Setting
Surah The Beneficient [Al-Rahman] in Indonesian
ٱلرَّحْمَٰنُ ﴿١﴾
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,
[[55 ~ AR-RAHMAN (SANG MAHA PENGASIH) Pendahuluan: Madaniyyah, 78 ayat ~ Kandungan utama surat ini adalah deskripsi tentang sejumlah nikmat Allah yang diawali--setelah menyebut nama-Nya, yaitu al-Rahmân, Sang Maha Pemurah--dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran al-Qur'ân. Deskripsi sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di bumi. Selain itu, di dalam surat ini diketengahkan pula siksaan para pelaku kejahatan yang mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di dalam surga. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah Swt. Ayat yang berbunyi: fa bi ayyi âlâ'i rabbikumâ tukadzdzibân dalam surat ini disebut sebanyak tiga puluh satu kali. Pengulangan ayat seperti ini kita temukan pula pada beberapa surat lain dalam al-Qur'ân yang, tentunya, sesuai dengan situasi dan keperluan. Masing-masing ayat itu mengecam orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah yang disebut pada ayat sebelumnya.]] Al-Rahmân, Tuhan Yang Maha Pengasih. Dia mengajarkan al-Qur'ân kepada manusia dan memudahkan jalan untuk itu.
(Yang Maha Pemurah) yakni Allah swt.
عَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ ﴿٢﴾
Yang telah mengajarkan al Quran.
[[55 ~ AR-RAHMAN (SANG MAHA PENGASIH) Pendahuluan: Madaniyyah, 78 ayat ~ Kandungan utama surat ini adalah deskripsi tentang sejumlah nikmat Allah yang diawali--setelah menyebut nama-Nya, yaitu al-Rahmân, Sang Maha Pemurah--dengan menyebut nikmat Allah yang paling besar yaitu pengajaran al-Qur'ân. Deskripsi sejumlah nikmat dan karunia Allah itu dilakukan sedemikian unik yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan Sang Pencipta atas manusia dan jin, di langit dan di bumi. Selain itu, di dalam surat ini diketengahkan pula siksaan para pelaku kejahatan yang mendustakan agama di dalam neraka jahanam, dan kenikmatan orang-orang yang bertakwa di dalam surga. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan penyucian dan puji-pujian terhadap Allah Swt. Ayat yang berbunyi: fa bi ayyi âlâ'i rabbikumâ tukadzdzibân dalam surat ini disebut sebanyak tiga puluh satu kali. Pengulangan ayat seperti ini kita temukan pula pada beberapa surat lain dalam al-Qur'ân yang, tentunya, sesuai dengan situasi dan keperluan. Masing-masing ayat itu mengecam orang-orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah yang disebut pada ayat sebelumnya.]] Al-Rahmân, Tuhan Yang Maha Pengasih. Dia mengajarkan al-Qur'ân kepada manusia dan memudahkan jalan untuk itu.
(Telah mengajarkan) kepada siapa yang dikehendaki-Nya (Alquran).
خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ ﴿٣﴾
Dia menciptakan manusia.
Dia menciptakan dan mengajarkan manusia kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam dirinya, untuk membedakan dirinya dari makhluk lain.
(Dia menciptakan manusia) jenis manusia.
عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ ﴿٤﴾
Mengajarnya pandai berbicara.
Dia menciptakan dan mengajarkan manusia kemampuan menjelaskan apa yang ada dalam dirinya, untuk membedakan dirinya dari makhluk lain.
(Mengajarinya pandai berbicara) atau dapat berbicara.
ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ بِحُسْبَانٍۢ ﴿٥﴾
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Matahari dan bulan beredar pada porosnya menurut perhitungan dan ketetapan yang tanpa cacat. (1) (1) Ayat ini menunjukkan bahwa matahari dan bulan beredar sesuai dengan suatu sistem yang sangat akurat sejak awal penciptaannya. Hal ini baru ditemukan manusia secara pasti belakangan ini, yaitu sekitar 300 tahun yang lalu. Penemuan itu menyatakan bahwa matahari yang, kelihatannya, mengelilingi bumi dan bulan yang juga mengelilingi bumi itu berada pada garis edarnya masing-masing mengikuti hukum gravitasi. Perhitungan peredaran itu, terutama pada bulan, terjadi demikian telitinya.
