin diminta untuk bersujud dan menyembah Allah yang telah menurunkan al-Qur'ân.]] Demi bintang ketika turun hendak terbenam, Muhammad tidak melenceng dari kebenaran dan tidak menyakini suatu kepalsuan.
(Demi bintang) yaitu bintang Tsurayya (ketika terbenam) sewaktu terbenam.
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَىٰ ﴿٢﴾
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
[[53 ~ AN-NAJM (BINTANG) Pendahuluan: Makkiyyah, 62 ayat ~ Sumpah yang terdapat pada permulaan surat ini menunjukkan kejujuran Rasulullah saw. mengenai kabar wahyu yang ia ucapkan dan ia sampaikan. Ia tidak sesat maupun salah dalam menyampaikan wahyu itu. Selain itu, sumpah itu juga menunjukkan Rasulullah jujur dalam menyampaikan berita tentang perjalanannya ke langit yang dikenal dengan peristiwa mikraj. Penglihatannya tidak hilang dan tidak pula melampaui batas. Pembicaraan selanjutnya beralih kepada kebodohan akal orang-orang kafir ketika menyembah berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri kemudian mereka beri nama sesuai dengan selera mereka sendiri. Kedunguan mereka juga dapat terlihat dari penamaan mereka terhadap malaikat yang mereka sebut sebagai \"ber-gender feminin\" setelah sebelumnya beranggapan bahwa Allah mempunyai anak perempuan dan mereka sendiri mempunyai anak lak-laki. Surat ini kemudian meminta Rasulullah untuk tidak menoleh kepada mereka dan menyerahkan urusan mereka sepenuhnya kepada Allah yang menciptakan dan memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, yang akan memberi balasan buruk kepada orang-orang yang berbuat jahat dan balasan baik kepada orang-orang yang berbuat baik. Dia mengetahui semua fase penciptaan makhluknya dan bagaimana keadaan mereka. Perintah kepada Rasulullah itu kemudian diikuti dengan ancaman terhadap orang-orang yang mengingkari perhitungan amal perbuatan setiap manusia seperti terdapat pula pada syariat agama-agama sebelum Islam. Kisah tentang lembaran-lembaran suci (shuhuf, shahîfah) Nabi Mûsâ dan Nabi Ibrâhîm juga disinggung dalam surat ini. Ayat-ayat itu semua menunjukkan kemahakuasan Allah dengan bukti-bukti dan tanda-tandanya yang terlihat pada umat-umat terdahulu. Akhirnya surat ini ditutup dengan penjelasan bahwa al-Qur'ân merupakan salah satu dari sekian banyak pemberi peringatan yang pernah disampaikan sebelumnya agar mereka semua takut kepada hari kiamat yang waktunya sudah semakin dekat. Di penghujung surat ini juga terdapat celaan terhadap orang-orang kafir yang mengingkari dan melalaikan al-Qur'ân dan lebih memilih menertawakan daripada menangis dan dan merenungi maknanya. Sedang orang-orang Mukmin diminta untuk bersujud dan menyembah Allah yang telah menurunkan al-Qur'ân.]] Demi bintang ketika turun hendak terbenam, Muhammad tidak melenceng dari kebenaran dan tidak menyakini suatu kepalsuan.
(Kawanmu tidak sesat) artinya, Nabi Muhammad saw. tidak sesat dari jalan petunjuk (dan tidak pula keliru) tidak pula salah, yang dimaksud adalah dia tidak bodoh tentang akidah yang rusak.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ ﴿٣﴾
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Al-Qur'ân yang diucapkannya itu tidak keluar dari hawa nafsunya.
(Dan tiadalah apa yang diucapkannya itu) apa yang disampaikannya kepada kalian (menurut kemauan hawa nafsunya) menurut kehendaknya sendiri.
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌۭ يُوحَىٰ ﴿٤﴾
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Al-Qur'ân yang diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepadanya.
(Tiada lain) tidak lain (ucapannya itu hanyalah wahyu yang diwahyukan) kepadanya.
عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلْقُوَىٰ ﴿٥﴾
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
Yang diajarkan oleh malaikat yang amat kuat.
(Yang diajarkan kepadanya) oleh malaikat (yang sangat kuat).
ذُو مِرَّةٍۢ فَٱسْتَوَىٰ ﴿٦﴾
yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
Yang mempunyai pendapat dan akal yang cerdas. Malaikat itu menampakkan diri dalam bentuk aslinya dan berada di tempat yang tinggi di langit yang berhadapan dengan orang yang menengadah kepadanya.
(Yang mempunyai kecerdasan) yang mempunyai kekuatan dan keperkasaan, atau yang mempunyai pandangan yang baik, yang dimaksud adalah malaikat Jibril a.s. (maka menetaplah ia) maksudnya, menampakkan diri dengan rupa aslinya.
وَهُوَ بِٱلْأُفُقِ ٱلْأَعْلَىٰ ﴿٧﴾
sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
Yang mempunyai pendapat dan akal yang cerdas. Malaikat itu menampakkan diri dalam bentuk aslinya dan berada di tempat yang tinggi di langit yang berhadapan dengan orang yang menengadah kepadanya.
