Setting
Surah Defrauding [Al-Mutaffifin] in Indonesian
وَيْلٌۭ لِّلْمُطَفِّفِينَ ﴿١﴾
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang
[[83 ~ AL-MUTHAFFIFIN (ORANG-ORANG YANG CURANG) Pendahuluan: Makkiyyah, 36 ayat ~ Surat al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan terjadi. Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya yang berani mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam. Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka. Disebutkan pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan. Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Akhirnya, surat ini ditutup dengan janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat. Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan. Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orang-orang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka di dunia.]] Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran yang pas atau cenderung minta dilebihkan. Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.
(Kecelakaan besarlah) lafal Wailun merupakan kalimat yang mengandung makna azab; atau merupakan nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam (bagi orang-orang yang curang.)
ٱلَّذِينَ إِذَا ٱكْتَالُوا۟ عَلَى ٱلنَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ﴿٢﴾
(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi,
[[83 ~ AL-MUTHAFFIFIN (ORANG-ORANG YANG CURANG) Pendahuluan: Makkiyyah, 36 ayat ~ Surat al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan terjadi. Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya yang berani mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam. Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka. Disebutkan pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan. Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Akhirnya, surat ini ditutup dengan janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat. Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan. Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orang-orang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka di dunia.]] Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran yang pas atau cenderung minta dilebihkan. Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.
(Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari) atau mereka menerimanya dari (orang lain, mereka minta dipenuhi) minta supaya takaran itu dipenuhi.
وَإِذَا كَالُوهُمْ أَو وَّزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴿٣﴾
dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
[[83 ~ AL-MUTHAFFIFIN (ORANG-ORANG YANG CURANG) Pendahuluan: Makkiyyah, 36 ayat ~ Surat al-Muthaffifîn dibuka dengan beberapa ayat yang berisi ancaman sangat keras terhadap orang-orang yang melakukan kecurangan dalam bermuamalat, secara khusus dalam soal timbang- menimbang. Kecurangan itu digambarkan dalam sekelompok orang yang cenderung minta dilebihkan takarannya demi keuntungan pribadi tetapi mengurangi jumlah yang semestinya saat menimbang untuk orang lain. Surat ini mengancam orang-orang yang melakukan hal tersebut bahwa hari pembangkitan dan perhitungan pasti akan terjadi. Selain itu, surat ini juga menegaskan bahwa perbuatan mereka itu tercatat dalam sebuah buku. Hanya orang-orang zalim, bergelimang dosa dan terhalang dari Tuhannya yang berani mendustakan catatan buku itu. Tempat kembali mereka, kelak, adalah nereka Jahanam. Pembicaraan kemudian dialihkan kepada ihwal kalangan manusia yang berbakti kepada Allah dengan memberikan keterangan mengenai apa yang telah mereka lakukan. Disebutkan, misalnya, berbagai kenikmatan yang bakal mereka rasakan dan, sekaligus, ciri-ciri mereka. Disebutkan pula sebuah perbuatan yang mereka perlombakan. Ayat-ayat selanjutnya menggambarkan apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang jahat terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka melihat orang-orang Mukmin atau ketika orang-orang Mukmin itu berlalu di hadapan mereka. Akhirnya, surat ini ditutup dengan janji bahwa orang-orang beriman akan diperlakukan secara adil di hari kiamat. Mereka akan ditempatkan di dalam kehidupan yang penuh kesenangan. Mereka akan memandangi dan mentertawakan orang-orang kafir dari atas dipan-dipan yang indah. Sementara orang-orang kafir itu akan mendapatkan balasan buruk yang setimpal dengan perbuatan mereka di dunia.]] Kehancuranlah bagi orang-orang yang berbuat curang. Yaitu orang-orang yang kalau menerima timbangan dari orang lain selalu meminta ukuran yang pas atau cenderung minta dilebihkan. Akan tetapi, jika menimbang untuk orang lain, mereka berbuat curang sehingga dapat merugikan hak orang lain yang semestinya dipenuhi.
(Dan apabila mereka menakar untuk orang lain) atau menakarkan buat orang lainnya (atau menimbang buat orang lain) artinya mereka menimbang buat orang lain (mereka mengurangi) takaran atau timbangan.