(Matahari dan bulan menurut perhitungan) maksudnya, keduanya beredar menurut perhitungan.
وَٱلنَّجْمُ وَٱلشَّجَرُ يَسْجُدَانِ ﴿٦﴾
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Tetumbuhan yang tak berbatang dan pepohonan yang berbatang dan berdiri tegak, semuanya tunduk kepada kehendak dan ketentuan Allah yang berlaku padanya.
(Dan tumbuh-tumbuhan) jenis tumbuh-tumbuhan yang tidak mempunyai batang (dan pohon-pohonan) jenis tumbuh-tumbuhan yang memiliki batang (kedua-duanya tunduk kepada-Nya) keduanya tunduk kepada apa yang dikehendaki-Nya.
وَٱلسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ ٱلْمِيزَانَ ﴿٧﴾
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
Langit diciptakan-Nya begitu tinggi. Dia menetapkan keadilan agar kalian tidak melampaui batas.
(Dan Dia telah meninggikan langit dan meletakkan neraca) yaitu menetapkan keadilan.
أَلَّا تَطْغَوْا۟ فِى ٱلْمِيزَانِ ﴿٨﴾
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.
Langit diciptakan-Nya begitu tinggi. Dia menetapkan keadilan agar kalian tidak melampaui batas.
(Supaya kalian jangan melampaui batas) agar kalian jangan berbuat curang (dalam timbangan itu) maksudnya dalam menimbang sesuatu dengan mempergunakan timbangan itu.
وَأَقِيمُوا۟ ٱلْوَزْنَ بِٱلْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا۟ ٱلْمِيزَانَ ﴿٩﴾
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Maka dari itu, tegakkanlah timbangan itu secara adil pada setiap transaksi yang kalian lakukan. Janganlah kalian mengurangi timbangan itu.
(Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil) artinya tidak curang (dan janganlah kalian mengurangi timbangan itu) maksudnya mengurangi barang yang ditimbang itu.
وَٱلْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ ﴿١٠﴾
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya).
Dan bumi diratakan dan dipersiapkan untuk semua makhluk agar dapat dimanfaatkan.
(Dan bumi telah diletakkan-Nya) telah dimantapkan-Nya (untuk semua makhluk) untuk manusia, jin, dan lain-lainnya.
فِيهَا فَٰكِهَةٌۭ وَٱلنَّخْلُ ذَاتُ ٱلْأَكْمَامِ ﴿١١﴾
Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.
Di bumi itu terdapat berbagai macam buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang tempat buahnya.
(Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma) yang ditanam dan dipelihara (yang mempunyai kelopak mayang) memiliki kelopak-kelopak di bagian atasnya.
وَٱلْحَبُّ ذُو ٱلْعَصْفِ وَٱلرَّيْحَانُ ﴿١٢﴾
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.
Di sana juga terdapat biji-bijian yang berkulit sebagai rezeki untuk kalian dan hewan-hewan ternak kalian. Juga terdapat segala tumbuh-tumbuhan yang harum aromanya.
(Dan biji-bijian) seperti gandum dan jawawut (yang berbulir) yang ada merangnya (dan daun-daunan yang harum baunya) wangi baunya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿١٣﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari, hai manusia dan jin?
(Maka manakah nikmat-nikmat) atau karunia-karunia (Rabb kamu berdua) hai manusia dan jin (yang kamu dustakan?) ayat ini disebutkan di dalam surah ini sebanyak tiga puluh satu kali. Istifham atau kata tanya yang terdapat dalam ayat ini mengandung makna taqrir atau menetapkan, demikian itu karena ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Hakim melalui Jabir r.a. yang telah menceritakan, bahwa Rasulullah saw. membacakan kepada kami surah Ar Rahman hingga selesai. Kemudian beliau bersabda, \"Mengapa kalian ini diam saja?\" Sungguh jin lebih baik jawabannya daripada kalian. Karena sesungguhnya tiada sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, \"Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?\" (Q.S. Ar Rahman, 13) melainkan mereka menjawabnya, \"Wahai Rabb kami, tiada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan, bagi-Mu segala puji.\"
خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِن صَلْصَٰلٍۢ كَٱلْفَخَّارِ ﴿١٤﴾
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
Dia menciptakan bangsa manusia dari tanah kering yang tidak dibakar seperti tembikar. Sedangkan bangsa jin diciptakan-Nya dari nyala api yang murni.