(Sedangkan dia berada di ufuk yang tinggi) berada pada tempat terbitnya matahari dalam bentuk aslinya ketika ia diciptakan. Nabi saw., melihatnya sewaktu berada di gua Hira; dan ternyata tubuh malaikat Jibril menutupi cakrawala tempat terbitnya matahari hingga sampai ke cakrawala bagian timur. Lalu Nabi saw. pingsan tidak sadarkan diri setelah melihat wujud asli malaikat Jibril itu. Nabi saw. pernah meminta kepada malaikat Jibril supaya menampakkan wujud aslinya sebagaimana ketika ia diciptakan oleh Allah, lalu malaikat Jibril menjanjikan akan memenuhi hal tersebut di gua Hira. Setelah itu baru malaikat Jibril turun untuk menemuinya dalam bentuk Bani Adam.
ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ ﴿٨﴾
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi.
Kemudian Jibril mendekat lalu mendekat lagi hingga jaraknya mencapai jarak dua busur bahkan lebih.
(Kemudian dia mendekat) kepadanya (lalu bertambah dekat) semakin dekat dengannya.
فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ ﴿٩﴾
maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
Kemudian Jibril mendekat lalu mendekat lagi hingga jaraknya mencapai jarak dua busur bahkan lebih.
(Maka jadilah dia) padanya (mendekat) dalam jarak (dua ujung busur panah atau lebih dekat lagi) dari tempatnya yang semula sehingga nabi menjadi sadar kembali dan hilanglah rasa takutnya.
فَأَوْحَىٰٓ إِلَىٰ عَبْدِهِۦ مَآ أَوْحَىٰ ﴿١٠﴾
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
Lalu Jibril menyampaikan wahyu kepada hamba Allah dan rasul-Nya apa yang Allah telah wahyukan. Wahyu itu merupakan perkara besar yang pengaruhnya amat luas.
(Lalu Dia menyampaikan) yakni Allah swt. (kepada hamba-Nya) yaitu malaikat Jibril (apa yang telah diwahyukan)-Nya kepada malaikat Jibril untuk disampaikan kepada Nabi saw. Di sini yang mewahyukan tidak disebutkan karena mengagungkan kedudukan-Nya.
مَا كَذَبَ ٱلْفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ ﴿١١﴾
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
Hati Muhammad tidak mengingkari apa yang dilihat oleh matanya.
(Tiada mendustakan) dapat dibaca Kadzaba atau Kadzdzaba, artinya tiada mengingkari (hati) atau kalbu Nabi saw. (apa yang telah dilihatnya) dengan mata kepalanya sendiri tentang rupa malaikat Jibril.
أَفَتُمَٰرُونَهُۥ عَلَىٰ مَا يَرَىٰ ﴿١٢﴾
Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
Apakah kalian mengingkari Rasulullah sehingga membantah apa yang telah dilihatnya dengan matanya sendiri?
(Maka apakah kalian hendak membantahnya) apakah kalian hendak mendebatnya dan mengalahkannya (tentang apa yang telah dilihatnya?) khithab di sini ditujukan kepada orang-orang musyrik yang tidak mempercayai bahwa Nabi saw. melihat malaikat Jibril.
وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ ﴿١٣﴾
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli sekali lagi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh selain Allah, yaitu sidratulmuntaha (sidrat al-muntahâ). Jibril mengabarkan Muhammad bahwa Allah mempunyai surga tempat tinggal yang penuh dengan karunia yang tak tergambarkan. Pandangan Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihat itu dan tidak melampaui batas perintah untuk melihat.
(Dan sesungguhnya dia telah melihat Jibril itu) dalam rupa yang asli (pada waktu) pada kesempatan (yang lain).
عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ ﴿١٤﴾
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli sekali lagi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh selain Allah, yaitu sidratulmuntaha (sidrat al-muntahâ). Jibril mengabarkan Muhammad bahwa Allah mempunyai surga tempat tinggal yang penuh dengan karunia yang tak tergambarkan. Pandangan Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihat itu dan tidak melampaui batas perintah untuk melihat.
(Yaitu di Sidratul Muntaha) sewaktu nabi dibawanya Isra ke langit. Sidratul Muntaha adalah nama sebuah pohon Nabaq yang terletak di sebelah kanan Arasy; tiada seorang malaikat pun dan tidak pula yang lainnya dapat melewati tempat itu.
عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ ﴿١٥﴾
Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli sekali lagi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh selain Allah, yaitu sidratulmuntaha (sidrat al-muntahâ). Jibril mengabarkan Muhammad bahwa Allah mempunyai surga tempat tinggal yang penuh dengan karunia yang tak tergambarkan. Pandangan Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihat itu dan tidak melampaui batas perintah untuk melihat.
(Di dekatnya ada surga tempat tinggal) tempat tinggal para malaikat dan arwah-arwah para syuhada dan orang-orang yang bertakwa.
إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ ﴿١٦﴾
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli sekali lagi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh selain Allah, yaitu sidratulmuntaha (sidrat al-muntahâ). Jibril mengabarkan Muhammad bahwa Allah mempunyai surga tempat tinggal yang penuh dengan karunia yang tak tergambarkan. Pandangan Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihat itu dan tidak melampaui batas perintah untuk melihat.
(Ketika) sewaktu (Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya) yaitu oleh burung-burung dan lain-lainnya. Lafal Idz menjadi Ma'mul dari lafal Ra-aahu.
