Setting
Surah The Event, The Inevitable [Al-Waqia] in Indonesian
إِذَا وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ ﴿١﴾
Apabila terjadi hari kiamat,
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Apabila hari kiamat terjadi) bilamana hari terakhir tiba.
لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ ﴿٢﴾
tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Tidak ada seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya) maksudnya, tiada seorang pun yang tidak mempercayai kejadiannya sebagaimana ia tidak mempercayainya sewaktu di dunia.
خَافِضَةٌۭ رَّافِعَةٌ ﴿٣﴾
(Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Ia merendahkan dan meninggikan) artinya, kejadian hari kiamat itu menampakkan siapa di antara mereka yang terhina karena dimasukkan ke dalam neraka, dan siapa di antara mereka yang ditinggikan derajatnya karena dimasukkan ke dalam surga.
إِذَا رُجَّتِ ٱلْأَرْضُ رَجًّۭا ﴿٤﴾
apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Apabila bumi diguncangkan dengan se dahsyat-dahsyatnya) yakni bilamana bumi mengalami gempa yang amat dahsyat.
وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّۭا ﴿٥﴾
dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya) atau apabila gunung-gunung dihancurleburkan.
فَكَانَتْ هَبَآءًۭ مُّنۢبَثًّۭا ﴿٦﴾
maka jadilah ia debu yang beterbangan,
[[56 ~ AL-WAQI'AH (HARI KIAMAT) Pendahuluan: Makkiyyah, 96 ayat ~ Surat ini diawali dengan penjelasan tentang terjadinya hari kiamat dan peristiwa- peristiwa yang terjadi pada hari itu yang dilanjutkan dengan penjelasan bahwa manusia, pada hari itu, terbagi ke dalam tiga golongan. Diikuti, kemudian, dengan penjelasan rinci tentang kenikmatan dan siksan yang sesuai dengan kadar kesalehan dan kekafiran masing-masing golongan. Ayat-ayat selanjutnya memaparkan beberapa bentuk karunia Allah, wujud nyata kemahakuasaan-Nya yang ada pada ciptaan-Nya seperti tanaman, air dan neraka, sehingga menjadikan-Nya pantas untuk dipuji dan disucikan. Ayat-ayat dalam surat ini juga bersumpah atas kedudukan al-Qur'ân yang harus disucikan dan mencela sikap orang-orang kafir yang mendustakannya. Padahal seharusnya mereka bersyukur. Setelah itu, surat ini membicarakan secara global tiga golongan yang telah disebut secara rinci di muka beserta kenikmatan dan siksaan yang berhak diterima oleh masing-masing. Surat ini ditutup dengan penegasan bahwa apa yang ada dalam surat ini merupakan keyakinan yang jelas dan kebenaran yang tetap sehingga Allah pantas untuk disucikan.]] Apabila hari kiamat terjadi, tidak seorang pun dapat mendustakan kejadiannya. Kiamat itu merendahkan orang-orang yang sengsara dan meninggikan orang-orang yang bahagia. (1) Ayat ini menjelaskan betapa dahsatnya bencana yang menimpa alam ini pada hari kiamat. Di antaranya adalah bencana alam yang berdampak pada bumi dan lapisan-lapisannya. Bumi yang kita huni ini pada hakikatnya tidak tetap dan seimbang. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan batu yang bertumpuk-tumpuk dan tidak teratur. Terkadang lapisannya tidak sama dengan sebelahnya sehingga membentuk apa yang disebut dengan rongga geologi di banyak tempat. Rongga-rongga inilah yang sejak dahulu, bahkan sampai sekarang, menjadi pusat terjadinya gempa berskala besar. Itu dimungkinkan karena rongga-rongga itu berada di bawah pengaruh daya tarik-menarik yang sangat kuat yang terjadi saat lapisan-lapisan tanah itu terbelah. Maka, apabila kekuatan ini tidak seimbang akibat pengaruh faktor-faktor eksternal lainnya, akan terjadi hentakan yang sangat kuat mengakibatkan goncangan bumi yang dapat menghancurkan permukaan bumi terdekat dari pusat gempa. Penafsiran ayat ini melalui pendekatan sains tidak jauh dari sudut pandang agama. Sebab, mungkin saja Allah menciptakan hukum alam yang demikian banyak dan beragam itu meyatu pada suatu hukum yang tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Dengan begitu, reaksinya yang dahsyat akan merupakan penyebab langsung bagi hancurnya dunia. Dari situ, penafsiran ayat ini dengan menggunakan pendekatan ilmu pengetahuan berjalan seirama dengan ayat-ayat yang mengingatkan betapa besarnya bencana yang akan terjadi itu. Semuanya akan terjadi bila Allah berkehendak memusnahkan.
(Maka jadilah dua debu) yaitu berupa debu (yang beterbangan) yang menyebar ke mana-mana. Lafal Idzaa kedua menjadi Badal dari lafal Idza pertama.
وَكُنتُمْ أَزْوَٰجًۭا ثَلَٰثَةًۭ ﴿٧﴾
dan kamu menjadi tiga golongan.
Pada hari itu, berdasarkan amal perbuatan kalian, kalian semua menjadi tiga golongan.
(Dan kalian menjadi) pada hari kiamat itu (bergolong-golongan) terdiri dari golongan-golongan (yang terbagi tiga).
فَأَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَيْمَنَةِ ﴿٨﴾
Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu.
Pertama, golongan kanan yang mempunyai kedudukan tinggi. Alangkah mulianya kedudukan golongan itu! Kedua, golongan kiri yang merupakan golongan terendah. Alangkah buruknya keadaan mereka!
(Yaitu golongan kanan) mereka adalah orang-orang yang kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan kepadanya dari sebelah kanan. Kalimat ayat ini menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah, (Alangkah mulianya golongan kanan itu) kalimat ayat ini mengandung makna yang mengagungkan dan memuliakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam surga.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْمَشْـَٔمَةِ ﴿٩﴾
Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu.
Pertama, golongan kanan yang mempunyai kedudukan tinggi. Alangkah mulianya kedudukan golongan itu! Kedua, golongan kiri yang merupakan golongan terendah. Alangkah buruknya keadaan mereka!
(Dan golongan kiri) yakni mereka yang kitab catatan amalnya diberikan kepadanya dari sebelah kiri. (Alangkah sengsaranya golongan kiri itu) ungkapan ini mengandung makna yang menghinakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.
وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلسَّٰبِقُونَ ﴿١٠﴾
Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,
Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.
(Dan orang-orang yang paling dahulu) dalam kebaikan, mereka adalah para nabi; ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (yaitu orang-orang yang paling dahulu) lafal ayat ini mengukuhkan makna ayat pertama, dimaksud sebagai ungkapan tentang keagungan kedudukan mereka.
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْمُقَرَّبُونَ ﴿١١﴾
Mereka itulah yang didekatkan kepada Allah.
Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.
(Mereka itulah orang yang didekatkan).
فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ ﴿١٢﴾
Berada dalam jannah kenikmatan.
Ketiga, orang-orang yang berbuat kebaikan di dunia di garis terdepan. Mereka itulah orang-orang yang terlebih dahulu akan memperoleh derajat yang tinggi di akhirat. Mereka adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah. Allah akan memasukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.
(Berada di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan).
ثُلَّةٌۭ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ ﴿١٣﴾
Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,
Orang-orang yang terdekat itu adalah sekelompok besar umat-umat terdahulu bersama nabi mereka masing-masing dan sedikit dari umat Muhammad, jika dibandingkan dengan jumlah mereka.
(Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu) menjadi Mubtada, artinya golongan mayoritas dari umat-umat terdahulu.
وَقَلِيلٌۭ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ ﴿١٤﴾
dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian
Orang-orang yang terdekat itu adalah sekelompok besar umat-umat terdahulu bersama nabi mereka masing-masing dan sedikit dari umat Muhammad, jika dibandingkan dengan jumlah mereka.
(Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian) yakni dari kalangan umat Nabi Muhammad saw. Mereka terdiri dari bagian besar umat-umat terdahulu dan umat Nabi Muhammad adalah orang-orang yang paling dahulu masuk surga.
عَلَىٰ سُرُرٍۢ مَّوْضُونَةٍۢ ﴿١٥﴾
Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,
Mereka berada di atas dipan yang dihiasi dengan permata-permata yang indah sambil bertelekan dengan tenang. Wajah mereka berhadap-hadapan sebagai tanda bertambahnya kecintaan.
(Mereka berada di atas dipan-dipan yang bertahtakan emas dan permata) yaitu singgasana-singgasana yang terbuat dari emas dan permata.
مُّتَّكِـِٔينَ عَلَيْهَا مُتَقَٰبِلِينَ ﴿١٦﴾
seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.
Mereka berada di atas dipan yang dihiasi dengan permata-permata yang indah sambil bertelekan dengan tenang. Wajah mereka berhadap-hadapan sebagai tanda bertambahnya kecintaan.
(Seraya bersandarkan di atasnya berhadap-hadapan) kedua lafal ayat ini berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan bagi Dhamir yang terkandung di dalam Khabar.
يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌۭ مُّخَلَّدُونَ ﴿١٧﴾
Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,
Mereka dikelilingi oleh dua anak yang selalu muda yang siap melayani mereka dengan membawa ceret dan sloki yang dipenuhi dengan minuman surga. Mereka juga membawa gelas yang penuh dengan khamar dari mata air yang mengalir.
(Mereka dikelilingi) oleh para pelayan (yang terdiri dari anak-anak muda yang tetap muda) maksudnya, mereka tetap muda untuk selama-lamanya.
بِأَكْوَابٍۢ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍۢ مِّن مَّعِينٍۢ ﴿١٨﴾
dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,
Mereka dikelilingi oleh dua anak yang selalu muda yang siap melayani mereka dengan membawa ceret dan sloki yang dipenuhi dengan minuman surga. Mereka juga membawa gelas yang penuh dengan khamar dari mata air yang mengalir.
(Dengan membawa gelas-gelas) atau tempat-tempat minum yang tidak ada ikatan atau pegangannya (dan cerek) yakni tempat untuk menuangkan minuman yang mempunyai pegangan dan ada pipa penuangannya (dan guci) yaitu, tempat untuk meminum khamar (yang isinya diambil dari air yang mengalir) yaitu dari khamar yang mengalir dari sumbernya yang tidak pernah kering untuk selama-lamanya.
لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ ﴿١٩﴾
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
Mereka yang meminumnya tidak akan merasa pusing dan mabuk, dan tidak akan hilang akal.
(Mereka tidak pernah merasa pening karenanya dan tidak pula mabuk) dapat dibaca Yanzafuuna atau Yanzifuuna, berasal dari lafal Nazafasy Syaaribu, dan Anzafasy Syaaribu. Artinya mereka tidak merasa pening dan tidak pula merasa mabuk karena meminumnya, berbeda dengan khamar di dunia.
وَفَٰكِهَةٍۢ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ ﴿٢٠﴾
dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,
Para pelayan itu juga membawakan buah-buahan, dengan berbagai macam jenis yang dapat mereka pilih dan lihat, dan daging burung yang mereka inginkan.
(Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih).
وَلَحْمِ طَيْرٍۢ مِّمَّا يَشْتَهُونَ ﴿٢١﴾
dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.
Para pelayan itu juga membawakan buah-buahan, dengan berbagai macam jenis yang dapat mereka pilih dan lihat, dan daging burung yang mereka inginkan.
(Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan) untuk mereka nikmati sepuas-puasnya.
وَحُورٌ عِينٌۭ ﴿٢٢﴾
Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,
Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.
(Dan bidadari-bidadari) yakni wanita-wanita yang memiliki mata hitam pekat pada bagian yang hitamnya dan putih bersih pada bagian yang putihnya (yang bermata jeli) artinya, matanya lebar tetapi cantik. Harakat huruf 'Ainnya dikasrahkan sebagai pengganti dari harakat fatahnya demi untuk menyesuaikan diri dengan huruf Ya sesudahnya. Bentuk tunggalnya adalah 'Ainaa wazannya sama dengan Hamraa. Tetapi menurut suatu qiraat dibaca Huurin 'Inin yakni dibaca Jarr.
كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ ﴿٢٣﴾
laksana mutiara yang tersimpan baik.
Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.
(Laksana mutiara yang tersimpan) yang disimpan dan terpelihara.
جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿٢٤﴾
Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.
Di sana juga terdapat wanita-wanita yang bermata lebar. Kebeningan dan keanggunannya bagaikan mutiara yang terlindungi. Balasan ini diberikan kepada mereka yang berbuat saleh di dunia.