(Dia menciptakan manusia) yakni Nabi Adam (dari tanah kering) tanah kering yang apabila diketuk akan mengeluarkan suara berdenting (seperti tembikar) seperti tanah liat yang dibakar.
وَخَلَقَ ٱلْجَآنَّ مِن مَّارِجٍۢ مِّن نَّارٍۢ ﴿١٥﴾
dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
Dia menciptakan bangsa manusia dari tanah kering yang tidak dibakar seperti tembikar. Sedangkan bangsa jin diciptakan-Nya dari nyala api yang murni.
(Dan Dia menciptakan jin) yakni bapak moyang jin, yaitu iblis (dari nyala api) yaitu nyala api yang tidak berasap
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿١٦﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
رَبُّ ٱلْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ ٱلْمَغْرِبَيْنِ ﴿١٧﴾
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya
Tuhan yang memelihara dua tempat terbitnya matahari, pada musim panas dan musim dingin, dan Tuhan yang memelihara dua tempat terbenamnya matahari pada kedua musim tersebut. (1) (1) Yang dimaksud ayat ini, bisa jadi, adalah dua tempat terbit dan terbenamnya matahari dan bulan. Dengan demikian, ayat ini menunjuk kepada adanya gejala siang dan malam yang juga terdapat pada surat al-Qashash ayat 71, 72 dan 73. Tetapi, bisa jadi juga, yang dimaksudkan dalam ayat ini hanya matahari saja, karena matahari merupakan sumber kehidupan di planet bumi ini. Dengan demikian, ayat ini menunjukkan adanya dua tempat terbit dan terbenamnya matahari, yaitu pada musim dingin dan musim panas. Pendapat ini dianut oleh kebanyakan ahli tafsir. Fenomena terbit dan terbenamnya matahari di dua tempat ini disebabkan oleh kecondongan garis edar bumi selama mengedari matahari sekitar 523,5 derajat. Oleh karena itu belahan utara bumi condong ke arah matahari pada musim panas yang mengakibatkan siang menjadi lebih panjang daripada malam. Dan begitu seterusnya hingga mencapai puncaknya, yaitu ketika matahari terbit dan terbenam di ujung sebelah utara dari garis bujur timur dan barat. Setelah itu kembali sedikit demi sedikit dari hari ke hari hingga mencapai garis lurus pada musim gugur. Belahan utara bumi ini kemudian mulai berpaling meninggalkan arah matahari yang mengakibatkan malam menjadi lebih panjang daripada siang. Begitu seterusnya, matahari terus bergeser ke arah selatan sampai pada titik paling selatan pada musim dingin. Setelah itu matahari bergeser lagi ke arah utara sedikit demi sedikit, hari demi hari hingga mencapai garis bujur timur dan barat pada musim semi. Peredaran yang demikian ini berlaku pula di belahan bumi sebelah selatan. Perbedaannya terletak pada geraknya yang berlawanan. Peredaran yang sedemikian teraturnya itu tentu saja mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Contohnya, sebagai akibat dari perputaran itu, terdapat apa yang kita kenal dengan empat musim yang pada gilirannya memiliki kekhususan sendiri-sendiri (seperti musim tanam, musim panen, dan sebagainya) sehingga memberikan kemudahan kepada manusia, hewan dan tumbuh- tumbuhan dalam beraktifitas.
(Rabb yang memelihara kedua tempat terbit matahari) yaitu tempat terbitnya di waktu musim dingin dan tempat terbitnya di waktu musim panas (dan Rabb yang memelihara kedua tempat terbenamnya) penafsirannya seperti pada yang pertama tadi.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿١٨﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ ﴿١٩﴾
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
Allah melepas dua lautan, tawar dan asin, saling berdampingan dan bertemu pada permukaannya. Di antara kedua lautan itu terdapat pembatas yang merupakan kekuasaan Allah. Masing-masing tidak melampaui yang lain sehingga tidak bercampur.