مَا زَاغَ ٱلْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ﴿١٧﴾
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuknya yang asli sekali lagi di suatu tempat yang tidak diketahui oleh selain Allah, yaitu sidratulmuntaha (sidrat al-muntahâ). Jibril mengabarkan Muhammad bahwa Allah mempunyai surga tempat tinggal yang penuh dengan karunia yang tak tergambarkan. Pandangan Muhammad tidak berpaling dari apa yang dilihat itu dan tidak melampaui batas perintah untuk melihat.
(Penglihatannya tidak berpaling) penglihatan Nabi saw. tidak berpaling (dan tidak melampauinya) maksudnya, tidak berpaling dari apa yang dilihatnya dan tidak pula melampaui apa yang dilihatnya pada malam ketika ia diisrakkan.
لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلْكُبْرَىٰٓ ﴿١٨﴾
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
Ia benar-benar telah melihat banyak sekali ayat-ayat Allah dan keajaiban-keajaiban yang begitu besar.
(Sesungguhnya dia telah melihat) pada malam itu (sebagian tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang paling besar) yang paling agung, dimaksud adalah sebagian dari tanda-tanda itu, maka dia melihat sebagian dari keajaiban-keajaiban alam malakut, dan Rafraf berwarna hijau menutupi cakrawala langit, dan malaikat Jibril yang memiliki enam ratus sayap.
أَفَرَءَيْتُمُ ٱللَّٰتَ وَٱلْعُزَّىٰ ﴿١٩﴾
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza,
Apakah kalian mengetahui hal itu sehingga memikirkan Lât, 'Uzzâ dan, ketiga, Manât yang kalian jadikan tuhan-tuhan sembahan kalian?
(Maka apakah patut kalian menganggap Laata dan Al Uzzaa).
وَمَنَوٰةَ ٱلثَّالِثَةَ ٱلْأُخْرَىٰٓ ﴿٢٠﴾
dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?
Apakah kalian mengetahui hal itu sehingga memikirkan Lât, 'Uzzâ dan, ketiga, Manât yang kalian jadikan tuhan-tuhan sembahan kalian?
(Dan Manat yang ketiga) yang ketiga dari yang telah disebutkan tadi (yang paling terkemudian) berkedudukan sebagai sifat yang mengandung makna celaan. Ketiganya adalah nama berhala-berhala yang terbuat dari batu. Orang-orang musyrik dahulu menyembahnya, karena mereka menduga, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah. Maf'ul pertama bagi lafal Afara`aytum adalah lafal Al Laata dan lafal-lafal yang di'athafkan kepadanya. Sedangkan Maf'ul yang keduanya tidak disebutkan. Makna ayat, \"Ceritakanlah kepadaku, apakah berhala-berhala ini memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang karena itu kalian menyembahnya selain Allah Yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi.\" Ketika mereka menduga bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, sedangkan mereka sendiri tidak menyukai anak-anak perempuan, lalu turunlah firman-Nya berikut ini,
أَلَكُمُ ٱلذَّكَرُ وَلَهُ ٱلْأُنثَىٰ ﴿٢١﴾
Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan?
Apakah kalian membagi-bagi, sehingga kalian mengatakan anak laki-laki adalah milik kalian dan anak perempuan adalah milik Allah.
(\"Apakah patut untuk kalian anak laki-laki dan untuk Allah -anak -perempuan?\").
تِلْكَ إِذًۭا قِسْمَةٌۭ ضِيزَىٰٓ ﴿٢٢﴾
Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil.
Pembagian itu sungguh merupakan pembagian yang tidak adil, karena kalian telah menjadikan sesuatu yang tidak kalian sukai untuk Allah.
(Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil) pembagian yang lalim; berasal dari lafal Dhaazahu Yadhiizuhu, artinya berlaku aniaya dan melampaui batas.
إِنْ هِىَ إِلَّآ أَسْمَآءٌۭ سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَٰنٍ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهْوَى ٱلْأَنفُسُ ۖ وَلَقَدْ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلْهُدَىٰٓ ﴿٢٣﴾
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.
Patung-patung itu tidak lain hanyalah nama yang tak mengandung makna ketuhanan. Kalian dan bapak- bapak kalian memberinya nama sesuai dengan hawa nafsu buruk. Padahal Allah tidak menurunkan suatu keterangan apa pun yang menguatkan dugaan kalian itu. Mereka hanya mengikuti hawa nafsu yang menyimpang dari fitrah yang benar. Sesungguhnya telah datang kepada mereka petunjuk dari Tuhan jika mereka mau mengikutinya.
(Itu tidak lain) apa-apa yang telah disebutkan itu (hanyalah nama-nama yang kalian adakan) kalian menamakannya (yakni oleh kalian dan bapak-bapak kalian) sebagai berhala-berhala yang kalian menyembahnya (Allah tidak menurunkan tentangnya) tentang menyembah kepada berhala-berhala itu (suatu keterangan pun) yakni bukti dan hujjah (tiada lain) (mereka hanya mengikuti) di dalam menyembah berhala-berhala itu (sangkaan saja dan apa yang diinginkan oleh hawa nafsu mereka) mengikuti apa yang dihiaskan oleh setan, ke dalam hati mereka, yaitu bahwasanya berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah swt. (dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Rabb mereka) melalui lisan Nabi saw. yang membawa bukti yang pasti, akan tetapi mereka tidak mau meninggalkan apa yang biasa mereka lakukan itu, yaitu menyembah berhala.
أَمْ لِلْإِنسَٰنِ مَا تَمَنَّىٰ ﴿٢٤﴾
Atau apakah manusia akan mendapat segala yang dicita-citakannya?