(Sebagai balasan) menjadi Maf'ul Lah, atau Mashdar, sedangkan 'Amilnya diperkirakan keberadaannya, yaitu, Kami jadikan hal-hal yang telah disebutkan itu buat mereka sebagai pembalasan. Atau, Kami memberikan balasan kepada mereka (bagi apa yang telah mereka kerjakan).
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًۭا وَلَا تَأْثِيمًا ﴿٢٥﴾
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,
Di dalam surga, mereka tidak mendengar ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat dan perbincangan yang menimbulkan dosa bagi pendengarnya, selain ucapan sesama mereka, \"Kami sampaikan salam sejahtera.\"
(Mereka tidak mendengar di dalamnya) di dalam surga itu (perkataan yang tidak ada gunanya) yakni perkataan jorok (dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa) maksudnya perkataan yang berdosa.
إِلَّا قِيلًۭا سَلَٰمًۭا سَلَٰمًۭا ﴿٢٦﴾
akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.
Di dalam surga, mereka tidak mendengar ucapan-ucapan yang tidak bermanfaat dan perbincangan yang menimbulkan dosa bagi pendengarnya, selain ucapan sesama mereka, \"Kami sampaikan salam sejahtera.\"
(Akan tetapi) (dikatakan) kepada mereka ucapan (Salam, Salam) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Qiilan; mereka benar-benar mendengarnya.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ ﴿٢٧﴾
Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
Mengenai golongan kanan, tidak ada seorang pun yang tahu ganjaran golongan kanan.
(Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu).
فِى سِدْرٍۢ مَّخْضُودٍۢ ﴿٢٨﴾
Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Berada di antara pohon bidara) atau dikenal dengan nama pohon Nabaq (yang tidak berduri) tidak ada durinya.
وَطَلْحٍۢ مَّنضُودٍۢ ﴿٢٩﴾
dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Dan pohon pisang) yang juga dikenal dengan nama pohon muz (yang bersusun-susun) buahnya mulai dari bagian atas hingga bagian bawahnya.
وَظِلٍّۢ مَّمْدُودٍۢ ﴿٣٠﴾
dan naungan yang terbentang luas,
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Dan naungan yang terbentang luas) untuk selama-lamanya.
وَمَآءٍۢ مَّسْكُوبٍۢ ﴿٣١﴾
dan air yang tercurah,
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Dan air yang tercurah) maksudnya air yang mengalir terus selama-lamanya.
وَفَٰكِهَةٍۢ كَثِيرَةٍۢ ﴿٣٢﴾
dan buah-buahan yang banyak,
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Dan buah-buahan yang banyak).
لَّا مَقْطُوعَةٍۢ وَلَا مَمْنُوعَةٍۢ ﴿٣٣﴾
yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Yang tidak berhenti) buahnya. karena musim-musiman (dan tidak terlarang mengambilnya) artinya, ia boleh diambil tanpa harus membayarnya.
وَفُرُشٍۢ مَّرْفُوعَةٍ ﴿٣٤﴾
dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.
Mereka berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, naungan yang terbentang luas, air yang dituangkan ke bejana sesuka mereka, buah-buahan yang banyak macam dan jenisnya yang tidak terputus-putus setiap masa dan tidak terlarang bagi yang menghendakinya dan kasur yang tebal dan empuk.
(Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk) yang diletakkan di atas dipan-dipan.
إِنَّآ أَنشَأْنَٰهُنَّ إِنشَآءًۭ ﴿٣٥﴾
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung
Sesungguhnya Kami yang memulai penciptaan bidadari dalam bentuk gadis-gadis perawan. Bidadari tersebut sangat dicintai oleh pasangan-pasangan mereka. Masing-masing dengan umur yang berdekatan. Mereka itu disediakan untuk golongan kanan.
(Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung) maksudnya, bidadari-bidadari yang jelita lagi cantik itu Kami ciptakan tanpa melalui proses kelahiran terlebih dahulu.
فَجَعَلْنَٰهُنَّ أَبْكَارًا ﴿٣٦﴾
dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.
Sesungguhnya Kami yang memulai penciptaan bidadari dalam bentuk gadis-gadis perawan. Bidadari tersebut sangat dicintai oleh pasangan-pasangan mereka. Masing-masing dengan umur yang berdekatan. Mereka itu disediakan untuk golongan kanan.
(Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan) yakni perawan semuanya; setiap kali suami-suami mereka menggaulinya, para suami itu menjumpai mereka dalam keadaan perawan kembali; dan tidak ada rasa sakit dikala menggaulinya.
عُرُبًا أَتْرَابًۭا ﴿٣٧﴾
penuh cinta lagi sebaya umurnya.
Sesungguhnya Kami yang memulai penciptaan bidadari dalam bentuk gadis-gadis perawan. Bidadari tersebut sangat dicintai oleh pasangan-pasangan mereka. Masing-masing dengan umur yang berdekatan. Mereka itu disediakan untuk golongan kanan.
(Penuh cinta) dapat dibaca 'Uruban atau 'Urban, bentuk jamak dari lafal 'Aruubun, artinya wanita yang sangat mencintai suaminya dan sangat merindukannya (lagi sebaya umurnya) setara umurnya; bentuk jamak dari lafal Turbun.
لِّأَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ ﴿٣٨﴾
(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,
Sesungguhnya Kami yang memulai penciptaan bidadari dalam bentuk gadis-gadis perawan. Bidadari tersebut sangat dicintai oleh pasangan-pasangan mereka. Masing-masing dengan umur yang berdekatan. Mereka itu disediakan untuk golongan kanan.
(Untuk golongan kanan) menjadi Shilah dari lafal Ansya-naahunna, atau dari lafal Ja'alnaahunna. Yakni Kami ciptakan atau Kami jadikan mereka untuk golongan kanan. Golongan kanan itu adalah,
ثُلَّةٌۭ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ ﴿٣٩﴾
(yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.
Golongan kanan itu adalah kelompok yang banyak dari umat-umat terdahulu dan umat Muhammad.
(segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu).
وَثُلَّةٌۭ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ ﴿٤٠﴾
dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.
Golongan kanan itu adalah kelompok yang banyak dari umat-umat terdahulu dan umat Muhammad.
(Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian).
وَأَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ ﴿٤١﴾
Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
Tentang golongan kiri, tidak ada seorang pun yang tahu azab bagi golongan kiri.
(Dan golongan kiri, alangkah celakanya golongan kiri itu).