(Dia membiarkan) atau melepaskan (dua laut) yang airnya tawar dan yang asin (saling bertemu) menurut pandangan mata.
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌۭ لَّا يَبْغِيَانِ ﴿٢٠﴾
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.
Allah melepas dua lautan, tawar dan asin, saling berdampingan dan bertemu pada permukaannya. Di antara kedua lautan itu terdapat pembatas yang merupakan kekuasaan Allah. Masing-masing tidak melampaui yang lain sehingga tidak bercampur.
(Antara keduanya ada batas) ada penghalang yang membatasi keduanya dari kekuasaan Allah swt. (yang tidak dilampaui oleh masing-masing) yang satu melampaui yang lainnya sehingga bercampur.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٢١﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
يَخْرُجُ مِنْهُمَا ٱللُّؤْلُؤُ وَٱلْمَرْجَانُ ﴿٢٢﴾
Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
Dari kedua lautan itu keluar mutiara dan merjan yang dapat kalian jadikan perhiasan. (1) (1) Lihat catatan kaki ayat 12 surat Fâthir.
(Keluarlah) dapat dibaca Yakhruju. dan Yukhraju (daripada keduanya) dari pertemuan di antara keduanya, yakni dari bagian yang airnya asin (mutiara dan marjan) marjan artinya batu yang berwarna merah atau yang dimaksud adalah mutiara yang kecil.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٢٣﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
وَلَهُ ٱلْجَوَارِ ٱلْمُنشَـَٔاتُ فِى ٱلْبَحْرِ كَٱلْأَعْلَٰمِ ﴿٢٤﴾
Dan kepunyaan-Nya lah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung.
Di bawah kekuasaan-Nyalah bahtera-bahtera buatan kalian yang berlayar di samudra. Bahtera-bahtera itu besar bagaikan gunung-gunung yang menjulang.
(Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera) perahu-perahu (yang dibangun) yang dibuat (di lautan laksana gunung-gunung) lautan besar yang tingginya bagaikan gunung-gunung.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٢٥﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍۢ ﴿٢٦﴾
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Semua yang ada di muka bumi akan binasa, kecuali Allah yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
(Semua yang ada di bumi itu) yakni semua makhluk hidup yang ada padanya (akan binasa) akan mati; di sini diungkapkan semua makhluk hidup dengan memakai kata Man, karena memprioritaskan makhluk yang berakal.
وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ ﴿٢٧﴾
Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
Semua yang ada di muka bumi akan binasa, kecuali Allah yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.
(Dan tetap kekal Zat Rabbmu) yakni Zat-Nya (Yang mempunyai kebesaran) atau keagungan (dan kemuliaan) Yang Maha Dermawan kepada orang-orang mukmin dengan melimpahkan nikmat-nikmat-Nya kepada mereka.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٢٨﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
يَسْـَٔلُهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْنٍۢ ﴿٢٩﴾
Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.
Semua makhluk yang ada di langit dan di bumi selalu meminta keperluan mereka kepada-Nya. Setiap saat Dia selalu memberikan kemuliaan dan kehinaan, memberi dan menolak.
(Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya) baik melalui ucapan mereka atau pun perbuatan mereka, yaitu meminta apa-apa yang mereka perlukan berupa kekuatan untuk menjalankan ibadah, rezeki, ampunan dan lain sebagainya. (Setiap hari) setiap waktu (Dia dalam suatu perkara) yaitu perkara yang hendak dilahirkan-Nya sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya sejak zaman Azali antara lain, menghidupkan, mematikan, memuliakan, menghinakan, memberikan kecukupan, memiskinkan, mengabulkan doa dan memenuhi yang meminta.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٣٠﴾
Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan?
Lalu, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَ ٱلثَّقَلَانِ ﴿٣١﴾
Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu hai manusia dan jin.
Kami akan menghisab kalian pada hari kiamat, hai jin dan manusia.