أَلَا يَظُنُّ أُو۟لَٰٓئِكَ أَنَّهُم مَّبْعُوثُونَ ﴿٤﴾
Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,
Tidakkah terdetik dalam hati orang yang curang bahwa mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat yang amat dahsyat?
(Tidakkah) Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna celaan (mempunyai sangkaan) artinya merasa yakin (mereka itu, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan.)
لِيَوْمٍ عَظِيمٍۢ ﴿٥﴾
pada suatu hari yang besar,
Tidakkah terdetik dalam hati orang yang curang bahwa mereka akan dibangkitkan pada hari kiamat yang amat dahsyat?
(Pada suatu hari yang besar) maksudnya pada hari itu mereka dibangkitkan, yaitu pada hari kiamat.
يَوْمَ يَقُومُ ٱلنَّاسُ لِرَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ ﴿٦﴾
(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?
Ketika seluruh manusia berdiri tegak memenuhi perintah dan keputusan Tuhan Penguasa alam?
(Yaitu hari) lafal Yauma menjadi Badal dari lafal Yaumin secara Mahall, yang dinashabkannya adalah lafal Mab'uutsuuna. Lengkapnya pada hari mereka dibangkitkan (manusia berdiri) dari kuburan mereka (menghadap Rabb semesta alam) artinya, semua makhluk dihidupkan kembali untuk memenuhi perintah, hisab dan pembalasan-Nya.
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلْفُجَّارِ لَفِى سِجِّينٍۢ ﴿٧﴾
Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.
Hindarilah kecurangan dan sadarlah akan hari kebangkitan! Sesungguhnya catatan perbuatan orang-orang yang berdosa tersimpan di dalam Sijjîn.
(sekali-kali tidak) maksudnya, benarlah (karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka) yakni kitab catatan amal perbuatan orang-orang kafir (tersimpan dalam sijjiin) menurut suatu pendapat; sijjiin itu adalah nama sebuah kitab yang mencatat semua amal perbuatan setan dan orang kafir. Menurut suatu pendapat lagi sijjiin itu adalah nama tempat yang berada di lapisan bumi yang ketujuh; tempat itu merupakan pangkalan iblis dan bala tentaranya.
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا سِجِّينٌۭ ﴿٨﴾
Tahukah kamu apakah sijjin itu?
Tahukah kamu apakah Sijjîn itu?
(Tahukah kamu apakah sijjiin itu?) maksudnya apakah kitab sijjiin itu?
كِتَٰبٌۭ مَّرْقُومٌۭ ﴿٩﴾
(Ialah) kitab yang bertulis.
Sijjîn adalah sebuah buku yang berisi catatan yang ditulis dengan jelas.
(Ialah kitab yang bertulis) yakni yang mempunyai catatan.
وَيْلٌۭ يَوْمَئِذٍۢ لِّلْمُكَذِّبِينَ ﴿١٠﴾
Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan,
Celakalah para pendusta, di saat datang hari kebangkitan dan pembalasan.
(Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.)
ٱلَّذِينَ يُكَذِّبُونَ بِيَوْمِ ٱلدِّينِ ﴿١١﴾
(yaitu) orang-orang yang mendustakan hari pembalasan.
Yaitu manusia yang mendustakan hari pembalasan.
(Yaitu-orang-orang yang mendustakan hari pembalasan) lafal ayat ini berkedudukan sebagai Badal atau Bayan dari lafal Al-Mukadzdzibiin pada ayat sebelumnya.
وَمَا يُكَذِّبُ بِهِۦٓ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ ﴿١٢﴾
Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas lagi berdosa,
Sesungguhnya tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu kecuali orang yang melampau batas dan banyak berbuat dosa.
(Dan tidak ada yang mendustakan hari pembalasan itu melainkan setiap orang yang melampaui batas) atau melanggar batas (lagi berdosa) maksudnya banyak dosanya; lafal Atsiim adalah bentuk Mubalaghah dari lafal Aatsim.
إِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِ ءَايَٰتُنَا قَالَ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ ﴿١٣﴾
yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: \"Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu\"
Jika diperdengarkan kepada mereka ayat-ayat Allah yang berbicara tentang hari pembalasan, mereka berkata, \"Itu hanya legenda orang-orang terdahulu.\"
(Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami) yakni Alquran (ia berkata, \"Itu adalah dongengan-dongengan orang-orang yang dahulu\") atau cerita-cerita yang dibuat di masa silam. Lafal Asaathiir bentuk jamak dari lafal Usthuurah atau Isthaarah.
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ ﴿١٤﴾
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.
Hindarilah, wahai orang-orang yang melampaui batas, kata-kata yang kalian lontarkan! Hati orang-orang yang melampaui batas itu telah tertutup oleh sikap kafir dan kemaksiatan yang mereka perbuat.
(Sekali-kali tidak demikian) lafal ini mengandung makna hardikan dan cegahan terhadap perkataan mereka yang demikian itu (sebenarnya telah menodai) telah menutupi (atas hati mereka) sehingga hati mereka tertutup oleh noda itu (apa yang selalu mereka usahakan itu) yakni kedurhakaan-kedurhakaan yang selalu mereka kerjakan, sehingga mirip dengan karat yang menutupi hati mereka.
كَلَّآ إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍۢ لَّمَحْجُوبُونَ ﴿١٥﴾
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka.
Para pendusta itu benar-benar terhalangi dari rahmat Allah, lantaran maksiat itu.
(Sekali-kali tidak) artinya benarlah (sesungguhnya mereka pada hari itu terhadap Rabb mereka) pada hari kiamat (benar-benar tertutup) sehingga mereka tidak dapat melihat-Nya.
ثُمَّ إِنَّهُمْ لَصَالُوا۟ ٱلْجَحِيمِ ﴿١٦﴾
Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka.
(Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk Jahim) yakni mereka memasuki neraka yang membakar.
ثُمَّ يُقَالُ هَٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ ﴿١٧﴾
Kemudian, dikatakan (kepada mereka): \"Inilah azab yang dahulu selalu kamu dustakan\".
Lalu dikatakan kepada mereka, sebagai penghinaan, \"Siksa yang diturunkan pada kalian saat ini adalah siksa yang di dunia dahulu kalian dustakan kebenarannya.\"
(Kemudian dikatakan) kepada mereka (\"Inilah) maksudnya azab ini (yang dahulu selalu kalian dustakan.\")
كَلَّآ إِنَّ كِتَٰبَ ٱلْأَبْرَارِ لَفِى عِلِّيِّينَ ﴿١٨﴾
Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam 'Illiyyin.
Sungguh, catatan perbuatan golongan manusia yang berbakti berada dalam 'Illiyyûn.
(Sekali-kali tidak) artinya benarlah (sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu) yaitu kitab catatan amal perbuatan orang-orang mukmin yang imannya benar-benar ikhlas (berada dalam 'Illiyyiin) menurut suatu pendapat 'Illiyyiin adalah nama kitab yang mencatat semua amal kebaikan para malaikat dan orang-orang yang beriman dari kalangan manusia dan jin. Menurut pendapat lain 'Illiyyiin adalah nama sebuah tempat yang terletak di langit yang ketujuh, di bawah Arasy.
وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا عِلِّيُّونَ ﴿١٩﴾
Tahukah kamu apakah 'Illiyyin itu?
Tahukah kamu apakah 'Illiyyûn itu?
(Tahukah kamu) atau apakah kamu mengetahui (apakah 'Illiyyiin itu?) apakah kitab 'Illiyyiin itu?
كِتَٰبٌۭ مَّرْقُومٌۭ ﴿٢٠﴾
(Yaitu) kitab yang bertulis,
'Illiyyûn adalah kitab yang tertulis dengan tulisan yang sangat jelas, yang disaksikan dan dijaga oleh malaikat-malaikat yang dekat.
Yaitu (kitab yang bertulis) kitab yang ada catatannya.
يَشْهَدُهُ ٱلْمُقَرَّبُونَ ﴿٢١﴾
yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah).
