Setting
Surah The Clot [Al-Alaq] in Indonesian
ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ ﴿١﴾
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,
[[96 ~ AL-'ALAQ (SEGUMPAL DARAH) Pendahuluan: Makkiyyah, 19 ayat ~ Dalam surat ini terdapat ajakan untuk membaca dan belajar, dan bahwa Tuhan Yang mampu menciptakan manusia dari asal yang lemah akan mampu pula untuk mengajarkannya menulis--yang merupakan sarana penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan--dan mengajarkannya sesuatu yang belum pernah diketahuinya. Allahlah yang mengajarkan ilmu kepada manusia. Selain itu, surat ini mengingatkan kita bahwa kekayaan dan kekuasaan adakalanya dapat mendorong manusia untuk melanggar hukum dan ketentuan Allah, padahal semua kita pasti akan kembali kepada-Nya. Pembicaraan ini diarahkan kepada siapa saja yang layak mendapat peringatan, terutama orang-orang yang berlaku tiran dan menghalangi orang lain untuk berbuat baik. Mereka yang disebutkan terakhir ini diancam akan masuk neraka. Ketika itu, penolong-penolong mereka tidak akan berguna lagi. Akhirnya, surat ini ditutup dengan ajakan kepada mereka yang mematuhi dan melaksanakan perintah Allah untuk mengambil sikap yang berlawanan dengan para pembangkang dan pendusta, dan ajakan untuk mendekatkan diri dengan melakukan kataatan kepada Tuhan semesta alam.]] Bacalah, wahai Muhammad, apa yang telah diwahyukan kepadamu dengan mengawalinya dengan menyebut nama Tuhanmu yang memiliki kemampuan untuk mencipta.
(Bacalah) maksudnya mulailah membaca dan memulainya (dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan) semua makhluk.
خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ ﴿٢﴾
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Yang telah menciptakan manusia, yang memiliki tubuh dan ilmu yang sempurna, dari segumpal darah yang tidak memperlihatkan sesuatu yang dapat dibanggakan.
(Dia telah menciptakan manusia) atau jenis manusia (dari 'alaq) lafal 'Alaq bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya segumpal darah yang kental.
ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ ﴿٣﴾
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Teruskanlah membaca, Tuhanmu Yang Maha Pemurah akan memuliakanmu dan tidak menghinakanmu.
(Bacalah) lafal ayat ini mengukuhkan makna lafal pertama yang sama (dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah) artinya tiada seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafal ayat ini sebagai Haal dari Dhamir yang terkandung di dalam lafal Iqra'.
ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ ﴿٤﴾
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Yang telah mengajarkan manusia menulis dengan perantaraan pena, padahal sebelumnya ia belum mengetahuinya.
(Yang mengajar) manusia menulis (dengan qalam) orang pertama yang menulis dengan memakai qalam atau pena ialah Nabi Idris a.s.
عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ ﴿٥﴾
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Yang mengajarkan manusia sesuatu yang tidak terdetik dalam hatinya.
(Dia mengajarkan kepada manusia) atau jenis manusia (apa yang tidak diketahuinya) yaitu sebelum Dia mengajarkan kepadanya hidayah, menulis dan berkreasi serta hal-hal lainnya.
كَلَّآ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَيَطْغَىٰٓ ﴿٦﴾
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
Sesungguhnya manusia suka melampaui batas dan sombong di hadapan Tuhannya, karena ia memandang dirinya memiliki kekayaan dan harta.
(Ketahuilah) artinya memang benar (sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas)
أَن رَّءَاهُ ٱسْتَغْنَىٰٓ ﴿٧﴾
karena dia melihat dirinya serba cukup.
Sesungguhnya manusia suka melampaui batas dan sombong di hadapan Tuhannya, karena ia memandang dirinya memiliki kekayaan dan harta.
(karena dia melihat dirinya) sendiri (serba cukup) dengan harta benda yang dimilikinya; ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap Abu Jahal. Dan lafal Ra-aa tidak membutuhkan Maf'ul kedua; dan lafal An Ra-aahu berkedudukan sebagai Maf'ul Lah.
إِنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلرُّجْعَىٰٓ ﴿٨﴾
Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).
Sesungguhnya, hanya kepada Tuhanmulah, wahai Muhammad, semua manusia akan dikembalikan melalui pembangkitan dan pembalasan.
(Sesungguhnya hanya kepada Rabbmulah) hai Manusia (tempat kembali) yakni kembali kalian nanti, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepada orang yang melampaui batas sesuai dengan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Di dalam ungkapan ini terkandung ancaman dan peringatan buat orang yang berlaku melampaui batas.
أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يَنْهَىٰ ﴿٩﴾
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
Apakah kamu perhatikan orang tiran yang melarang seorang hamba untuk melakukan salat ketika hendak melaksanakan salat?
(Bagaimana pendapatmu) lafal Ara-ayta dan dua lafal lainnya yang sama nanti mengandung makna Ta'ajjub (tentang orang yang melarang) yang dimaksud adalah Abu Jahal.
عَبْدًا إِذَا صَلَّىٰٓ ﴿١٠﴾
seorang hamba ketika mengerjakan shalat,
Apakah kamu perhatikan orang tiran yang melarang seorang hamba untuk melakukan salat ketika hendak melaksanakan salat?
(Seorang hamba) yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. (ketika dia mengerjakan salat.)