(Kami akan menyelesaikan kamu sekalian) artinya, Kami hendak menghisab kalian semuanya (hai manusia dan jin) hai jenis manusia dan jenis jin.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٣٢﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
يَٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ إِنِ ٱسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا۟ مِنْ أَقْطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ فَٱنفُذُوا۟ ۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَٰنٍۢ ﴿٣٣﴾
Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
Wahai jin-jin dan manusia semua, jika kalian mampu menembus penjuru langit dan bumi, tembuslah! Kalian tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan. Dan sekali-kali kalian tidak akan dapat melakukan hal itu. (1) (1) Sampai saat ini terbukti betapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menembus lingkup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan luar angkasa selama waktu yang sangat sedikit dan terbatas jika dibandingkan dengan besarnya alam raya itu saja memerlukan upaya yang luar biasa di bidang sains dengan segala cabangnya: teknik, matematika, seni, geologi, dan sebagainya. Belum lagi ditambah dengan biaya sangat besar. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa upaya menembus langit dan bumi yang berjarak jutaan tahun cahaya itu mustahil dapat dilakukan oleh jin dan manusia.
(Hai semua jin dan manusia, jika kalian sanggup menembus) melintasi (penjuru) atau kawasan-kawasan (langit dan bumi, maka lintasilah) perintah di sini mengandung makna yang menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk melakukan hal tersebut (kalian tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan) dan kalian tidak akan mempunyai kekuatan untuk itu.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٣٤﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌۭ مِّن نَّارٍۢ وَنُحَاسٌۭ فَلَا تَنتَصِرَانِ ﴿٣٥﴾
Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga maka kamu tidak dapat menyelamatkan diri (dari padanya).
Kalian akan terkena nyala api dan cairan tembaga yang meleleh, lalu kalian tidak dapat menahan siksaan tersebut. (1) Tembaga adalah unsur metal yang pertama kali dikenal manusia sejak zaman dahulu. Di antara kelebihan tembaga ini adalah bahwa ketinggian suhunya dapat mencapai 1,083 derajat pada saat melebur. Apabila cairan tembaga panas itu dituangkan ke badan maka rasa sakit yang dirasakan merupakan bentuk penderitaan dan siksaan yang paling pedih.
(Kepada kamu berdua akan dilepaskan nyala api) yakni nyala api yang tidak berasap atau nyala api yang berasap (dan asap) yaitu asap murni yang tidak ada nyala apinya (maka kamu berdua tidak akan dapat menyelamatkan diri) daripadanya, bahkan kalian kelak akan digiring ke padang Mahsyar.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٣٦﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فَإِذَا ٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَكَانَتْ وَرْدَةًۭ كَٱلدِّهَانِ ﴿٣٧﴾
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
Apabila langit terbelah, ia akan berwarna merah tua seperti minyak yang terbakar.
(Maka apabila langit telah terbelah) artinya, terbuka pintu-pintunya karena turunnya malaikat-malaikat (dan menjadi merah mawar) memerah seperti warna bunga mawar (seakan-akan kilapan minyak) bagaikan minyak yang berwarna merah berbeda keadaannya dengan yang biasa. Di dalam ungkapan ayat ini terkandung jawabannya, yakni apabila saat itu datang, betapa dahsyatnya kengerian dan ketakutan melihatnya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٣٨﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?).
فَيَوْمَئِذٍۢ لَّا يُسْـَٔلُ عَن ذَنۢبِهِۦٓ إِنسٌۭ وَلَا جَآنٌّۭ ﴿٣٩﴾
Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.
Pada hari ketika langit terbelah, manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.
(Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya) tetapi mereka akan ditanya mengenai dosanya di lain waktu, karena ini merupakan suatu janji sebagaimana yang diungkapkan di dalam firman lainnya, yaitu, \"Maka demi Rabbmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.\" (Q.S. Al Hijr, 92) Lafal Al Jaan di sini sebagaimana yang akan dijelaskan nanti adalah bermakna jin, dan lafal Al Insu artinya manusia.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٠﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
يُعْرَفُ ٱلْمُجْرِمُونَ بِسِيمَٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِٱلنَّوَٰصِى وَٱلْأَقْدَامِ ﴿٤١﴾
Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandannya, lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka.
Manusia dan jin yang berdosa dikenali dari tanda-tandanya. Ubun-ubun dan kaki mereka kemudian diangkat lalu mereka dilemparkan ke neraka jahanam.