Bahkan manusia sama sekali tidak mendapatkan syafaat patung-patung tersebut atau keinginan- keinginan lain yang dia cita-citakan. Hanya kepunyaan Allahlah perkara akhirat dan dunia seluruhnya.
(Atau apakah manusia akan mendapat) bagi masing-masing dari mereka (segala yang dicita-citakannya) yang beranggapan, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada mereka? Padahal kenyataannya tidaklah demikian.
فَلِلَّهِ ٱلْءَاخِرَةُ وَٱلْأُولَىٰ ﴿٢٥﴾
(Tidak), maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia.
Bahkan manusia sama sekali tidak mendapatkan syafaat patung-patung tersebut atau keinginan- keinginan lain yang dia cita-citakan. Hanya kepunyaan Allahlah perkara akhirat dan dunia seluruhnya.
(Maka hanya bagi Allah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia) tiada sesuatu pun yang terjadi pada keduanya melainkan sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya.
۞ وَكَم مِّن مَّلَكٍۢ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ لَا تُغْنِى شَفَٰعَتُهُمْ شَيْـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعْدِ أَن يَأْذَنَ ٱللَّهُ لِمَن يَشَآءُ وَيَرْضَىٰٓ ﴿٢٦﴾
Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafa'at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).
Banyak di antara malaikat di langit, meskipun derajatnya tinggi, yang sama sekali tidak dapat memberi syafaat kecuali sesudah mendapat izin dari Allah untuk diberikan kepada orang yang diperkenankan oleh Allah.
(Dan berapa banyaknya malaikat) banyak di antara para Malaikat (di langit) yang sangat dimuliakan oleh Allah di sisi-Nya (syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan) kepada mereka untuk memberikan syafaat (bagi orang yang dikehendaki)-Nya di antara hamba-hamba-Nya (dan diridai) ia diridai oleh-Nya, karena ada firman lainnya yang menyatakan, \".. dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah.\" (Q.S. Al Anbiya, 28) Sudah kita maklumi bahwa syafaat para malaikat itu baru ada setelah terlebih dahulu mendapat izin dari Allah, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya, \"Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya?\" (Q.S. Al-Baqarah, 255)
إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ لَيُسَمُّونَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ تَسْمِيَةَ ٱلْأُنثَىٰ ﴿٢٧﴾
Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.
Orang-orang yang tidak percaya kepada hari akhirat menamakan malaikat dengan nama perempuan. Mereka mengatakan, \"Malaikat adalah anak-anak perempuan Allah.\"
(Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan) karena mereka telah mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
وَمَا لَهُم بِهِۦ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ ۖ وَإِنَّ ٱلظَّنَّ لَا يُغْنِى مِنَ ٱلْحَقِّ شَيْـًۭٔا ﴿٢٨﴾
Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.
Mereka tidak mempunyai dasar keyakinan apa-apa mengenai ucapannya itu. Mereka hanya mengikuti prasangka-prasangka yang tidak benar. Padahal prasangka itu sama sekali tidak mengandung kebenaran sedikit pun.
(Dan mereka tidak mendasari perkataan mereka itu) ucapan mereka itu tidak didasari (dengan sesuatu pengetahuan pun tentangnya. Tiada lain) mereka hanya mengikuti) dalam hal tersebut (prasangka) yang mereka khayalkan (sedangkan sesungguhnya prasangka itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran) maksudnya, tiada sedikit pun pengetahuan yang bermanfaat dalam prasangka itu di dalam menelaah hal-hal yang dituntut adanya pengetahuan.
فَأَعْرِضْ عَن مَّن تَوَلَّىٰ عَن ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا ﴿٢٩﴾
Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi.
Oleh karena itu tinggalkanlah orang-orang kafir yang menentang al-Qur'ân dan hanya memikirkan kehidupan dunia itu.
(Maka berpalinglah dari orang yang berpaling dari peringatan Kami) orang yang berpaling dari Alquran (dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi) ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad dari Allah.
ذَٰلِكَ مَبْلَغُهُم مِّنَ ٱلْعِلْمِ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱهْتَدَىٰ ﴿٣٠﴾
Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.
Keyakinan dan perbuatan yang mereka ikuti itu adalah batas pengetahuan yang mereka capai. Tuhanmu sungguh lebih mengetahui orang yang memilih kesesatan dan Dia pun lebih mengetahui orang yang menerima petunjuk.
(Yang demikian itu) yakni mencari keduniaan (adalah sejauh-jauh pengetahuan mereka) artinya, tujuan pengetahuan mereka ialah memilih keduniawian daripada akhirat. (Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk) atau Dia mengetahui siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat, kelak Dia akan memberikan balasan-Nya kepada masing-masing.
وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ لِيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ بِٱلْحُسْنَى ﴿٣١﴾
Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
Hak mencipta dan mengatur semua makhluk yang ada di langit dan di bumi hanya milik Allah semata. Hal itu adalah agar Dia memberi balasan kepada orang yang sesat atas perbuatan buruknya dan memberi balasan yang baik kepada orang-orang yang mendapat petunjuk dan berbuat baik.