فِى سَمُومٍۢ وَحَمِيمٍۢ ﴿٤٢﴾
Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,
Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.
(Dalam angin yang amat panas) yaitu angin panas dari neraka, panas angin itu dapat menembus sampai ke pori-pori (dan air panas yang mendidih) yang panasnya tak terperikan.
وَظِلٍّۢ مِّن يَحْمُومٍۢ ﴿٤٣﴾
dan dalam naungan asap yang hitam.
Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.
(Dan dalam naungan asap yang hitam) mereka diliputi oleh asap yang sangat hitam.
لَّا بَارِدٍۢ وَلَا كَرِيمٍ ﴿٤٤﴾
Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.
Mereka dalam siksaan angin panas yang menembus pori-pori dan mengelilingi mereka. Air yang panas mendidih diminumkan kepada mereka dan dituangkan ke kepala. Mereka berada di bawah naungan asap panas yang hitam, tidak sejuk sehingga dapat meringankan panasnya udara dan tidak menyenangkan bila mereka menghirupnya.
(Tidak sejuk) tidak sebagaimana naungan yang biasanya (dan tidak menyenangkan) tidak baik pemandangannya.
إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ ﴿٤٥﴾
Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.
Sesungguhnya, dahulu, sebelum mendapatkan azab ini, mereka hidup berlebih-lebihan dalam menikmati kenikmatan dunia serta tidak taat kepada Allah.
(Sesungguhnya mereka sebelum itu) yakni sewaktu-waktu berada di dunia (hidup bermewah-mewah) mereka selalu hidup bersenang-senang dan tidak mau melelahkan diri mereka dalam ketaatan.
وَكَانُوا۟ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلْحِنثِ ٱلْعَظِيمِ ﴿٤٦﴾
Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.
Mereka terus menerus melakukan dosa besar. Mereka bersumpah kepada Allah dengan sebenar- benarnya bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.
(Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa) melakukan perbuatan dosa (yang besar) yaitu perbuatan menyekutukan Allah.
وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًۭا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ ﴿٤٧﴾
Dan mereka selalu mengatakan: \"Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?
Dengan mengingkari kebangkitan, mereka berkata, \"Apakah, apabila kami mati dan sebagian badan kami menjadi tanah dan sebagian yang lainya menjadi tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?
(Dan mereka selalu mengatakan, \"Apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?) kedua huruf Hamzah pada dua tempat dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil.
أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ ﴿٤٨﴾
apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?\"
Apakah kami dan nenek moyang kami terdahulu yang telah mati dan telah menjadi tanah yang berserakan di bumi akan dibangkitkan?\"
(Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu dibangkitkan pula?\") lafal Awa huruf Wawunya dibaca Fat-hah, sedangkan huruf Hamzahnya menunjukkan kata tanya, Hamzah atau kata tanya pada ayat ini dan pada ayat sebelumnya mengandung arti Istib'ad, artinya jauh dari kemungkinan; ini berdasarkan keyakinan mereka yang tidak mempercayainya. Tetapi menurut suatu qiraat huruf Wawu dibaca Sukun sehingga bacaannya menjadi Au karena di'athafkan kepada Inna dan Isimnya secara Mahall.
قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ ﴿٤٩﴾
Katakanlah: \"Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,
Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, \"Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.
(Katakanlah, \"Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,)
لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍۢ مَّعْلُومٍۢ ﴿٥٠﴾
benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.
Katakanlah, sebagai jawaban atas keingkaran mereka, \"Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan yang datang kemudian, termasuk kalian, akan dikumpulkan pada waktu dan hari yang telah ditentukan dan tidak dilampaui oleh seorang pun dari mereka.
(benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu) atau waktu yang tertentu (pada hari yang dikenal) yaitu pada hari kiamat.
ثُمَّ إِنَّكُمْ أَيُّهَا ٱلضَّآلُّونَ ٱلْمُكَذِّبُونَ ﴿٥١﴾
Kemudian sesungguhnya kamu hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,
Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.
(Kemudian sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan!)
لَءَاكِلُونَ مِن شَجَرٍۢ مِّن زَقُّومٍۢ ﴿٥٢﴾
benar-benar akan memakan pohon zaqqum,
Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.
(Benar-benar akan memakan pohon zaqqum) lafal Min zaqquum menjadi Bayan dari lafal Min Syajarin.
فَمَالِـُٔونَ مِنْهَا ٱلْبُطُونَ ﴿٥٣﴾
dan akan memenuhi perutmu dengannya.
Sesungguhnya kalian, hai orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran dan mendustakan hari kebangkitan, akan memakan buah dari pohon zaqqum. Kalian akan mengisi perut dengan buah itu karena rasa lapar yang sangat.
(Maka kalian akan memenuhi dengannya) dengan pohon zaqqum itu (perut-perut kalian).
فَشَٰرِبُونَ عَلَيْهِ مِنَ ٱلْحَمِيمِ ﴿٥٤﴾
Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.
Setelah memakan buah itu, kalian meminum air yang sangat panas dan tidak menghilangkan dahaga. Kalian meminumnya dengan sangat banyak seperti seekor unta yang kehausan. Meski demikian, rasa dahaga itu tidak akan hilang.\"
(Sesudah itu kalian minum) yakni sesudah memakan buah pohon zaqqum itu (air yang sangat panas).
فَشَٰرِبُونَ شُرْبَ ٱلْهِيمِ ﴿٥٥﴾
Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.
Setelah memakan buah itu, kalian meminum air yang sangat panas dan tidak menghilangkan dahaga. Kalian meminumnya dengan sangat banyak seperti seekor unta yang kehausan. Meski demikian, rasa dahaga itu tidak akan hilang.\"
(Maka kalian minum seperti minumnya) dapat dibaca Syarba, atau Syurba, dalam keadaan Nashab karena menjadi Mashdar (unta yang kehausan) maksudnya, bagaikan unta yang sedang kehausan. Lafal Al Hiim adalah bentuk jamak dari lafal Haiman untuk jenis jantan, dan untuk jenis betina dikatakan Haimaa; wazannya sama dengan lafal 'Athsyaan dan 'Athsyaa.
هَٰذَا نُزُلُهُمْ يَوْمَ ٱلدِّينِ ﴿٥٦﴾
Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan\".
Aneka macam siksaan yang telah disebutkan itu adalah hidangan yang telah disediakan untuk mereka pada hari pembalasan.
(Itulah hidangan untuk mereka) apa yang disediakan untuk mereka (pada hari pembalasan\") yakni di hari kiamat nanti.