'Illiyyûn adalah kitab yang tertulis dengan tulisan yang sangat jelas, yang disaksikan dan dijaga oleh malaikat-malaikat yang dekat.
(Yang disaksikan oleh yang didekatkan) yakni malaikat-malaikat yang didekatkan.
إِنَّ ٱلْأَبْرَارَ لَفِى نَعِيمٍ ﴿٢٢﴾
Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga),
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti akan berada dalam kehidupan penuh kesenangan di surga. Dari atas dipan, mereka memandangi kenikmatan dan kemurahan yang diberikan Allah.
(Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu berada dalam kenikmatan yang berlimpah) yakni surga.
عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ ﴿٢٣﴾
mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti akan berada dalam kehidupan penuh kesenangan di surga. Dari atas dipan, mereka memandangi kenikmatan dan kemurahan yang diberikan Allah.
(Di atas dipan-dipan) atau di atas ranjang-ranjang yang berkelambu (mereka memandang) kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepada mereka.
تَعْرِفُ فِى وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ ٱلنَّعِيمِ ﴿٢٤﴾
Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.
Dari wajah mereka, kamu dapat mengetahui kesenangan hidup yang penuh kenikmatan.
(Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan) yakni wajah-wajah yang cerah penuh dengan kenikmatan hidup.
يُسْقَوْنَ مِن رَّحِيقٍۢ مَّخْتُومٍ ﴿٢٥﴾
Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
Kepada mereka disuguhkan minuman murni yang tersimpan. Semakin lama disimpan, minuman itu semakin bertambah lezat aromanya. Hendaknya manusia saling berlomba untuk mendapatkan kesenangan seperti itu.
(Mereka diberi minum dari khamar murni) atau khamar yang bersih dari kotoran (yang dilak) tempat-tempatnya dan tidak pernah dibuka selain oleh mereka.
خِتَٰمُهُۥ مِسْكٌۭ ۚ وَفِى ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ ٱلْمُتَنَٰفِسُونَ ﴿٢٦﴾
laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
Kepada mereka disuguhkan minuman murni yang tersimpan. Semakin lama disimpan, minuman itu semakin bertambah lezat aromanya. Hendaknya manusia saling berlomba untuk mendapatkan kesenangan seperti itu.
(Laknya adalah kesturi) setelah diminum keluar daripadanya bau minyak kesturi (dan untuk meraih yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba) artinya hendaklah mereka menginginkannya dengan cara bersegera taat kepada Allah swt.
وَمِزَاجُهُۥ مِن تَسْنِيمٍ ﴿٢٧﴾
Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim,
Campuran khamar murni itu bersal dari air tasnîm di dalam surga, sebuah sumber air yang hanya boleh diminum oleh penghuni surga yang didekatkan kepada Allah.
(Dan campuran khamar murni itu) yaitu barang yang dicampurkan ke dalamnya (adalah tasnim) makna tasnim ditafsirkan atau dijelaskan oleh firman berikutnya:
عَيْنًۭا يَشْرَبُ بِهَا ٱلْمُقَرَّبُونَ ﴿٢٨﴾
(yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
Campuran khamar murni itu bersal dari air tasnîm di dalam surga, sebuah sumber air yang hanya boleh diminum oleh penghuni surga yang didekatkan kepada Allah.
(Yaitu mata air) dinashabkan oleh lafal Amdaha yang tidak disebutkan (yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah) atau makna lafal Yasyrabu ini mengandung pengertian Yaltadzdzu; artinya yang minum dengan lezatnya adalah orang-orang yang didekatkan kepada Allah dari mata air itu.
إِنَّ ٱلَّذِينَ أَجْرَمُوا۟ كَانُوا۟ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يَضْحَكُونَ ﴿٢٩﴾
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman.
Sesungguhnya orang yang melakukan kejahatan-kejahatan menyangkut agama, dengan nada mengejek, mereka selalu mentertawakan orang-orang yang beriman di dunia.
(Sesungguhnya orang-orang yang berdosa) seperti Abu Jahal dan lain-lainnya (adalah mereka terhadap orang-orang yang beriman) seperti Ammar bin Yasir, Bilal bin Rabbah dan lain-lainnya (mereka selalu menertawakannya) dan memperolok-olokkannya.