(Dia hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi) Dia-lah yang memiliki kesemuanya itu; antara lain ialah orang yang tersesat dan orang yang mendapat petunjuk; Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya (supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang mereka kerjakan) berupa kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan dosa lainnya (dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik) maksudnya, mereka yang mengerjakan ketauhidan dan amal-amal ketaatan lainnya (dengan pahala yang lebih baik) yakni surga. Kemudian Allah menjelaskan siapakah yang disebut orang-orang yang telah berbuat baik itu melalui firman selanjutnya,
ٱلَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَٰٓئِرَ ٱلْإِثْمِ وَٱلْفَوَٰحِشَ إِلَّا ٱللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَٰسِعُ ٱلْمَغْفِرَةِ ۚ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَإِذْ أَنتُمْ أَجِنَّةٌۭ فِى بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ ۖ فَلَا تُزَكُّوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ ٱتَّقَىٰٓ ﴿٣٢﴾
(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
Yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali dosa-dosa kecil, sebab akan diampuni oleh Allah. Sesungguhnya Tuhan Maha Pengampun lagi Maha Mengetahui keadaan kalian, ketika Dia menciptakan kalian dari tanah dan ketika kalian masih berupa janin dalam perut ibu pada beberapa fase yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jangan mengaku suci dengan memuji dan membanggakan diri. Allah lebih tahu orang yang bertakwa yang benar-benar suci karena ketakwaannya itu.
(\"Yaitu orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji selain dari kesalahan-kesalahan kecil) yang dimaksud dari lafal Al Lamam adalah dosa-dosa kecil seperti, melihat wanita lain, menciumnya dan menyentuhnya. Istitsna atau pengecualian di sini bersifat Munqathi' artinya dosa-dosa kecil itu diampuni oleh sebab menjauhi dosa-dosa besar. (Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunan-Nya) disebabkan hal tersebut, sebab Dia Penerima Tobat. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang telah mengatakan, salat kami, shaum kami dan haji kami (Dia lebih mengetahui) (tentang kalian ketika Dia menjadikan kalian dari tanah) ketika Dia menciptakan bapak moyang kalian yaitu Adam dari tanah (dan ketika kalian masih berupa janin lafal Ajinnatin adalah bentuk jamak dari lafal Janiin (dalam perut ibu kalian; maka janganlah kalian mengatakan diri kalian suci) janganlah kalian memuji-muji diri kalian sendiri dengan cara ujub atau takabur, akan tetapi bila kalian melakukannya dengan cara mengakui nikmat Allah, maka hal ini dianggap baik (Dia-lah Yang paling mengetahui) Yang mengetahui (tentang orang yang bertakwa\").
أَفَرَءَيْتَ ٱلَّذِى تَوَلَّىٰ ﴿٣٣﴾
Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari Al-Quran)?
Tidakkah kamu merenung lalu melihat orang yang berpaling dari kebenaran dan memberi sedikit hartanya kemudian tidak mau memberi lagi? Apakah orang itu mempunyai pengetahuan tentang alam gaib, sehingga ia mengetahui apa yang mendorongnya untuk berpaling dari kebenaran dan kikir dalam membelanjakan harta?
(Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling) dari keimanan, orang tersebut murtad dari Islam, yaitu ketika ia dicela karena masuk Islam. Lalu ia menjawab, \"Sesungguhnya aku takut akan azab atau siksaan Allah\". Lalu orang yang mencelanya itu mau menanggung siksaan Allah yang akan diterimanya, bila ia kembali kepada kemusyrikan, dan orang yang menanggung itu bersedia untuk memberikan hartanya kepada dia, sejumlah sekian. Akhirnya dia mau kembali kepada kemusyrikannya.
وَأَعْطَىٰ قَلِيلًۭا وَأَكْدَىٰٓ ﴿٣٤﴾
serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi?
Tidakkah kamu merenung lalu melihat orang yang berpaling dari kebenaran dan memberi sedikit hartanya kemudian tidak mau memberi lagi? Apakah orang itu mempunyai pengetahuan tentang alam gaib, sehingga ia mengetahui apa yang mendorongnya untuk berpaling dari kebenaran dan kikir dalam membelanjakan harta?
(Serta memberi sedikit) dari harta yang telah disebutkan tadi (dan tidak mau memberi lagi?) yaitu dia tidak mau memberikan sisanya. Lafal Akdaa diambil dari asal kata Al Kidyah, arti asalnya adalah tanah yang keras seperti tanah yang berbatu, sehingga penggali sumur bila sampai kepada lapisan yang berbatu itu tidak dapat melanjutkan penggaliannya.
أَعِندَهُۥ عِلْمُ ٱلْغَيْبِ فَهُوَ يَرَىٰٓ ﴿٣٥﴾
Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib, sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)?
Tidakkah kamu merenung lalu melihat orang yang berpaling dari kebenaran dan memberi sedikit hartanya kemudian tidak mau memberi lagi? Apakah orang itu mempunyai pengetahuan tentang alam gaib, sehingga ia mengetahui apa yang mendorongnya untuk berpaling dari kebenaran dan kikir dalam membelanjakan harta?
(Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang gaib sehingga dia mengetahui) sebagiannya, yaitu bahwa seseorang dapat menanggung azab akhirat yang diterima oleh orang lain? Jawabannya tentu saja tidak. Orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah Walid ibnu Mughirah atau lainnya. Jumlah kalimat A'indahuu merupakan Maf'ul kedua dari lafal Ra-ayta, yang maknanya Akhbirnii, yakni ceritakanlah kepada-Ku.
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِى صُحُفِ مُوسَىٰ ﴿٣٦﴾
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa?