(Orang-orang yang berdosa dikenal dengan tanda-tandanya) yakni, mukanya berwarna hitam dan matanya berwarna biru (lalu dipegang ubun-ubun dan kaki mereka).
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٢﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?) Keadaan orang-orang yang berdosa pada saat itu, kedua telapak kaki mereka disatukan dengan ubun-ubunnya dari arah belakang, yaitu dilipat lalu mereka dilemparkan ke dalam neraka dan dikatakan kepada mereka,
هَٰذِهِۦ جَهَنَّمُ ٱلَّتِى يُكَذِّبُ بِهَا ٱلْمُجْرِمُونَ ﴿٤٣﴾
Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang berdosa.
Dikatakan kepada mereka, dengan nada mengecam, \"Inilah neraka jahanam yang didustakan oleh para pelaku kejahatan di antara kalian.\" Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang sangat panas.
(\"Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa\").
يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ ءَانٍۢ ﴿٤٤﴾
Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air mendidih yang memuncak panasnya.
Dikatakan kepada mereka, dengan nada mengecam, \"Inilah neraka jahanam yang didustakan oleh para pelaku kejahatan di antara kalian.\" Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang sangat panas.
(Mereka berkeliling) yakni berjalan dengan cepat (di antaranya dan di antara air yang mendidih yaitu air panas (yang memuncak panasnya) panasnya tak terperikan, lalu mereka diberi minum air panas tersebut apabila mereka meminta tolong karena panasnya api neraka; lafal Anin termasuk Isim Manqush, sama halnya dengan lafal Qaadhin.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٥﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ ﴿٤٦﴾
Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
Bagi siapa yang takut akan kekuasaan Tuhan akan memperoleh dua surga besar.
(Dan bagi orang yang takut) bagi masing-masing dari mereka atau bagi mereka semuanya (akan saat menghadap Rabbnya) yaitu takut manakala ia berdiri di hadapan Rabbnya untuk menjalani hisab. Oleh karena itu, maka ia tidak mau berbuat durhaka kepada-Nya (ada dua taman).
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٧﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?,
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
ذَوَاتَآ أَفْنَانٍۢ ﴿٤٨﴾
kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan.
Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan yang indah dan menyenangkan.
(Kedua taman itu mempunyai) lafal Dzawaata adalah bentuk Tatsniyah dari lafal Dzawaat sesuai dengan bentuk asalnya; dan Lam fi'ilnya pada asalnya adalah huruf Ya (pohon-pohon yang rindang) banyak tangkainya; merupakan bentuk jamak dari lafal Fananun yang wazannya sama dengan lafal Thalalun.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٤٩﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِمَا عَيْنَانِ تَجْرِيَانِ ﴿٥٠﴾
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang mengalir
Di dalam dua surga itu terdapat dua mata air yang mengalir ke mana saja.
(Di dalam kedua taman surga itu ada dua buah mata air yang mengalir).
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٥١﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِمَا مِن كُلِّ فَٰكِهَةٍۢ زَوْجَانِ ﴿٥٢﴾
Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.
Di dalam kedua surga itu terdapat pula segala macam buah yang berpasangan.
(Di dalam kedua taman surga itu terdapat segala macam buah-buahan) di dunia atau semua yang dianggap sebagai buah-buahan (yang berpasang-pasangan) yakni dua jenis-dua jenis, ada yang basah dan ada yang kering. Buah Hanzhal yang di dunia terasa amat pahit, tetapi di surga akan terasa manis.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٥٣﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ فُرُشٍۭ بَطَآئِنُهَا مِنْ إِسْتَبْرَقٍۢ ۚ وَجَنَى ٱلْجَنَّتَيْنِ دَانٍۢ ﴿٥٤﴾
Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.
Mereka bertelekan dengan tenang di atas hamparan yang bagian dalamnya terbuat dari sutra murni. Buah-buahan di kedua surga itu dekat dengan orang yang ingin memetiknya.