نَحْنُ خَلَقْنَٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُونَ ﴿٥٧﴾
Kami telah menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan?
Kami mulai penciptaan kalian dari tidak ada. Lalu mengapa kalian tidak mengakui kekuasaan Kami dalam membangkitkan kalian?
(Kami telah menciptakan kalian) dari tiada (maka mengapa tidak) kenapa tidak (kalian membenarkan) atau mempercayai adanya hari berbangkit, karena sesungguhnya Allah yang mampu menciptakan mereka. Dia mampu pula untuk menghidupkan mereka kembali.
أَفَرَءَيْتُم مَّا تُمْنُونَ ﴿٥٨﴾
Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
Apakah kalian melihat air mani yang kalian pancarkan ke dalam rahim? Apakah kalian yang memberikan ukurannya dan menghantarkannya dalam beberapa fase hingga menjadi manusia, ataukah Kami yang menciptakannya?
(Maka terangkanlah kepada-Ku nuthfah yang kalian tumpahkan) yakni air mani yang kalian tumpahkan ke dalam rahim wanita.
ءَأَنتُمْ تَخْلُقُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلْخَٰلِقُونَ ﴿٥٩﴾
Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?
Apakah kalian melihat air mani yang kalian pancarkan ke dalam rahim? Apakah kalian yang memberikan ukurannya dan menghantarkannya dalam beberapa fase hingga menjadi manusia, ataukah Kami yang menciptakannya?
(Kamukah) dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil (yang menciptakannya) yakni air mani itu kemudian menjadi manusia (atau Kami kah yang menciptakannya?)
نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ ٱلْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوقِينَ ﴿٦٠﴾
Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,
Kami telah menentukan kematian di antara kalian. Kematian itu akan terjadi pada waktu yang telah ditentukan. Tidak ada yang mengalahkan Kami untuk menggantikan bentuk kalian dengan yang lain. Dan kelak Kami akan menciptakan kalian kembali dalam bentuk yang tidak kalian ketahui.
(Kami telah menentukan) dapat dibaca Qaddarnaa atau Qadarnaa (kematian di antara kalian dan Kami sekali-kali tidak dapat dikalahkan) dibuat tak berdaya.
عَلَىٰٓ أَن نُّبَدِّلَ أَمْثَٰلَكُمْ وَنُنشِئَكُمْ فِى مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٦١﴾
untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.
Kami telah menentukan kematian di antara kalian. Kematian itu akan terjadi pada waktu yang telah ditentukan. Tidak ada yang mengalahkan Kami untuk menggantikan bentuk kalian dengan yang lain. Dan kelak Kami akan menciptakan kalian kembali dalam bentuk yang tidak kalian ketahui.
(Untuk) maksudnya, supaya Kami (menggantikan) menjadikan (orang-orang yang seperti kalian) sebagai pengganti dari kalian (dan menciptakan kalian kelak) di akhirat (dalam keadaan yang tidak kalian ketahui) maksudnya, dalam bentuk yang belum kalian ketahui, seperti dalam bentuk kera atau babi, umpamanya.
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُولَىٰ فَلَوْلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٦٢﴾
Dan Sesungguhnya kamu telah mengetahui penciptaan yang pertama, maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?
Kalian telah meyakini bahwa Allahlah yang menciptakan kalian pertama kali. Maka, apakah kalian tidak ingat bahwa barangsiapa yang kuasa menciptakan yang pertama, maka Dia lebih kuasa untuk menciptakan yang kedua.
(Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui penciptaan yang pertama) menurut suatu qiraat lafal An Nasy`ata boleh dibaca An-Nasya`ata (maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?) lafal Tadzakkaruuna asalnya adalah Tatadzakkaruuna, lalu huruf Ta yang kedua diidgamkan kepada huruf Dzal.
أَفَرَءَيْتُم مَّا تَحْرُثُونَ ﴿٦٣﴾
Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.
Tidakkah kalian melihat apa yang kalian tanam? Kaliankah yang menumbuhkannya, atau hanya Kami?
(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang yang kalian tanam?) yaitu tentang tanah yang kalian bajak lalu kalian semaikan benih-benih di atasnya.
ءَأَنتُمْ تَزْرَعُونَهُۥٓ أَمْ نَحْنُ ٱلزَّٰرِعُونَ ﴿٦٤﴾
Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya?
Tidakkah kalian melihat apa yang kalian tanam? Kaliankah yang menumbuhkannya, atau hanya Kami?
(Kaliankah yang menumbuhkannya) suatu pertanyaan, apakah kalian yang telah menumbuhkannya (ataukah Kami yang menumbuhkannya?)
لَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَٰهُ حُطَٰمًۭا فَظَلْتُمْ تَفَكَّهُونَ ﴿٦٥﴾
Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu heran dan tercengang.
Jika Kami berkehendak, Kami akan menjadikan tanaman itu kering dan rusak sebelum matang. Maka kalian akan terus terheran-heran sambil mengatakan, \"Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian setelah berusaha keras. Bahkan nasib kami buruk, tidak mendapatkan rezeki.\"
(Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia kering lagi keropos) maksudnya, tumbuhan yang kalian tanam itu menjadi kering tak ada biji dan isinya (maka jadilah kalian) pada asalnya lafal Zhaltum adalah Zhaliltum, lalu huruf Lam yang berharakat dibuang demi untuk meringankan bunyi sehingga jadilah Zhaltum, yakni jadilah kalian pada keesokan harinya (heran tercengang) keheranan karena melihat hal tersebut. Lafal Tafakkahuuna asalnya Tatafakkahuuna, lalu salah satu dari kedua huruf Ta dibuang sehingga menjadi Tafakkahuuna.
إِنَّا لَمُغْرَمُونَ ﴿٦٦﴾
(Sambil berkata): \"Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian\",
Jika Kami berkehendak, Kami akan menjadikan tanaman itu kering dan rusak sebelum matang. Maka kalian akan terus terheran-heran sambil mengatakan, \"Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian setelah berusaha keras. Bahkan nasib kami buruk, tidak mendapatkan rezeki.\"
(-Seraya mengatakan-, \"Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian,) biaya yang telah kami tanamkan buat tanaman kami.
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ ﴿٦٧﴾
bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.