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada di dalam lembaran-lembaran Mûsâ dan Ibrâhîm yang telah mencapai puncak kesetiaan dalam menepati janji Allah, bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain?
(Ataukah) yakni sebenarnya (belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa) yaitu lembaran-lembaran kitab Taurat atau lembaran-lembaran kitab suci sebelumnya.
وَإِبْرَٰهِيمَ ٱلَّذِى وَفَّىٰٓ ﴿٣٧﴾
dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada di dalam lembaran-lembaran Mûsâ dan Ibrâhîm yang telah mencapai puncak kesetiaan dalam menepati janji Allah, bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain?
(Dan) lembaran-lembaran (Ibrahim yang selalu memenuhi janji) maksudnya Nabi Ibrahim itu selalu menepati apa yang diperintahkan kepadanya,, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya, \"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Rabbnya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya dengan lengkap.\" (Q.S. Al Baqarah, 124) Kemudian pengertian yang terkandung di dalam lafal Maa pada ayat sebelumnya, dijelaskan oleh firman berikutnya,
أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌۭ وِزْرَ أُخْرَىٰ ﴿٣٨﴾
(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada di dalam lembaran-lembaran Mûsâ dan Ibrâhîm yang telah mencapai puncak kesetiaan dalam menepati janji Allah, bahwa seseorang tidak akan memikul dosa orang lain?
(\"Yaitu bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain) dan seterusnya. Lafal An adalah bentuk Mukhaffafah dari Anna; artinya bahwa setiap diri itu tidak dapat menanggung dosa orang lain.
وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿٣٩﴾
dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
Juga bahwa seorang manusia tidak memperoleh balasan selain dari apa yang telah diusahakannya.
(Dan bahwasanya) bahwasanya perkara yang sesungguhnya itu ialah (seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya) yaitu memperoleh kebaikan dari usahanya yang baik, maka dia tidak akan memperoleh kebaikan sedikit pun dari apa yang diusahakan oleh orang lain.
وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ ﴿٤٠﴾
dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Dan bahwa perbuatannya itu kelak akan diperlihatkan, sehingga ia melihat, pada hari kiamat itu, penghormatan untuk orang yang berbuat baik dan penghinaan untuk orang yang berbuat jahat.
(Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan) kepadanya di akhirat.
ثُمَّ يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ ﴿٤١﴾
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,
Lalu ia akan diberi balasan yang banyak atas perbuatannya.
(Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna\") pembalasan yang paling lengkap. Diambil dari asal kata, Jazaituhu Sa'yahu atau Bisa'yihi, artinya, \"Aku memberikan balasan terhadap usahanya, atau aku memberikannya balasan atas usahanya.\" Dengan kata lain lafal Jazaa ini boleh dibilang sebagai Fi'il Muta'addi atau Fi'il Lazim.
وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ ﴿٤٢﴾
dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),
Dan bahwa hanya kepada Tuhan--bukan kepada yang lain--segala sesuatu akan dikembalikan.
(Dan bahwasanya) jika dibaca Anna berarti di'athafkan kepada kalimat sebelumnya, jika dibaca Inna berarti merupakan jumlah Isti-naf atau kalimat baru. Hal ini berlaku pula terhadap lafal yang sama yang jatuh sesudahnya, dengan demikian maka pengertian yang terkandung pada kalimat sesudah Anna pertama bukan termasuk ke dalam pengertian yang terkandung di dalam lembaran-lembaran Ibrahim (kepada Rabbmulah kesudahan) tempat kembali sesudah mati, lalu Dia memberikan balasan yang setimpal kepada mereka masing-masing.
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ ﴿٤٣﴾
dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
Juga bahwa hanya Dia yang membuat orang dapat tertawa dan menangis dan menciptakan faktor- faktor penyebabnya.
(Dan bahwasanya Dia-lah yang membuat orang tertawa) yang menjadikan gembira siapa yang dikehendaki-Nya (dan menangis) yang menjadikan sedih siapa yang dikehendaki-Nya.
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا ﴿٤٤﴾
dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
Bahwa hanya Dia yang mematikan dan menghidupkan.
(Dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan yang menghidupkan) kembali pada hari berbangkit nanti.
وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰ ﴿٤٥﴾
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.
Bahwa Dia menciptakan pasangan--laki-laki dan perempuan, jantan dan betina--pada manusia dan binatang dari air mani yang memancar. (1) Ayat ini menunjukkan kemahakuasaan Allah yang menciptakan pasangan--laki-laki dan perempuan pada manusia dan jantan dan betina pada binatang--dari sperma yang proses pengeluarannya dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Meski kandungan sperma itu begitu halus dan sangat kecil, ia merupakan sumber kehidupan dan penghidupan. Dengan demikian, ayat ini merupakan salah satu bentuk kemukjizatan al-Qur'ân yang sejak dini telah mengungkap suatu fakta sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu bahwa di dalam cairan laki-laki terdapat spermatozoa dan di dalam cairan wanita terdapat ovum. Apabila kedua cairan itu bertemu dan menyatu maka akan tejadi pembuahan dan kehamilan
(Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan) kedua jenis yang berpasangan (laki-laki dan perempuan).
مِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَىٰ ﴿٤٦﴾
dari air mani, apabila dipancarkan.