(Mereka bersandarkan) menjadi Hal atau kata keterangan keadaan dari 'Amilnya yang tidak disebutkan, yakni mereka bersenang-senang seraya bersandarkan (di atas permadani yang bagian dalamnya terbuat dari sutera) yaitu sutera yang tebal lagi kasar, sedangkan bagian luarnya yang diduduki terbuat dari sutera yang halus sekali. (Dan buah-buahan kedua surga itu) semua buah-buahannya (dapat dipetik dari dekat) artinya, dekat sekali letaknya sehingga mudah dipetik, baik oleh orang yang sedang berdiri maupun yang duduk dan yang sedang berbaring.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٥٥﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌۭ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّۭ ﴿٥٦﴾
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang menundukkan pandangan di hadapan pasangan- pasanganya. Mereka semua perawan, tak pernah didekati sebelumnya oleh manusia atau jin.
(Di dalam surga itu) maksudnya, dalam kedua surga itu dan pada gedung-gedung dan istana-istana yang ada di dalamnya (ada bidadari-bidadari yang selalu menundukkan pandangan matanya) artinya, pandangan mereka terbatas hanya kepada suami-suami mereka saja yang terdiri dari manusia dan jin (tidak pernah disentuh) mereka belum pernah digauli; mereka terdiri dari bidadari-bidadari atau wanita-wanita dunia yang masuk surga (oleh manusia sebelum mereka -penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka dan tidak pula oleh jin).
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٥٧﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
كَأَنَّهُنَّ ٱلْيَاقُوتُ وَٱلْمَرْجَانُ ﴿٥٨﴾
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.
Kecantikan dan keindahan bidadari-bidadari itu bagaikan permata yakut dan merjan.
(Seakan-akan bidadari-bidadari itu permata yaqut) dalam hal beningnya (dan marjan) maksudnya, putihnya bagaikan permata.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٥٩﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
هَلْ جَزَآءُ ٱلْإِحْسَٰنِ إِلَّا ٱلْإِحْسَٰنُ ﴿٦٠﴾
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).
Perbuatan baik tidak akan dibalas kecuali dengan pahala yang baik pula.
(Tidak ada) tiada (balasan kebaikan) atau ketaatan (kecuali kebaikan pula) atau kenikmatan.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٦١﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
وَمِن دُونِهِمَا جَنَّتَانِ ﴿٦٢﴾
Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi
Selain dua surga itu masih ada dua surga lain.
(Dan selain dari kedua surga itu) yakni kedua surga yang telah disebutkan tadi (ada dua surga lagi) yaitu bagi orang yang takut akan saat menghadap kepada Rabbnya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٦٣﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
مُدْهَآمَّتَانِ ﴿٦٤﴾
Kedua surga itu (kelihatan) hijau tua warnanya.
Kedua surga itu berwarna hijau tua sehingga, karena begitu hijaunya, tampak kehitam-hitaman.
(Kedua surga itu hijau tua warnanya) kelihatan hijau pekat karena sangat hijaunya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٦٥﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ ﴿٦٦﴾
Di dalam kedua surga itu ada dua buah mata air yang memancar.
Di dalam kedua surga itu terdapat mata air yang memancar terus, tidak terputus.
(Di dalam kedua surga itu ada dua mata air yang memancar) bagaikan air mancur.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٦٧﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِمَا فَٰكِهَةٌۭ وَنَخْلٌۭ وَرُمَّانٌۭ ﴿٦٨﴾
Di dalam keduanya (ada macam-macam) buah-buahan dan kurma serta delima.