Jika Kami berkehendak, Kami akan menjadikan tanaman itu kering dan rusak sebelum matang. Maka kalian akan terus terheran-heran sambil mengatakan, \"Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian setelah berusaha keras. Bahkan nasib kami buruk, tidak mendapatkan rezeki.\"
(Bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa\") kami tidak mendapatkan rezeki apa-apa.
أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ ﴿٦٨﴾
Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
Tidakkah kalian melihat air tawar yang kalian minum? Kaliankah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya, sebagai perwujudan kasih sayang Kami kepada kalian?(1) (1) Kata al-muzn dalam bahasa Arab berarti 'awan yang menurunkan hujan'. Untuk terjadinya hujan diperlukan keadaan cuaca tertentu yang berada di luar kemampuan manusia, seperti adanya angin dingin yang berhembus di atas angin panas, atau keadaan cuaca yang tidak stabil. Adapun hujan buatan yang kita kenal itu sampai saat ini masih merupakan percobaan yang persentase keberhasilannya masih sangat kecil, di samping masih memerlukan beberapa kondisi alam tertentu juga.
(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang air yang kalian minum.)
ءَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ ٱلْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنزِلُونَ ﴿٦٩﴾
Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya?
Tidakkah kalian melihat air tawar yang kalian minum? Kaliankah yang menurunkannya dari awan atau Kamikah yang menurunkannya, sebagai perwujudan kasih sayang Kami kepada kalian?(1) (1) Kata al-muzn dalam bahasa Arab berarti 'awan yang menurunkan hujan'. Untuk terjadinya hujan diperlukan keadaan cuaca tertentu yang berada di luar kemampuan manusia, seperti adanya angin dingin yang berhembus di atas angin panas, atau keadaan cuaca yang tidak stabil. Adapun hujan buatan yang kita kenal itu sampai saat ini masih merupakan percobaan yang persentase keberhasilannya masih sangat kecil, di samping masih memerlukan beberapa kondisi alam tertentu juga.
(Kaliankah yang menurunkannya dari awan) lafal Muzni adalah bentuk jamak dari lafal Muznatun, artinya awan yang membawa air hujan (ataukah Kami yang menurunkannya).
لَوْ نَشَآءُ جَعَلْنَٰهُ أُجَاجًۭا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ ﴿٧٠﴾
Kalau Kami kehendaki, niscaya Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?
Bila Kami menghendaki, niscaya air itu Kami jadikan asin, tidak enak diminum. Tidakkah kalian bersyukur kepada Allah karena telah menjadikan air itu tawar dan enak diminum?
(Kalau Kami kehendaki niscaya Kami jadikan dia asin) berasa asin hingga tidak dapat diminum (maka mengapa tidak) kenapa tidak (kalian bersyukur?
أَفَرَءَيْتُمُ ٱلنَّارَ ٱلَّتِى تُورُونَ ﴿٧١﴾
Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).
Tidakkah kalian melihat api yang kalian nyalakan? Kaliankah yang menciptakan kayunya kemudian membubuhinya api, atau Kamikah yang menciptakannya seperti itu?
(Maka terangkanlah kepada-Ku tentang api yang kalian nyalakan) yang kalian keluarkan dari gosokan-gosokan kayu yang hijau.
ءَأَنتُمْ أَنشَأْتُمْ شَجَرَتَهَآ أَمْ نَحْنُ ٱلْمُنشِـُٔونَ ﴿٧٢﴾
Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya?
Tidakkah kalian melihat api yang kalian nyalakan? Kaliankah yang menciptakan kayunya kemudian membubuhinya api, atau Kamikah yang menciptakannya seperti itu?
(Kaliankah yang menjadikan kayu itu) yang dimaksud adalah pohon Marakh dan pohon 'Affar yang kayunya dapat dijadikan sebagai pemantik api (atau Kamikah yang menjadikannya?).
نَحْنُ جَعَلْنَٰهَا تَذْكِرَةًۭ وَمَتَٰعًۭا لِّلْمُقْوِينَ ﴿٧٣﴾
Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.
Api itu Kami ciptakan supaya mengingatkan orang yang melihatnya kepada neraka jahanam, di samping agar dimanfaatkan oleh orang yang singgah di padang pasir untuk memasak dan berdiang.
(Kami menjadikan api itu untuk peringatan) yakni mengingatkan tentang neraka Jahanam (dan sebagai bekal) dalam perjalanan (bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan) diambil dari lafal Aqwal Qaumu, yakni kaum itu kini berada di padang pasir yang tandus, tiada tumbuh-tumbuhan dan air padanya.
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ ﴿٧٤﴾
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar.
Selalu bertasbihlah kamu dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Mahaagung untuk menyucikan-Nya dan rasa syukur atas karunia yang besar itu!
(Maka bertasbihlah) artinya, Maha Sucikanlah (dengan menyebut nama) huruf Ba di sini adalah Zaidah (Rabbmu Yang Maha Besar) yakni Allah Yang Maha Besar.
۞ فَلَآ أُقْسِمُ بِمَوَٰقِعِ ٱلنُّجُومِ ﴿٧٥﴾
Maka Aku bersumpah dengan masa turunnya bagian-bagian Al-Quran.
Aku benar-benar bersumpah demi tempat-tempat tenggelamnya bintang-bintang di penghujung malam, yaitu waktu-waktu untuk salat tahajud dan istigfar. Sumpah itu--bila kalian pikirkan kandungannya--sangat penting dan mempunyai pengaruh yang amat dalam. (1) (1) Dua ayat ini menjelaskan betapa pentingnya sumpah yang diucapkan itu. Bintang merupakan benda langit yang bersinar sendiri. Di antara bintang-bintang itu, yang paling dekat dengan planet kita adalah matahari dengan jarak ± 500 tahun cahaya. Sedang bintang yang terdekat berikutnya berjarak ± 4 tahun cahaya. Energi yang kita dapatkan dari matahari merupakan komponen utama kehidupan. Seandainya jarak antara matahari dan bumi lebih jauh atau lebih dekat dari yang ada sekarang, kehidupan ini akan menjadi demikian sulit dan bahkan hampir mustahil. Di samping itu, besar-kecilnya bintang-bintang itu pun beragam pula. Ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran lebih kecil. Di antara yang berukuran besar itu adalah matahari yang jaraknya dengan bumi seperti yang ada sekarang. Selain itu, terdapat pula gugusan bintang yang disebut tandan, beredar di luar angkasa dan sesekali melintasi galaksi Bimasakti. Pada saat melintasi Bimasakti itu, apabila secara kebetulan gugusan itu menabrak tata surya kita, maka akan terjadi kehancuran. Begitu juga bila terjadi, umpamanya, suatu bintang mendekati matahari, maka akan merusak keseimbangan dan akhirnya membawa kepada kehancuran juga. Dari itu, tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat dijadikan pelajaran tampak pada alam semesta yang Dia ciptakan dan Dia atur.