Bahwa Dia menciptakan pasangan--laki-laki dan perempuan, jantan dan betina--pada manusia dan binatang dari air mani yang memancar. (1) Ayat ini menunjukkan kemahakuasaan Allah yang menciptakan pasangan--laki-laki dan perempuan pada manusia dan jantan dan betina pada binatang--dari sperma yang proses pengeluarannya dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. Meski kandungan sperma itu begitu halus dan sangat kecil, ia merupakan sumber kehidupan dan penghidupan. Dengan demikian, ayat ini merupakan salah satu bentuk kemukjizatan al-Qur'ân yang sejak dini telah mengungkap suatu fakta sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan, yaitu bahwa di dalam cairan laki-laki terdapat spermatozoa dan di dalam cairan wanita terdapat ovum. Apabila kedua cairan itu bertemu dan menyatu maka akan tejadi pembuahan dan kehamilan
(Dari nuthfah) yakni air mani (apabila dipancarkan) bila ditumpahkan ke dalam rahim.
وَأَنَّ عَلَيْهِ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُخْرَىٰ ﴿٤٧﴾
Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati),
Bahwa Dia menghidupkan kembali manusia setelah mati.
(Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian) huruf Hamzah lafal An Nasy`ah boleh dibaca panjang dan boleh dibaca pendek (yang lain) kejadian yang lain untuk dibangkitkan menjadi hidup kembali, sesudah penciptaan yang pertama.
وَأَنَّهُۥ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ ﴿٤٨﴾
dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan,
Bahwa Dia memberi kecukupan dan rasa puas dengan apa yang ia peroleh dan simpan.
(Dan bahwasanya Dia yang memberi kekayaan) kepada manusia berupa harta benda (dan yang memberikan kecukupan) Dia memberikan harta untuk mencukupi kebutuhan orang itu.
وَأَنَّهُۥ هُوَ رَبُّ ٱلشِّعْرَىٰ ﴿٤٩﴾
dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra,
Bahwa Dia adalah Pemelihara bintang besar yang disebut Syi'râ (Sirius). (1) Sirius adalah bintang paling terang pada gugusan \"Bintang Anjing\" (Dog Star) Besar, yang juga merupakan bintang paling terang yang dapat dilihat di langit. Bintang Sirius ini berada di sekitat 18 derajat sebelah selatan garis tengah langit dan dikenal juga dengan nama Dog Star (Bintang Anjing). Nama ini sudah dikenal sejak 3. 000 tahun yang lalu. Dalam bahasa Hiroglif (bahasa Mesir kuno, yaitu pada zaman Fir'aun) ditemukan gambar anjing yang melambangkan bintang ini. Allah secara khusus menyebut bintang Sirius pada ayat ini karena sebagian bangsa Arab pada zaman jahiliah menyembah bintang itu. Demikian pula orang-orang Mesir kuno. Hal itu disebabkan karena munculnya bintang ini dari sebelah timur pada sekitar pertengahan bulan Juli sebelum terbit matahari itu bersamaan dengan masa pasang naik sungai Nil di Mesir bagian tengah yang merupakan peristiwa penting dunia. Peristiwa ini bisa jadi merupakan batas penentuan awal tahun baru karena munculnya Sirius beberapa saat sebelum matahari terbit hanya terjadi sekali dalam satu tahun.
(Dan bahwasanya Dia-lah Rabb bintang syi'ra) nama bintang yang berada di belakang bintang Jauza; bintang itu pada zaman jahiliah disembah-sembah.
وَأَنَّهُۥٓ أَهْلَكَ عَادًا ٱلْأُولَىٰ ﴿٥٠﴾
dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama,
Dan bahwa Dia telah membinasakan kaum 'Ad pertama, umat Nabi Hûd, dan membinasakan kaum Tsamûd, umat Nabi Shâlih. Tidak ada seorang pun yang tersisa hidup.
(Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama) menurut suatu qiraat harakat Tanwinnya diidgamkan kepada huruf Lam, bila huruf Lamnya didamahkan, tanpa memakai Hamzah. Ad adalah nama suatu kaum yang dikenal dengan nama kaum 'Ad, sedangkan kaum yang lainnya adalah kaum Nabi Saleh.
وَثَمُودَا۟ فَمَآ أَبْقَىٰ ﴿٥١﴾
dan kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup).
Dan bahwa Dia telah membinasakan kaum 'Ad pertama, umat Nabi Hûd, dan membinasakan kaum Tsamûd, umat Nabi Shâlih. Tidak ada seorang pun yang tersisa hidup.
(Dan kaum Tsamud) jika dibaca Sharf, dengan memakai Tanwin berarti nama kakek moyang, bila dibaca dengan tidak memakai Tanwin berarti nama suatu kabilah, berarti di'athafkan kepada lafal Ad. (Maka tidak seorang pun yang ditinggalkan) hidup; maksudnya tiada seorang pun di antara mereka yang dibiarkan hidup oleh-Nya.
وَقَوْمَ نُوحٍۢ مِّن قَبْلُ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَىٰ ﴿٥٢﴾
Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka,
Allah telah membinasakan kaum Nabi Nûh sebelum membinasakan 'Ad dan Tsamûd. Sesungguhnya kaum Nabi Nûh lebih zalim dan lebih tiran daripada kaum 'Ad dan Tsamûd.