Di dalam kedua surga itu terdapat pula aneka ragam buah-buahan, kurma dan delima. (1) (1) Ayat ini secara khusus menyebut dua nama buah, yaitu kurma dan delima, karena kedua buah itu memang mempunyai beberapa keistimewaan seperti yang kelak dibuktkan oleh ilmu pengetahuan modern. Secara kimiawi buah kurma mempunyai kandungan gula yang tinggi, sekitar 75%. Kandungan gula terbesar terdapat pada tebu dan cairan yang dihasilkan dari buah-buahan manis seperti anggur yang disebut fruktosa. Kurma merupakan buah yang mudah terbakar yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam memproduksi tenaga dan kalori yang sangat tinggi. Tampaknya di situlah letak hikmahnya mengapa Allah memerintahkan Maryam untuk memakan kurma muda sebagai pengganti energi yang dikeluarkan saat melahirkan. Selain itu, buah kurma juga mengandung zat kalsium, zat besi, fosforus yang cukup tinggi dan sangat diperlukan tubuh, sedikit zat asam, vitamin A dan B--yang dapat melindungi tubuh dari penyakit pelagra--protein dan lemak. Kandungan yang begitu kaya itu menjadikan buah kurma sebagai bahan makanan yang sempurna. Sedangkan delima, isi atau perasannya mengandung asam sitrat dengan kadar yang sangat tinggi--jika dibandingkan dengan jenis buah-buahan lainnya--yang, ketika terjadi pembakaran, sangat membantu mengurangi keasaman urine dan darah yang pada gilirannya dapat mencegah penyakit encok atau sengal pada tubuh. Asam sitrat itu yang terkandung dalam buah delima juga dapat membantu membentuk sebagian batu ginjal. Perasan buah delima ini juga mengandung kadar gula yang cukup, sekitar 11%, untuk mempermudah pembakaran dan menghasilkan energi. Selain itu, kulit buah delima juga mempunyai kegunaan karena mengandung astringen yang dapat melindungi perut dari mencret, di samping dapat dimanfaatkan untuk membasmi cacing pita.
(Di dalam keduanya ada buah-buahan dan kurma serta delima) buah kurma dan delima itu menurut suatu pendapat adalah sebagaimana aslinya, tetapi menurut pendapat yang lain tidak seperti bentuk aslinya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٦٩﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
فِيهِنَّ خَيْرَٰتٌ حِسَانٌۭ ﴿٧٠﴾
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
Di dalam surga-surga itu terdapat bidadari-bidadari yang baik akhlaknya dan cantik wajahnya.
(Di dalam surga-surga itu) di kedua surga dan apa-apa yang ada di dalamnya itu (ada bidadari-bidadari yang baik-baik) akhlaknya (lagi cantik-cantik) rupanya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٧١﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
حُورٌۭ مَّقْصُورَٰتٌۭ فِى ٱلْخِيَامِ ﴿٧٢﴾
(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.
Bidadari-bidadari itu mempunyai mata yang begitu indah. Mereka dipingit dalam rumah.
(Bidadari-bidadari itu-sangat jelita) mata mereka sangat jelita (mereka dipingit) tertutup (di dalam kemah-kemah) yang terbuat dari permata yang dilubangi, keadaan mereka diserupakan dengan gadis-gadis yang dipingit di dalam kemahnya.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٧٣﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌۭ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّۭ ﴿٧٤﴾
Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
Mereka tak pernah didekati, sebelum oleh pasangannya, oleh manusia dan jin.
(Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka) sebelum oleh suami-suami mereka (dan tidak pula oleh jin).
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٧٥﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ رَفْرَفٍ خُضْرٍۢ وَعَبْقَرِىٍّ حِسَانٍۢ ﴿٧٦﴾
Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.
Mereka bertelekan di atas singgasana yang mempunyai penutup hijau dan hamparan yang indah dan menakjubkan.
(Mereka bersandarkan) suami-suami mereka bertelekan; I'rab lafal ayat ini sama dengan sebelumnya (pada bantal-bantal yang hijau) merupakan bentuk jamak dari lafal Rafrafatun, artinya permadani atau bantal (dan bergelarkan pada permadani-permadani yang indah) merupakan bentuk jamak dari lafal 'Abqariyyah, artinya permadani.
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿٧٧﴾
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Maka, nikmat Tuhan yang manakah yang kalian ingkari?
(Maka manakah nikmat-nikmat Rabb kamu berdua yang kamu dustakan?)
تَبَٰرَكَ ٱسْمُ رَبِّكَ ذِى ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ ﴿٧٨﴾
Maha Agung nama Tuhanmu Yang Mempunyai Kebesaran dan Karunia.
Mahatinggi dan Mahasuci nama Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan karunia.
(Maha Agung nama Rabbmu Yang mempunyai kebesaran dan Karunia) penafsirannya sebagaimana sebelumnya, dan lafal Ismi pada ayat ini merupakan Isim Zaaid atau Isim yang ditambahkan.