(Maka Aku bersumpah) huruf Laa di sini adalah Zaidah (dengan nama tempat-tempat terbenamnya bintang-bintang) tempat-tempat bintang-bintang tenggelam.
وَإِنَّهُۥ لَقَسَمٌۭ لَّوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ ﴿٧٦﴾
Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu mengetahui.
Aku benar-benar bersumpah demi tempat-tempat tenggelamnya bintang-bintang di penghujung malam, yaitu waktu-waktu untuk salat tahajud dan istigfar. Sumpah itu--bila kalian pikirkan kandungannya--sangat penting dan mempunyai pengaruh yang amat dalam. (1) (1) Dua ayat ini menjelaskan betapa pentingnya sumpah yang diucapkan itu. Bintang merupakan benda langit yang bersinar sendiri. Di antara bintang-bintang itu, yang paling dekat dengan planet kita adalah matahari dengan jarak ± 500 tahun cahaya. Sedang bintang yang terdekat berikutnya berjarak ± 4 tahun cahaya. Energi yang kita dapatkan dari matahari merupakan komponen utama kehidupan. Seandainya jarak antara matahari dan bumi lebih jauh atau lebih dekat dari yang ada sekarang, kehidupan ini akan menjadi demikian sulit dan bahkan hampir mustahil. Di samping itu, besar-kecilnya bintang-bintang itu pun beragam pula. Ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran lebih kecil. Di antara yang berukuran besar itu adalah matahari yang jaraknya dengan bumi seperti yang ada sekarang. Selain itu, terdapat pula gugusan bintang yang disebut tandan, beredar di luar angkasa dan sesekali melintasi galaksi Bimasakti. Pada saat melintasi Bimasakti itu, apabila secara kebetulan gugusan itu menabrak tata surya kita, maka akan terjadi kehancuran. Begitu juga bila terjadi, umpamanya, suatu bintang mendekati matahari, maka akan merusak keseimbangan dan akhirnya membawa kepada kehancuran juga. Dari itu, tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat dijadikan pelajaran tampak pada alam semesta yang Dia ciptakan dan Dia atur.
(Sesungguhnya sumpah itu) sumpah dengan memakai namanya ita (adalah sumpah yang besar kalau kalian mengetahui) jika kalian termasuk orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan niscaya kalian mengetahui besarnya sumpah ini.
إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌۭ كَرِيمٌۭ ﴿٧٧﴾
Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,
Aku bersumpah, bahwa ini adalah benar-benar al-Qur'ân yang banyak manfaatnya dan terpelihara di al-Lawh al-Mahfûzh hingga tidak dapat diketahui kecuali oleh para malaikat yang dekat.
(Sesungguhnya ini) yakni yang dibacakan kepada kalian (adalah Alquran yang sangat mulia).
فِى كِتَٰبٍۢ مَّكْنُونٍۢ ﴿٧٨﴾
pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),
Aku bersumpah, bahwa ini adalah benar-benar al-Qur'ân yang banyak manfaatnya dan terpelihara di al-Lawh al-Mahfûzh hingga tidak dapat diketahui kecuali oleh para malaikat yang dekat.
(Pada Kitab) yang tertulis dalam Kitab (yang terpelihara) yang dijaga, maksudnya Mushhaf Alquran.
لَّا يَمَسُّهُۥٓ إِلَّا ٱلْمُطَهَّرُونَ ﴿٧٩﴾
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.
Al-Qur'ân itu tidak disentuh kecuali oleh mereka yang tersucikan dari kotoran dan hadas, diturunkan dari Allah, Tuhan semua makhluk.
(Tidak menyentuhnya) adalah kalimat berita, tetapi mengandung makna perintah, yakni jangan menyentuhnya (kecuali orang-orang yang telah bersuci) yakni orang-orang yang telah menyucikan dirinya dari hadas-hadas.
تَنزِيلٌۭ مِّن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ﴿٨٠﴾
Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.
Al-Qur'ân itu tidak disentuh kecuali oleh mereka yang tersucikan dari kotoran dan hadas, diturunkan dari Allah, Tuhan semua makhluk.
(Diturunkan) ia diturunkan (dari Rabb semesta alam).
أَفَبِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَنتُم مُّدْهِنُونَ ﴿٨١﴾
Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?
Apakah kalian berpaling dan memandang remeh kedudukan al-Qur'ân yang agung ini?
(Maka apakah terhadap firman ini) Alquran ini (kalian menganggapnya remeh?) meremehkan dan mendustakannya
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ ﴿٨٢﴾
kamu mengganti rezeki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.
Lalu, yang seharusnya mensyukuri rezeki, kalian malah mendustakan al-Qur'ân.
(Kalian menjadikan rezeki yang diberikan kepada kalian) yaitu berupa air hujan; kalian membalasnya (dengan mendustakan) rezeki yang diberikan Allah kepada kalian berupa air hujan itu karena kalian telah mengatakan, \"Kami di beri hujan oleh bintang anu\".
فَلَوْلَآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلْحُلْقُومَ ﴿٨٣﴾
Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,
Bukankah ketika nyawa salah seorang di antara kalian telah sampai di kerongkongan, pada saat-saat sekarat, dan pada saat itu kalian sendiri menyaksikannya, sedang Kami lebih dekat dan lebih tahu tentang keadaanya, tetapi kaian tidak mengetahui dan merasakannya?
(Maka mengapa tidak) kenapa tidak (sewaktu nyawa sampai) pada saat menjelang kematian (di tenggorokan) yakni pada saat nyawa sampai pada kerongkongan.
وَأَنتُمْ حِينَئِذٍۢ تَنظُرُونَ ﴿٨٤﴾
padahal kamu ketika itu melihat,
Bukankah ketika nyawa salah seorang di antara kalian telah sampai di kerongkongan, pada saat-saat sekarat, dan pada saat itu kalian sendiri menyaksikannya, sedang Kami lebih dekat dan lebih tahu tentang keadaanya, tetapi kaian tidak mengetahui dan merasakannya?