(Dan Kaum Nuh sebelum itu) sebelum kaum Ad dan kaum Tsamud; kami binasakan mereka semuanya. (Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling lalim dan paling durhaka) yakni kaum Nabi Nuh itu jauh lebih lalim dan lebih durhaka daripada kaum 'Ad dan kaum Tsamud, karena Nabi Nuh tinggal bersama mereka dalam waktu yang lama sekali sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam firman-Nya, \"maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.\" (Q.S. Al 'Ankabut, 14) Di samping mereka tidak mau beriman kepada Nabi Nuh, mereka juga menyakiti bahkan memukulinya.
وَٱلْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَىٰ ﴿٥٣﴾
dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah.
Dan negeri-negeri kaum Lûth yang terbalik itu, Dialah yang membaliknya.
(Dan penduduk Mu`tafikah) yaitu negeri-negeri tempat tinggal kaum Nabi Luth (yang telah dihancurkan) yaitu dijatuhkan dari atas langit sesudah diangkat dalam keadaan terbalik, lalu dijatuhkan ke bumi oleh malaikat Jibril atas perintah Allah swt.
فَغَشَّىٰهَا مَا غَشَّىٰ ﴿٥٤﴾
lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya.
Mereka kemudian ditimpa azab yang besar. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ragukan?
(Lalu Allah menimpakan atas negeri-negeri itu) batu-batu sesudah dibalikkan (azab besar yang menimpanya) di dalam ungkapan ayat azab yang dimaksud sengaja tidak disebutkan secara jelas, sebagai gambaran tentang kengeriannya yang tak terperikan, hingga tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Azab ini dijelaskan pula dalam surah Hud, melalui firman-Nya, \"Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar.\" (Q.S. Hud, 82)
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ ﴿٥٥﴾
Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu?
Mereka kemudian ditimpa azab yang besar. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ragukan?
(Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah) yakni nikmat-nikmat-Nya yang menunjukkan kepada keesaan dan kekuasaan-Nya (kamu ragu-ragu) kamu meragukannya, hai manusia. Atau, kamu mendustakannya hai manusia?
هَٰذَا نَذِيرٌۭ مِّنَ ٱلنُّذُرِ ٱلْأُولَىٰٓ ﴿٥٦﴾
Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu.
Al-Qur'ân ini merupakan pemberi peringatan sejenis peringatan pertama umat-umat terdahulu.
(Ini) Muhammad ini (adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu) artinya, sama dengan mereka. Maksudnya, dia adalah seorang rasul yang sama dengan rasul-rasul lain sebelumnya; ia diutus kepada kalian, sebagaimana para rasul terdahulu diutus kepada kaumnya masing-masing.
أَزِفَتِ ٱلْءَازِفَةُ ﴿٥٧﴾
Telah dekat terjadinya hari kiamat.
Hari kiamat telah dekat. Tidak ada yang mengetahui waktu terjadinya selain Allah.
(Telah dekat terjadinya hari kiamat) kiamat telah dekat masanya.
لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ كَاشِفَةٌ ﴿٥٨﴾
Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.
Hari kiamat telah dekat. Tidak ada yang mengetahui waktu terjadinya selain Allah.
(Tiada baginya selain dari Allah) tiada seorang pun selain Allah (yang dapat menyatakan terjadinya) tiada yang mengetahui kapan terjadi dan tiada seorang pun yang dapat menyatakan kejadiannya selain Allah. Ayat ini mempunyai arti yang senada dengan ayat lainnya yaitu, firman-Nya, \"tidak ada seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.\" (Q.S. Al A'raf, 187).
أَفَمِنْ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ ﴿٥٩﴾
Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
Apakah kalian mengingkari setiap kebenaran sehingga kalian merasa heran dan mengingkari al-Qur'ân? Lalu kalian tertawa sebagai hinaan dan cemoohan--bukan malah menangis seperti yang dilakukan orang-orang yang yakin--dalam keadaan lengah dan sombong?
(Maka apakah terhadap pemberitaan ini) Alquran ini (kalian merasa heran?) makna yang dimaksud ialah mendustakannya.
وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ ﴿٦٠﴾
Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?
Apakah kalian mengingkari setiap kebenaran sehingga kalian merasa heran dan mengingkari al-Qur'ân? Lalu kalian tertawa sebagai hinaan dan cemoohan--bukan malah menangis seperti yang dilakukan orang-orang yang yakin--dalam keadaan lengah dan sombong?
(Dan kalian menertawakan) karena memperolok-olokkannya (dan tidak menangis) sewaktu kalian mendengarkan ancaman dan peringatannya.
وَأَنتُمْ سَٰمِدُونَ ﴿٦١﴾
Sedang kamu melengahkan(nya)?
Apakah kalian mengingkari setiap kebenaran sehingga kalian merasa heran dan mengingkari al-Qur'ân? Lalu kalian tertawa sebagai hinaan dan cemoohan--bukan malah menangis seperti yang dilakukan orang-orang yang yakin--dalam keadaan lengah dan sombong?
(Sedangkan kalian melengahkannya) lengah dan lalai mengenai apa yang diwajibkan kepada kalian untuk mengerjakannya.
فَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ وَٱعْبُدُوا۟ ۩ ﴿٦٢﴾
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).
Maka bersujudlah kepada Allah yang telah menurunkan al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia. Dan menyembahlah hanya kepada-Nya.
(Maka bersujudlah kalian kepada Allah) Yang telah menciptakan kalian (dan sembahlah) Dia, dan janganlah kalian menyembah dan bersujud kepada berhala-berhala.