أَرَءَيْتَ إِن كَانَ عَلَى ٱلْهُدَىٰٓ ﴿١١﴾
bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
Beritahulah Aku tentang orang yang melampaui batas ini kalau ia berada dalam kebenaran ketika melarang atau memerintah untuk bertakwa saat ia memerintah.
(Bagaimana pendapatmu jika orang yang dilarang itu) (berada di atas kebenaran)
أَوْ أَمَرَ بِٱلتَّقْوَىٰٓ ﴿١٢﴾
atau dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
Beritahulah Aku tentang orang yang melampaui batas ini kalau ia berada dalam kebenaran ketika melarang atau memerintah untuk bertakwa saat ia memerintah.
(Atau) huruf Au di sini menunjukkan makna Taqsim (dia menyuruh bertakwa.)
أَرَءَيْتَ إِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰٓ ﴿١٣﴾
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
Kabarilah Aku tentang orang yang melarang itu kalau ia mendustakan apa yang dibawa oleh para rasul dan berpaling dari keimanan dan perbuatan baik.
(Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakannya) yakni mendustakan Nabi saw. (dan berpaling) dari iman?
أَلَمْ يَعْلَم بِأَنَّ ٱللَّهَ يَرَىٰ ﴿١٤﴾
Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
Apakah ia tidak mengetahui bahwa Allah memperhatikan segala ihwalnya dan memberinya balasan atas perbuatannya?
(Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat) apa yang dilakukannya itu; artinya Dia mengetahuinya, karena itu Dia kelak akan memberi balasan kepadanya dengan balasan yang setimpal. Maka sudah sepatutnya kamu hai orang yang diajak berbicara untuk merasa heran terhadap orang yang melarang itu, karena ia melarang Nabi melakukan salat, padahal orang yang dilarangnya itu berada dalam jalan hidayah dan memerintahkan untuk bertakwa. Yang amat mengherankan lagi ialah bahwa yang melarangnya itu mendustakannya dan berpaling dari iman.
كَلَّا لَئِن لَّمْ يَنتَهِ لَنَسْفَعًۢا بِٱلنَّاصِيَةِ ﴿١٥﴾
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,
Peringatan bagi orang yang melarang tersebut. Jika ia tidak jera dengan apa yang dilakukannya, maka akan Kami hentakkan ubun-ubunnya ke dalam api neraka dengan sekuat-kuatnya.
(Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini mengandung makna hardikan dan cegahan baginya (sungguh jika) huruf Lam di sini menunjukkan makna qasam atau sumpah (dia tidak berhenti) dari kekafiran yang dilakukannya itu (niscaya Kami akan tarik ubun-ubunnya) atau Kami akan seret dia masuk neraka dengan cara ditarik ubun-ubunnya.
نَاصِيَةٍۢ كَٰذِبَةٍ خَاطِئَةٍۢ ﴿١٦﴾
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
Yaitu ubun-ubun orang yang wajahnya diliputi oleh kedustaan dan kesalahannya.
(Yaitu ubun-ubun) lafal Naashiyatan adalah isim Nakirah yang berkedudukan menjadi Badal dari isim Ma'rifat yaitu lafal An-Naashiyah pada ayat sebelumnya (orang yang mendustakan lagi durhaka) makna yang dimaksud adalah pelakunya; dia disifati demikian secara Majaz.
فَلْيَدْعُ نَادِيَهُۥ ﴿١٧﴾
Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
Lalu ia memanggil para pendukung dan teman sepergaulannya untuk menjadi penolongnya, di dunia atau di akhirat.
(Maka biarlah dia memanggil golongannya) yakni teman-teman senadinya; Nadi adalah sebuah majelis tempat mereka memusyawarahkan sesuatu perkara. Sesungguhnya orang yang melarang itu mengatakan kepada Nabi saw. sewaktu dia mencegahnya dari melakukan salat, \"Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa tiada seseorang pun di Mekah ini yang lebih banyak teman senadinya daripada aku. Sesungguhnya jika kamu mau meninggalkan salat, aku benar-benar akan memberikan kepadamu, kuda-kuda yang tak berpelana dan laki-laki pelayan sepenuh lembah ini.\"
سَنَدْعُ ٱلزَّبَانِيَةَ ﴿١٨﴾
kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah,
Kami akan memanggil balatentara Kami untuk membantu Muhammad dan siapa yang bersamanya untuk menyeret orang yang melarang tersebut dengan para pendukungnya ke dalam neraka.
(Kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah) mereka adalah malaikat-malaikat yang terkenal sangat bengis lagi kejam, untuk membinasakannya, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam salah satu hadis, yaitu, \"Seandainya dia benar-benar memanggil golongan senadinya, niscaya dia akan diazab oleh malaikat Zabaniyah secara terang-terangan.\"
كَلَّا لَا تُطِعْهُ وَٱسْجُدْ وَٱقْتَرِب ۩ ﴿١٩﴾
sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
Peringatan bagi yang melarang tersebut. Janganlah kamu menuruti apa yang dilarangkan kepadamu. Lakukanlah terus salatmu dan teruslah bersujud dan dekatkanlah dirimu, melalui semua itu, kepada Allah.
(Sekali-kali tidaklah demikian) kalimat ini mengandung hardikan dan cegahan baginya (janganlah kamu patuhi dia) hai Muhammad untuk meninggalkan salat (dan sujudlah) maksudnya salatlah demi karena Allah (dan mendekatlah) kepada-Nya dengan melalui amal ketaatan.