(Padahal kalian) hai orang-orang yang menghadiri saat kematian (ketika itu melihat) kapada orang yang sedang mengalami kematiannya.
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ ﴿٨٥﴾
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,
Bukankah ketika nyawa salah seorang di antara kalian telah sampai di kerongkongan, pada saat-saat sekarat, dan pada saat itu kalian sendiri menyaksikannya, sedang Kami lebih dekat dan lebih tahu tentang keadaanya, tetapi kaian tidak mengetahui dan merasakannya?
(Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kalian) yakni melalui pengetahuan-Ku. (Tetapi kalian tidak melihat) kalian tidak mengetahui hal tersebut, lafal Tubshiruuna ini diambil dari lafal Bashiirah yang artinya melihat.
فَلَوْلَآ إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ ﴿٨٦﴾
maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?
Jika kalian tidak tunduk di bawah ketuhanan Kami, mengapa tidak kalian kembalikan saja nyawa itu, jika pernyataan kalian bahwa kalian memiliki kekuatan yang tidak tertundukkan itu memang benar?
(Maka mengapa tidak) kenapa tidak (jika kalian merasa tidak akan dibalas) merasa tidak akan dibangkitkan nanti, sesuai dengan dugaan kalian.
تَرْجِعُونَهَآ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ ﴿٨٧﴾
Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?
Jika kalian tidak tunduk di bawah ketuhanan Kami, mengapa tidak kalian kembalikan saja nyawa itu, jika pernyataan kalian bahwa kalian memiliki kekuatan yang tidak tertundukkan itu memang benar?
(Kalian mengembalikan nyawa itu) maksudnya, mengembalikannya ke dalam tubuh kalian sendiri sesudah nyawa itu mencapai kerongkongan? (jika kalian adalah orang-orang yang benar) di dalam pengakuan kalian itu. Lafal Falaulaa yang kedua mengukuhkan makna lafal Laulaa pertama. Sedangkan lafal Idzaa yang terkandung di dalam lafal Hiinaidzin menjadi Zharaf bagi lafal Tarji'uuna yang bergantung kepadanya kedua Syarat tersebut. Makna ayat, mengapa kalian tidak mengembalikan nyawa kalian sendiri ke dalam tubuh kalian, jika kalian tidak mempercayai adanya hari berbangkit dan kalian benar-benar meniadakannya? Yakni hendaknya kalian meniadakan pula kematian itu sebagai pengganti dari ketidakpercayaan kalian kepada adanya hari berbangkit.
فَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُقَرَّبِينَ ﴿٨٨﴾
adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
Kalau orang yang mati itu berasal dari golongan yang paling dahulu beriman dan didekatkan kepada Allah, maka kesudahannya adalah kenyamanan, kasih sayang, rezeki yang baik, dan surga yang berisikan kesenangan.
(Adapun jika dia) orang yang mati itu (termasuk orang-orang yang didekatkan-kepada Allah-).
فَرَوْحٌۭ وَرَيْحَانٌۭ وَجَنَّتُ نَعِيمٍۢ ﴿٨٩﴾
maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan.
Kalau orang yang mati itu berasal dari golongan yang paling dahulu beriman dan didekatkan kepada Allah, maka kesudahannya adalah kenyamanan, kasih sayang, rezeki yang baik, dan surga yang berisikan kesenangan.
(Maka dia memperoleh ketenteraman) dia mendapatkan ketenangan (dan rezeki) yang baik (serta surga yang penuh dengan kenikmatan) apakah jawab ini bagi lafal Amma ataukah bagi In, ataukah menjadi Jawab bagi kedua-duanya?, sehubungan dengan masalah ini ada beberapa pendapat.
وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ ﴿٩٠﴾
Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,
Jika orang itu berasal dari golongan kanan, maka ia akan disambut dengan salam kehormatan, \"Salam sejahtera untukmu dari saudara-saudaramu di golongan kanan.\"
(Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan).
فَسَلَٰمٌۭ لَّكَ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ ﴿٩١﴾
maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan.
Jika orang itu berasal dari golongan kanan, maka ia akan disambut dengan salam kehormatan, \"Salam sejahtera untukmu dari saudara-saudaramu di golongan kanan.\"
(Maka keselamatan bagi kamu) yakni baginya keselamatan dari siksaan (karena kamu termasuk golongan kanan) karena dia termasuk di antara mereka.
وَأَمَّآ إِن كَانَ مِنَ ٱلْمُكَذِّبِينَ ٱلضَّآلِّينَ ﴿٩٢﴾
Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,
Dan jika orang itu berasal dari golongan kiri yang pendusta dan sesat, maka ia akan mendapatkan tempat tinggal dan kampung yang dilengkapi dengan air yang sangat panas, dan akan dibakar dengan api yang sangat berkobar.
(Dan adapun jika dia termasuk golongan orang-orang yang mendustakan lagi sesat).
فَنُزُلٌۭ مِّنْ حَمِيمٍۢ ﴿٩٣﴾
maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,
Dan jika orang itu berasal dari golongan kiri yang pendusta dan sesat, maka ia akan mendapatkan tempat tinggal dan kampung yang dilengkapi dengan air yang sangat panas, dan akan dibakar dengan api yang sangat berkobar.
(Maka dia mendapat hidangan air yang sangat panas).
وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ ﴿٩٤﴾
dan dibakar di dalam jahannam.
Dan jika orang itu berasal dari golongan kiri yang pendusta dan sesat, maka ia akan mendapatkan tempat tinggal dan kampung yang dilengkapi dengan air yang sangat panas, dan akan dibakar dengan api yang sangat berkobar.
(Dan dibakar di dalam neraka Jahim).
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ حَقُّ ٱلْيَقِينِ ﴿٩٥﴾
Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.
Yang tersebut dalam surat yang mulia ini adalah benar-benar suatu keyakinan yang tidak mengandung keraguan.
(Sesungguhnya yang disebutkan ini adalah suatu keyakinan yang benar) lafal Haqqul Yaqiin termasuk ungkapan dengan memakai cara mengidhafahkan Maushuf kepada sifatnya.
فَسَبِّحْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلْعَظِيمِ ﴿٩٦﴾
Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha Besar.
Maka bertasbihlah selalu dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Mahaagung untuk menyucikan dan bersyukur atas karunia-karunia-Nya.
(Maka bertasbihlah kamu dengan menyebut nama Rabbmu Yang Maha Besar) penafsirannya sebagaimana yang telah lalu.