وَإِذَا مَرُّوا۟ بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ ﴿٣٠﴾
Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya.
Ketika orang-orang yang beriman berlalu di hadapan orang-orang yang mengejek itu, mereka saling menggunjing sebagai bentuk ejekan.
(Dan apabila mereka berlalu) yakni orang-orang yang beriman itu (di hadapan orang-orang yang berdosa, maka orang-orang yang berdosa itu saling mengedipkan matanya) di antara sesama mereka mengisyaratkan dengan kedipan dan picingan alis mereka kepada orang-orang mukmin yang lewat di hadapan mereka. Isyarat ini untuk memperolok-olokkan mereka yang lewat itu.
وَإِذَا ٱنقَلَبُوٓا۟ إِلَىٰٓ أَهْلِهِمُ ٱنقَلَبُوا۟ فَكِهِينَ ﴿٣١﴾
Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.
Dan mereka merasa sangat puas dengan tindakan itu, ketika kembali kepada kelompok mereka.
(Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali) pulang (kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira) menurut suatu qiraat dibaca Faakihiina bukan Fakihiina; artinya mereka merasa puas karena telah memperolok-olokkan kaum mukmin.
وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ لَضَآلُّونَ ﴿٣٢﴾
Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: \"Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat\",
Apabila melihat orang-orang beriman, meraka berkata, \"Mereka adalah orang-orang tersesat karena mau percaya kepada Muhammad.\" Padahal tidak ada yang memerintah orang-orang yang mengejek itu untuk memberikan penilaian terhadap orang lain: apakah dia tertunjuki atau tersesat, juga bukan untuk menjadi pengawas bagi perbuatan orang lain.
(Dan apabila mereka melihatnya) yakni melihat orang-orang yang beriman (mereka mengatakan, \"Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat\") karena mereka telah beriman kepada Muhammad.
وَمَآ أُرْسِلُوا۟ عَلَيْهِمْ حَٰفِظِينَ ﴿٣٣﴾
padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin.
Apabila melihat orang-orang beriman, meraka berkata, \"Mereka adalah orang-orang tersesat karena mau percaya kepada Muhammad.\" Padahal tidak ada yang memerintah orang-orang yang mengejek itu untuk memberikan penilaian terhadap orang lain: apakah dia tertunjuki atau tersesat, juga bukan untuk menjadi pengawas bagi perbuatan orang lain.
Allah swt. berfirman (padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim) maksudnya orang-orang kafir itu tidak disuruh (kepada orang-orang yang beriman) atau kaum mukmin (sebagai penjaga) bagi mereka, atau bagi amal perbuatan mereka, sehingga berhak untuk membenarkan mereka.
فَٱلْيَوْمَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنَ ٱلْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ ﴿٣٤﴾
Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir,
Kelak, di hari pembalasan, orang-orang Mukmin akan berbalik menertawakan orang-orang kafir sebagai balasan atas tidakan serupa yang mereka lakukan terhadap orang-orang Mukmin.
(Maka pada hari ini) yakni hari kiamat (orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.)
عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ ﴿٣٥﴾
mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.
Di atas dipan dan persandaran, orang-orang beriman akan menyaksikan berbagai kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka.
(Mereka duduk di atas dipan-dipan) di surga (sambil memandang) dari tempat tinggal mereka kepada orang-orang kafir yang sedang diazab; maka orang-orang yang beriman itu menertawakan mereka sebagaimana mereka menertawakannya ketika mereka berada di dunia.
هَلْ ثُوِّبَ ٱلْكُفَّارُ مَا كَانُوا۟ يَفْعَلُونَ ﴿٣٦﴾
Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
Apakah orang-orang kafir juga akan diberi balasan atas perbuatan mereka di dunia?
(Apakah telah diberi ganjaran) atau telah diberi pembalasan (orang-orang kafir itu sesuai dengan apa yang dahulu mereka kerjakan?) jawabnya, \"Ya\", atau, \"Tentu saja.\"